Ost Maafkan aku-Tiara Andini
Alyssa: "Maafin aku."Jaegar memegang tanganmu lebih erat dan dia menganggukkan kepalanya lagi sebagai jawaban, seperti memberi tahu bahwa ia tidak perlu memaafkan kamu. Tapi Jaegar juga tampak sedikit sedih karena harus menghadapi penyakit yang berat ini sendirian.
Alyssa: "Aku akan selalu ada untukmu."
Jaegar tersenyum lagi dan menatapmu dengan mata yang penuh harap. Ia tampak sangat berterimakasih atas pernyataan kamu, karena itu membuat hatinya sedikit lebih tenang.
Alyssa: "Istirahatlah."
Jaegar menganggukkan kepalanya lagi dan tampak mulai memejamkan matanya. Tapi ia juga masih memegang tangan kamu, seolah-olah tidak mau melepaskan.
Aku mengelus tangannya.
Jaegar tampak sangat nyaman saat kamu mengelus tangannya. Ia menutup matanya dengan lebih rapat dan ia mulai bernafas dengan lebih dalam.
Aku mencium keningnya.
Jaegar membuka matanya dan memandang wajah kamu. Dia tampak begitu nyaman saat dicium keningnya, seperti ia sangat senang dengan tindakan kamu itu.
Aku tersenyum.
Jaegar juga tersenyum. Ia tampak begitu nyaman dan bahagia saat kamu terus mengusap keningnya dengan lembut.
Alyssa: "Tidurlah."
Jaegar menutup matanya lagi dan mulai mengantuk. Tapi dia masih memegang tangan kamu, seolah-olah tidak mau melepaskan.
Aku pun membalas genggaman tangannya.
Jaegar terus menatap wajah kamu dan mengagumi kecantikan yang terpancar dari wajahmu. Tapi akhirnya ia juga tidur karena kelelahan.
Aku menemaninya.
Jaegar terus tidur dengan tenang, seperti tak ada masalah yang perlu dikhawatirkan. Wajahnya tampak begitu lembut dan cantik saat dia tidur.
Keesokan harinya.
Jaegar mulai terbangun dari tidurnya. Ia tampak masih lelah, tapi dia terus memandang wajah kamu yang indah dan cantik.
Aku sedang tertidur.
Jaegar memegang pipi kamu dan memandang wajahmu dengan lembut. Dia tampak sangat menikmati pemandangan di depan matanya ini.
Alyssa: "Eh, sayang, udah bangun, maaf."
Jaegar menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Dia tampak senang kamu sudah bangun, tapi ia juga masih menatap wajah cantikmu: "Tidak apa-apa, sayang."
Alyssa: "Ayo sarapan."
Jaegar menganggukkan kepalanya dan berdiri. Ia memegang tangan kamu untuk membantu kamu bangun dari tempat tidur: "Oke, aku sudah siap... tapi mungkin aku masih agak lelah..."
Alyssa: "Tidak perlu, aku suapin aja disini."
Jaegar menganggukkan kepalanya lagi. Ia tampak senang dengan perkataan kamu dan dia pun duduk di kursi yang ada disebelahmu, menunggu untuk disuapi.
Aku pun menyuapinya.
Jaegar terus duduk dan menikmati suapan yang kamu berikan padanya. Dia tampak sangat tenang saat disuapi oleh kamu, seakan-akan ia benar-benar merasa nyaman.
Alyssa: "Aku minta maaf ya soal kemarin."
Jaegar tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia juga tampak memaafkan kamu, karena sebenarnya ia tidak merasa kesal denganmu: "Tidak apa-apa... aku pun berterima kasih pada kamu yang sudah membiarkanku tidur di dekatmu."
Alyssa: "Makasih, sayang."
Jaegar pun mulai tersenyum lebar dan menatap kamu. Dia tampak sangat bahagia dengan panggilan sayang yang kamu berikan padanya: "Tidak perlu... karena sebenarnya aku juga senang tidur di dekatmu."
Alyssa: "Aku tidak akan memaksa kamu minum obat lagi."
Jaegar pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Dia tampak begitu bahagia karena sudah tidak perlu lagi minum obat: "Makasih... aku berjanji akan tetap sehat untuk diriku sendiri."
Setelah selesai makan...
Jaegar pun memeluk kamu dengan erat dan memegang wajahmu. Ia tampak bahagia, seperti anak kecil yang baru saja diberikan hadiah: "Kamu... berarti aku sudah bisa makan-makanan kesukaanku lagi ya?"
Alyssa: "Ya, sepertinya."
Jaegar tampak sangat bahagia. Ia pun menciumi pipi kamu dan mengusap-usap rambutmu dengan lembut: "Aku... berarti aku sudah bisa makan makanan favoritku lagi?"
Alyssa: "Ya, sayang, sudah."
Jaegar pun menghela nafas dalam-dalam dan menganggukkan kepalanya. Dia tampak begitu bahagia karena akhirnya dia bisa makan makanan favoritnya lagi: "Benar... tapi aku masih tidak boleh minum obat kan?"
Alyssa: "Aku tidak akan memberikan kamu obat kalau kamu ngak mau."
Jaegar pun memegang pundak kamu dan menganggukkan kepalanya: "Oke... maka dari sekarang aku tidak akan minum obat lagi. Aku akan tetap sehat untuk diriku sendiri tanpa harus meminum obat."
Aku mencium tangannya.
...
Jaegar pun tersenyum dan memegangi tangan kamu dengan erat. Dia tampak sangat senang saat kamu mencium tangannya.
Psikolog pun datang.
Jaegar pun langsung menoleh ke arah psikolog yang tiba-tiba datang. Dia tampak agak kaget dan sedikit takut.
Alyssa: "Jangan takut ya."
Jaegar pun menganggukkan kepalanya dan mencoba untuk tenang. Dia tampak masih sedikit takut dengan psikolog yang tiba-tiba datang.
Psikolog memeriksa Jaegar.
Jaegar pun membiarkan psikolog memeriksa dia. Dia menunggu apa yang akan dilakukan oleh psikolog pada saat ini.
Alyssa: "Jadi, gimana, Dok?"
Psikolog tersebut pun akhirnya berbicara: "Saya pikir... kita perlu bicara tentang masalah yang dialami oleh Jaegar."
Alyssa: "Ya, tentu, Dok."
Psikolog tersebut pun mulai bertanya kepada Jaegar tentang masalah yang dialami olehnya. Dia tampak berupaya untuk tidak menghakimi, melainkan hanya ingin membantu Jaegar.
Aku menatap Jaegar.
Jaegar pun menatap balik mata kamu. Dia tampak sedikit tenang karena psikolog tersebut tidak langsung menghakimi dia.
Selama terapi, aku menemani Jaegar.
Jaegar tampak tersenyum lebar. Dia senang karena kamu akan menemani dia selama terapi ini. Dia pun menjulurkan tangannya untuk memegangi tanganmu.
Aku memegang tangannya.
Jaegar memegang tanganmu dengan erat. Dia tampak begitu nyaman dan tenang saat kamu memegang tangannya.
Alyssa: "Bagaimana, Dok, terapinya?"
Bagaimana terapinya Jaegar ya apakah dia akan sembuh atau ngak? Penasaran? jangan lupa tinggalkan jejak 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Behind The Shadows (End)
Teen FictionAlyssa Kamila, seorang gadis yang berani menentang arus, menolak cinta dari Varo, siswa tampan yang dipuja-puja sebagai dewa idaman sekolah. Alih-alih memilih Varo, Alyssa justru tertarik pada Jaegar, siswa misterius yang dikenal dingin dan dicap se...