10 - Rooftop

21.7K 1K 6
                                        

Lucifer memerhatikan gadis dalam pelukannya, tangan kirinya memeluk badan ramping flora yang juga balik memeluknya dan tangan satunya merapikan beberapa anak rambut yang menghalangi wajah cantik flora.

Nafas flora teratur masih terlelap dengan damai menandakan dirinya tak terganggu sama sekali dengan ulah cowok itu. Sebenarnya Lucifer tidak ingin berlama-lama tapi saat dirinya hendak bangkit, flora dengan enteng memeluknya dengan erat seperti guling, tentu Lucifer tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, cowok itu kembali berbaring menarik flora untuk lebih rapat pada dirinya mengecupi mulai dari puncak kepala, dahi, hidung dan terakhir pipi gembul gadis itu dengan sayang.

Wajah flora terlihat sangat polos saat tidur, beda lagi jika sudah terbangun apalagi jika tau posisi mereka sekarang mungkin cewek itu akan mengamuk.

Darren dan Lucifer memang tidak jauh beda, kedua jiwa itu sama gila nya, hanya saja Darren lebih bisa mengendalikan baik emosi maupun perbuatan berbeda dengan Lucifer yang blak-blakan dan tempramental.

Flora menduselkan kepala pada sesuatu yang bidang di depannya mencari kenyamanan lebih pada tempat hangat itu. Tangannya juga semakin mengeratkan pelukan, flora sangat nyaman dengan posisinya sekarang ini, seperti memeluk sebuah guling hangat yang berukuran besar.

Cukup lama flora di posisi itu sampai dia mengerjapkan mata, wajahnya seperti merasakan terpaan nafas hangat seseorang. Mengumpulkan kesadaran flora mendongak mendapati wajah tampan Darren

"astaga mimpi tidur deket cogan memang sangat menyenangkan. ganteng banget lagi nih anak," batinnya

flora ingin menutup kembali matanya ingin melanjutkan tidur sampai tiba-tiba

"tunggu mukanya kok ngga asing? Darren?!, anjir beneran Darren Cok!" Flora kaget bukan main

Flora menenangkan diri mencoba melepas rengkuhan lucifer se pelan mungkin, niatnya ingin kabur diam-diam tanpa ketahuan.

Flora mencoba menggeser lengan besar yang bertengger di pinggangnya.

"Ugh susah banget" dengan susah payah flora mencoba menggeser lengan Lucifer menggunakan kedua tangannya

Bukannya mengendur rengkuhan lucifer justru mengerat sekarang, seakan tak membiarkan gadis itu lolos

"Mau kemana sayang? Aku rindu loh sama kamu" ucap Lucifer, mata cowok itu sudah terbuka lebar. Sebenarnya dia sudah lebih dulu bangun Dari flora tapi pura-pura tertidur saat gadis itu terbangun, ingin melihat reaksi flora yang ternyata justru ingin kabur diam-diam.

Flora mati kutu, badannya kaku seperti patung. Dengan kaku flora memalingkan wajah menatap cowok di sampingnya

"Eh hai Darren. Udah dari tadi bangunnya?" Flora benar-benar tak tau harus apa selain bermain malu-malu kucing. Dirinya sebenarnya masih marah pada cowok itu tapi karena sekarang posisinya sedang tidak aman jadi lebih baik tidak membuat ulah dulu.

Dahi Lucifer mengerut mendengar pertanyaan itu apa? Darren katanya?

"Darren masih tertidur sayang, ini aku Lucifer jiwa lain dari Darren. Kami 2 jiwa 1 tubuh. Tapi kamu tenang aja kami sama-sama sayang kok sama kamu" papar Darren blak-blakkan. Dirinya tidak ingin menyembunyikan fakta itu lagi, seperti kata ibunya, lebih cepat lebih baik.

Flora diam mencoba mencerna ucapan Darren...ah tidak Lucifer mungkin?!

"Apa-apaan sih ren, udah deh bercandanya ngga lucu tau" kekeh flora.

Ekspresi Lucifer mendingin, kekehan flora berhenti, flora tentu di buat canggung karena tatapan itu.

Flora menatap dengan seksama netra hitam gelap milik Darren, Sejak kapan netra cowok ini menjadi hitam pekat?, setahunya netra Darren berwarna hitam namun agak kecoklatan. Jadi benar cowok di depannya ini adalah jiwa lain dari Darren? Batin flora berperang antara percaya atau tidak, tapi melihat ekspresi dan juga warna netra Darren yang berubah semakin membuktikan bahwa cowok itu adalah Lucifer sang jiwa lain, bukan Darren.

Flora semakin gugup, pantas saja tampilan cowok itu agak berbeda dri biasanya. Tidak ada kacamata bulat yang bertengger di hidung mancungnya, gaya rambutnya juga sedikit berbeda dari biasanya, tatapannya lebih tajam dari sebelumnya.

"Ah Lucifer?, bisa singkirin tangan Lo?, gue mau balik ke kelas" pinta flora tanpa sadar kembali menggunakan kosa kata lo-gue saking gugupnya

"Coba ulangi sekali lagi sayang" perasaan Lucifer sedikit tersentil ketika mendengar kosa kata flora, dirinya merasa di anggap orang asing oleh gadis itu

"Ah maksud aku, bisa singkirin tangan kamu dulu?, aku mau duduk" melas flora menahan rasa gugup karena sedari awal terus ditatap intens oleh Lucifer.

"As your wish" ucap Lucifer menyingkirkan lengannya dan ikut duduk. Pandangannya tak lepas dari kegiatan gadis itu yang membersihkan debu di roknya. Tunggu! Kaos kakinya berbeda warna?, Lucifer mencoba menahan tawa, lucu sekali kekasihnya ini.

Flora mengikuti arah pandang Lucifer pada kakinya, ah sial kaos kaki belang itu ternyata. Flora berdehem meredam rasa malu dan gugup sekaligus.

Flora yang ingin beranjak kembali terduduk karena Lucifer yang menariknya dan kembali memeluk.

Lucifer dapat mencium aroma buah dari rambut panjang nan halus milik flora. Tangannya mengelus sayang punggung kekasih.

"Lucifer, aku mau ke kelas" pinta flora

"Panggil sayang dulu baru aku lepasin" balas Lucifer

Flora mengatupkan bibir, licik sekali Lucifer ini pikirnya. Mau tidak mau flora harus mengikuti permintaan cowok itu.

"Lucifer sayang, aku mau ke kelas dulu" flora ikuti saja keinginannya kali ini

"Cium sini dulu" Darren menyodorkan pipi nya

Flora ingin sekali mencakar wajah tampan itu tapi dirinya masih sayang nyawa. Lagi, dia terpaksa harus menuruti permintaan Lucifer

Flora memajukan wajah, hendak mencium pipi cowok itu.

Cup

Dengan secepat mungkin flora melakukannya.

Senyum Lucifer mengembang mendapat kecupan dari flora

"Makasih sayang" setelahnya Lucifer melepas rengkuhannya.

Dengan cepat flora bangkit
"Aku deluan ke kelas"
Kemudian flora berlalu dari rooftop

Lucifer mengeluarkan ponsel dari saku celana menekan tombol telfon pada salah satu nomor, Tak butuh waktu lama panggilan terhubung.
"Jadi bagaimana?"

"Aman boss, nona flora melakukan kegiatan seperti biasanya, hanya saja tadi saya mendengar bahwa nona akan ke cafe Velvet muse sepulang sekolah" lapor salah satu bawahan Lucifer yang ditugaskan menjaga dan mengawasi flora.

"Hm, soal itu aku sudah tau. Terus pantau flora dan jangan biarkan bedebah itu mendekati kekasihku seperti tadi pagi, atau aku benar-benar akan menghabisimu" setelahnya Lucifer langsung menutup panggilan tanpa menunggu balasan.

Glek, Joy menelan air liurnya dengan susah payah. Tuan nya itu tidak pernah main-main dengan ucapannya. Ah soal kejadian Alvano dan flora yang bertemu tadi pagi, itu tak sempat di cegah oleh Joy karena perutnya yang terus menerus mules akibat makan 2 mangkok bakso lava.

Sedikit kisah tentang Joy
Joy sebenarnya bukanlah murid pindahan tapi salah satu agen terlatih Lucifer. Joy di adopsi pada umurnya yang ke 10 tahun dari salah satu panti asuhan oleh Angelica dan dilatih untuk menjadi agen khusus milik keluarga Hiromaku. Tepat saat umur ke 19, Joy di perintahkan untuk menjadi bawahan tuan muda Hiromaku.

Joy ditugaskan tuan muda untuk menjaga kekasihnya yang katanya akan menjadi nyonya di keluarga Hiromaku. Sebagai agen yang sudah dibesarkan sedari kecil, tentu Joy akan melakukannya. Hidup di antara anak-anak panti lain membuat Joy yang sulit berkomunikasi menjadi terasingkan dirinya kerap mendapat perlakuan tak adil mulai dari seringnya tidak kebagian jatah makan siang ataupun malam dan pembullyan. Sampai pada nyonya besar Hiromaku mengadopsinya, memperlakukan dengan baik tapi dia juga di latih untuk menjadi kuat sampai pada sekarang ini. Karena hal itu Joy sangat mengabdikan dirinya pada keluarga Hiromaku, jiwa dan raganya dia serahkan pada keluarga itu.






Salah masuk novel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang