12

15 4 0
                                    

Annyeong!!

Happy reading!..

"Kenyataan ternyata
Tak seperti yang ku
Bayangkan, menyakitkan"

_________________________________________

Setelah kejadian beberapa hari yang lalu membuat Vallen sedikit canggung jika berbicara dengan Mahen.

"Len, udah siap belum?" Tanya Mahen yang sudah menunggu di meja makan.

Lalu Vallen pun keluar dari kamar nya dan menyusul Mahen ke meja makan.

"Nih makan rotinya terus minum juga susunya" Sahut Mahen memberikan roti dengan selai srikaya, dan susu cokelat.

"I-iya kak" Ujar Vallen gugup.

"Kamu kenapa? Kakak lihat belakangan ini kayak gugup kalo bicara sama kakak?" Tanya Mahen yang sudah merasakan keanehan pada diri Vallen.

"G-gak kok kak, perasaan kakak aja kali" Sahut Vallen dengan senyum getir.

"Kamu masih shock sama kenyataan yang waktu itu?" Tanya Mahen memutar waktu.

Vallen hanya diam, ia tak berani menjawab seakan bibir dia seperti di kunci.

"Len, kamu gausah khawatir, bahkan bisa bagus kalo kamu tau" Ucap Mahen "kalo kamu nanya kenapa lebih bagus? Karena kamu tidak akan merasakan hampanya kehidupan, kakak, Alvaro, daddy, bahkan Aksa, dan Nathan, akan mengubah semua yang udah direbut dunia dari kamu" Jelas Mahen, membuat mata Vallen berkaca kaca.

Melihat itu Mahen pun menarik Vallen ke dekapannya, dan mengelus kepala Vallen lembut.

"Hiks.. Hikss" Mendengar suara tangisan dari dekapannya, Mahen pun menundukkan kepala nya melihat Vallen, dan ternyata Vallen menangis.

"Heii, jangan nangis dong, liat nih muka kamu jadi jelek kan, udah bedak kamu juga nanti habis" Bujuk Mahen dengan lembut.

"Kak.. " Panggilan tergantung dari Vallen membuat Mahen bingun.

"Aku pantas hidup ga?" Tanya Vallen yang membuat Mahen diam.

"Aku ga pantas hidup ya kak?" Lirihnya.

"Wajar sih, karena kehadiran ku menghancurkan keluarga yang cemara, heheh" Kekeh getir dari Vallen.

"Gak! Kamu ga penghancur, memang itu adalah alur hidup, mommy kakak pergi mungkin itu takdir Tuhan, dan kamu lahir itu pilihan Tuhan" Ujar Mahen menenangkan.

"Gak kak, aku aja lahir dari hubungan perselingkuhan!" Tangisan Vallen semakin pecah.

"Kamu jangan gini dong, kalo kamu gini yang ada mommy sedih ngeliat kamu" Ucap Mahen.

"Biar kak, biar aku bisa nyusul mama aja" Tangisan Vallen semakin jadi.

"Jangan ngomong gitu dong" Tutur Mahen lembut. "Kayaknya hari ini kita gausah sekolah yah, soalnya kamu aja masih kayak gini" Ujar Mahen lalu mengeratkan dekapan nya pada Vallen.

"Vallen kenapa bro? Kok dia bisa kambuh lagi?" Tanya Alvaro yang baru datang ke apartemen milik Mahen, karena tadi Mahen sempat mengabari kepada Alvaro.

VALLENCIA (ONGOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang