05 - Burn ⚠️

20.2K 775 12
                                    

30 menit membahas beberapa hal dengan Darren sekaligus mengundang flora ke acara makan malam keluarga besar Hiromaku besok malam, akhirnya cowok itu memutuskan pulang, katanya ada urusan penting. Flora hanya mengantar Darren sampai pintu, setelah itu dia kembali ke ruang tamu.

Flora duduk di sofa memikirkan nasibnya.
"Keluar kandang buaya, masuk kandang singa si raja rimba. Demi apapun bisa balik waktu ngga sih?. Trus nyawa gue aman ngga sih? Soalnya udah bilang keturunan Hiromaku gay!" Flora mengusap wajah frustasi.

"Apalagi kalau orang tua Darren tau gue cuma manfaatin anaknya demi kepentingan gue sendiri. beneran habis gue!".

Flora mengambil ponselnya, membuka aplikasi chatting. Melihat ada beberapa chat masuk dan membalasnya. Pertama dia akan membalas mulai dari chat terbaru

Alvano
Besok ke sekolah bareng!. Gue jemput

Flora mengabaikan. Hanya membacanya. Selanjutnya dia beralih ke nomor baru, sepertinya itu nomor Darren, entah darimana cowok itu mendapatkan nomornya, Flora pun tak tau tau dia tetap menyimpannya di kontak

Darren
Jangan lupa acara makan malam besok. Gaun kamu udah aku siapin. Besok di bawain anak buah aku kerumah kamu.
Good Night darl.
Have a nice dream

Akhirnya flora juga hanya membaca chat itu dan berlalu ke dapur. Perutnya sudah lapar minta di isi. Di meja makan sudah tersaji nasi serta lauk pauk, mulai dari ayam tepung Krispy dan lainnya.

Di sela-sela kunyahannya flora merasa aneh. Kenapa lidahnya terasa terbakar? Dan tenggorokan nya juga perih membuat flora kesulitan bernafas.

"T..tolong a..ku ngga bisa nafas. Bi t..tolong" dengan sisa kesadarannya flora berteriak susah payah. Sebelum kesadarannya menghilang flora sempat melihat siluet seseorang menghampirinya dan itu seorang pria

"Ternyata setelah tau hubungan gue sama Oliv, lu juga mau balas dendam ya? Dengan pacaran sama anak culun itu. Gue janji bakal bikin culun itu babak belur besok. Ada nyali juga dia deketin tunangan nakal gue satu ini" jari tangan pria itu menjambak rambut flora sehingga dia bisa melihat wajah dan leher flora yang sudah di tumbuhi bintik-bintik merah.

Orang itu adalah Alvano, tadi dia berniat mengunjungi flora untuk meminta maaf dan tetap melanjutkan pertunangan, Karena setelah dipikir-pikir keuntungan yang di dapatkan saat menjadi flora sangat besar. Dia berencana menguras harta flora stelah itu menceraikannya dan menikahi Oliv. Katakanlah Alvano sudah gila harta sekarang ini. Dia juga yang membuat keadaan flora seperti sekarang ini, dengan sengaja memasukkan bubuk kacang ke dalam salah satu lauk. Jika kalian bertanya di mana para pelayan maka jawabannya mereka sudah di suruh pulang terlebih dahulu oleh Alvano. Alvano sudah di kenal sebagai tunangan flora oleh seluruh pekerja di tempat tinggal flora.

Alvano mengangkat tubuh flora membawanya ke kamar, dia akan meredakan gejala alergi itu.

"Ringan banget"

Sesampainya di kamar Alvano membuka setengah kemeja tidur flora, memperlihatkan kulit putih bersihnya. Alvano mulai mengolesi bintik dan ruam merah tersebut dengan salep yang di bawanya setelahnya dia merapikan kembali baju flora dan menutup pintu kamar. Tujuan Alvano saat ini adalah Bar milik temannya.

Bar~

"Wuih akhirnya datang juga nih bos kita"sahut cowok berambut ikal. Namanya farian

"Bener nih. Traktir dong bos. Btw lu udah jadian ye sama si Oliv? Soalnya Astrid pacar gue ngasih tau gitu hehe" ucap Giant si playboy cap kakap

"Belum jadian kok, masih pdkt, paling dikit lagi. Tenang aja nanti gue bakal kasih PJ (pajak jadian)" Alvano menjawab pertanyaan temannya dan langsung di balas sorakan.

Alvano mengeluarkan ponselnya mencari nomor Oliv dan menelfon menyuruhnya untuk datang ke bar sekarang ini

"Kamu siap-siap ke bar sekarang, aku tunggu, nanti ada sopir aku yang jemput kamu. Oh iya gausah make baju yang aneh-aneh" Alvano menutup panggilan

Farian melirik temannya itu
"Yee... Baru juga dibicarain langsung main gas aja nih boss"

Alvano hanya tertawa ringan membalas

Oliv mengobrak Abrik isi lemari pakaian. Mencari dress malam panjang sepaha tanpa lengan miliknya. Toh itu bukan termasuk pakaian aneh, justru lebih aneh jika memakai hodie dan celana training ke bar

Setelah mendapatkan pakaian segara dia mengganti pakaian dan merias diri. Oliv sebenarnya tau alasan Alvano menyuruhnya kesana tak lain adalah bentuk kontrak kerjanya pada cowok itu. Tak bohong sebenarnya Oliv tidak ingin melakukan ini tapi mau bagaimana lagi? Tuntutan biaya hidup yang sangat besar dan rasa haus akan barang mewah membuatnya tak kuasa menolak pekerjaan dengan gaji besar, selain itu dia merasa bersalah pada flora teman sekaligus sahabatnya.

20 menit Alvano menunggu, akhirnya Oliv datang lengkap dengan pakaian dan riasannya. Cewek itu langsung mengambil tempat duduk di samping Alvano dan langsung menyandarkan diri di badan cowok itu. Alvano juga membalas dengan merangkul pinggang Oliv dan merapatkan tubuhnya.

"Aku dengar biaya sekolah kamu nunggak bulan ini. Bukannya kmarin udah aku TF in uang buat biayanya?" Tanya Alvano melirik sisi wajah Oliv

"Iya, tapi aku bayarnya cuma setengah soalnya aku perlu kirimin juga ke panti tempat aku, disana lagi butuh banget" bohong oliv, nyatanya uang itu ia gunakan untuk berpesta alkohol bersama teman malamnya.

"Kenapa ngga bilang dari awal?, tau gitu aku TF in lebih kemarin"

"Gausah, toh sekarang juga bakal dapat TF an lagi. Lebihin ya biayanya kali ini"

"Of course apasih yang ngga buat kamu"

Mereka kemudian beranjak ke salah satu kamar VVIP dalam bar

Oliv memegang pembatas balkon kamar. Kamar ini langsung berhadapan dengan pemandangan kota tak heran jika harganya sangat fantastis untuk semalam saja.

Alvano menghampiri Oliv memeluknya dari belakang, dengan bibir yang terus mengecupi bahu telanjang Oliv. Nafasnya kian memburu

Oliv berbalik mengalungkan tangannya, memberi akses bagi Alvano untuk bertindak lebih jauh

Tangan Alvano tak diam, jari jemarinya mulai merambat ke belakang dress Oliv menurunkan resleting, Hinga akhirnya dress itu jatuh terlepas memperlihatkan tubuh Oliv yang hanya mengenakan pakaian dalam hitam berenda yang menerawang.

Kabut gairah sudah memenuhi keduanya. Dengan sekali hentakan pakaian dalam tersebut sudah robek. Alvano melumat kasar, menunjukkan sisi dominan dan buasnya. Oliv juga membalasnya dengan tangan yang membuka tergesa pakaian Alvano.

Keduanya bergulat hebat, stamina Alvano tak main-main sudah 3 ronde melakukannya tapi masih kuat seperti baru pemanasan. Oliv hanya pasrah menerima hentakkan demi hentakkan. Area intimnya terasa panas dan milik Alvano terasa memenuhi disana.

Oliv menungging memberi Alvano akses untuk lebih mengisi lubang kenikmatannya. Tangannya memegang kepala ranjang untuk menopang tubuh.

"Sialan... Punya kamu yang udah sering aku masukkin aja masih enak gini apalagi punya flora yang belum aku jamah sama sekali" ucap Alvano di sela kegiatannya

Oliv hanya diam, tak ambil pusing dengan perkataan Alvano.

"I wanna cum" tepat setelah merasa dirinya sudah di ujung kenikmatan, Alvano menarik diri membalikkan tubuh Oliv dan mengeluarkan sper*a nya di atas perut cewek itu.

Alvano mengambil tissue di nakas membersihkan miliknya serta meng-lap cairan di atas perut Oliv. Setelah itu dia membaringkan diri di sisi tubuh cewek itu menariknya dalam pelukan dan terlelap, begitupun dengan Oliv. Keduanya terlelap hingga pukul 03:00 Alvano terpaksa membangunkan Oliv dan mengantarnya pulang karna pagi nanti mereka harus masuk sekolah





















Salah masuk novel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang