29 - Beruang🚨

6.9K 283 7
                                    

Oliv memutuskan pulang menggunakan taxi Setelah tayangan yang mencoreng nama baiknya tadi, sebenarnya niatnya ingin meminta tolong pada alvano tapi cowok itu sudah pergi entah kemana.

Oliv menggigit bibir bawahnya, merasa cemas, apa yang harus dia lakukan sekarang?, keluarga Alvano juga pasti sedang tidak kacau, apalagi dengan skandal videonya tengah bersetubuh dengan kepala keluarga josel.

Sedang pusing-pusingnya, tiba-tiba mobil taxi di hentikan oleh segerombolan pria dengan topeng hitam tak lupa senjata tajam di tangan mereka. Oliv di paksa keluar dan di seret ke gang dalam yang sepi. sedangkan sopir taksi hanya tersenyum sinis melihat kejadian tersebut, seakan sengaja membiarkan oliv diseret paksa.

"Dia orangnya?, badannya lumayan bagus dari jalang-jalang yang biasa kita sewa biasanya" tanya salah satu pria bertopeng dengan pria lain.

"Biarin gue yang pertama cicipin dia" ucap seorang pria dengan tubuh kurus.

Sedangkan yang lain mencoba membuka paksa gaun pendek Oliv.

"Sialan!, pergi kalian!" Oliv memberontak mencoba melepaskan diri dari pegangan dan sentuhan para pria cabul itu.

Salah seorang dari pria bertopeng menampar sisi wajah Oliv.
"Diam!. Hak Lu cuma ngangkang sama desah sekarang" ucapnya di barengi tawa jahat dan sorakan pria yang lain.

oliv digilir dengan kasar oleh kelima pria yang menggunakan topeng itu. walau dirinya sudah meminta ampun bahkan sampai menangis, para pria bertopeng itu tidak menghentikan kegiatan mereka sampai oliv benar-benar tidak sadarkan diri. setelah puas dengan tubuh oliv, ke lima pria itu meninggalkan gang dengan oliv yang sudah tidak sadarkan diri dan dalam tampilan yang sangat buruk.

dion keluar dari tempat persembunyiannya, mendapati kondisi oliv yang memprihatinkan.
"bawa dia ke ruang khusus dan rawat sebaik mungkin, dia akan sangat berguna" perintah dion pada beberapa orang berpakaian hitam yang baru saja tiba.

dion mengecek ponselnya, sekarang sudah menunjukkan pukul 02:00 dini hari, saatnya dion pulang menemui istri favoritnya.

tuk..tuk.. bunyi sepatu pantofel dion yang beradu dengan lantai menggema di ruang tamu luas. tangannya memegang ponsel menelfon dharma.

"aku punya mainan buat kamu, agak rusak tapi masih lengkap dan utuh, hanya lecet kecil, dan pastinya dia sudah kotor"

"hm"

dion mendengus mendengar jawaban dari sebrang, dan langsung mematikan telfon seusai memberi info tersebut. sekarang dirinya perlu membersihkan diri, biarlah dharma bermain-main dengan hadiahnya karena sudah berperilaku baik selama di acara.

~o0o~

oliv terbangun dengan rasa sakit dan perih terutama di bagian organ intimnya.
"sialan!. mereka kasar banget, punya gue pasti lecet. " oliv memperhatikan ruangan yang dia tempati, sebuah kamar dengan pernak pernik serba beruang, dia juga baru menyadari bahwa tangan dan kakinya di borgol dengan borgol pink bermotif beruang dan bajunya sudah di ganti dengan piyama beruang serta luka-luka akibat terseret di gang tadi sudah di obati dan di plaster.

pintu kamar berdecit, terlihat dharma masuk dengan ekspresi pura-pura terkejut.

"oliv kan?, kok lu bisa ada disini?" tanya dharma seakan benar-benar terkejut mendapati oliv dengan kondisi plaster luka dimana-mana dan pakaian piyama tidur bermotif beruang.

"aku juga ngga tau, kamu tau ini dimana?, trus kamu ngapain disini?" oliv bertanya dengan lembut, berharap dapat simpati dari cowok itu.

dharma mengetuk dagunya seraya menatap ke atas seakan berpikir

"ini ruangan favorit gue, namanya Bear room. banyak koleksi beruangnya. ini bakalan jadi ruangan terakhir lu sama kostum boneka kesayangan gue. bagus kan?" cowok itu bertanya dengan nada riang, sambil mengambil sebuah boneka beruang besar yang bisa berdiri.

"i.. iya bagus" oliv menjawab takut, karena cowok itu bertanya dengan wajah menyeringai.

dharma mengunci pintu kamar. mengibas sebuah karpet bulu dengan motif beruang tidur. matanya berbinar melihat kumpulan senjata mulai dari pistol, pisau hingga alat tajam lainnya yang berjejer rapi dalam ruang kecil yang terlapisi penutup kaca di bawah karpet beruang itu.

oliv terpekik, dengan buru-buru mencoba berdiri dan berlari ke sudut ruangan.

dharma tidak mengalihkan pandangannya sama sekali, dirinya sibuk memilah senjata mana yang bagus di pakai untuk permulaan. jarinya menyentuh satu persatu senjata yang berjejer. hingga pilihannya jatuh pada sebuah gunting besar dengan ujung yang mengkilap.

dharma mendekati oliv yang gemetar ketakutan di sudut ruangan, langkahnya ringan diiringi seringai bak seorang yang dengan senang hati mengambil nyawa orang lain.

oliv jatuh terduduk, keringat dingin dan air mata sudah mengalir membasah wajah serta tubuhnya.

"pliss.. aku ngga salah apa-apa sama kamu, aku bakal kasih apapun yang kamu mau. tolong lepasin aku"

dharma berjongkok di depan wanita itu, menikmati ekspresi ketakutan dari wajah oliv.

"sayangnya gue ngga bisa lepasin mainan yang udah di kasih sama dion, dan yang gue mau itu cuma satu, yaitu nyawa lo"

dharma bangkit menendang sisi tubuh oliv hingga wanita itu terlempar ke samping, tangan cowok itu mencengkram kuat rambut oliv , memaksanya untuk mendongak.

"rambut lu bagus buat koleksi boneka beruang gue yang baru. gue ambil ya"

dharma dengan kasar menggunting rambut oliv saking kasarnya saat oliv tidak sengaja bergerak gunting besar itu dengan sekali gerakan menggunting setengah telinga oliv. darah segar segera membasahi lantai tempat oliv terduduk.

dharma menghentikan kegiatannya saat dirasa rambut oliv sudah tidak bisa digunting lagi. dengan cepat diseretnya oliv dari kaki menuju ke tengah ruangan, yang berdekatan dengan kumpulan senjata tajam tadi.

oliv mencoba mengatur nafas, dengan perlahan mencoba merangkak menjauh, tapi karena pendengaran dharma yang sensitif dengan cepat cowok itu berbalik dengan sebuah paku panjang besar serta palu di tangannya.

dharma mengatur posisi kaki oliv agar saling menyilang, tapi karena oliv yang memberontak ingin di lepas membuat usaha dharma agak sulit, kesal dengan tingkah oliv, dharma mengambil sebuah kawat besi berduri dan melilit menyilang di kaki wanita itu agar tidak kembali bergerak, dharma tidak memperdulikan tangannya yang juga ikut terluka karena menyentuh langsung kawat besi yang berduri itu, seakan tidak merasakan sakit sama sekali.

setelah dirasa oliv tidak sembarang lagi bergerak, dharma menempatkan paku panjang di titik silangan kaki oliv, setelah di rasa tepat, cowok itu mengangkat dan mengayunkan palu yang di pegang di tangan satunya tepat di atas paku besar yang panjang, hingga menembus kedua kaki oliv. sekali ayunan paku menembus kedua kaki oliv tapi belum mencapai lantai, hingga pada ayunan ketiga barulah paku itu menembus lantai.

oliv meraung, merasa kesakitan luar biasa dari ulah gila dharma.

"TOLONG!!!" teriak oliv dengan kepala yang terus menggeleng tidak kuat menahan rasa sakit.

"sttt...diem!, mulut lu berisik banget" ucap dharma. mendengar suara oliv yang melengking membuat telinganya sakit.

dharma beralih mengambil sebuah alat jahit dengan jarum sepanjang jari telunjuk, memasukkan tali pancing di lubang jarum seperti memasang benang pada jarum biasanya.

memaksa oliv berbaring dan kemudian menginjak setengah wajah wanita itu agar kepalanya tidak terus bergerak, hidung serta wajahnya dibiarkan terbebas agar masih bisa bernafas.

dharma menusukkan jarum pada bibir oliv, menjahitnya dengan model silang. badan oliv menegang, air matanya terus mengalir, hingga saat dharma mengikat kuat di ujung jahitan dan mengguntingnya, berbarengan dengan kesadaran oliv yang juga hilang.



Salah masuk novel!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang