PROLOG

47 16 6
                                        

Malam itu, hujan turun dengan deras, menghantam jalanan berbatu di sekitar SMA Delton Hill

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, hujan turun dengan deras, menghantam jalanan berbatu di sekitar SMA Delton Hill. Air mengalir deras di sepanjang trotoar yang sepi, memantulkan cahaya samar dari lampu-lampu jalan yang berkedip-kedip, seolah lelah menerangi malam yang begitu suram. Sekolah itu berdiri megah, namun angker di tengah kompleks, dengan bayang-bayang yang menjulang tinggi di bawah kilatan petir yang sesekali menyambar langit.

Di bawah naungan pohon besar di ujung jalan, Arabella memeluk dirinya sendiri, berusaha menghalau dingin yang merayap masuk ke dalam tubuhnya. Jaket yang dikenakannya basah kuyup, namun dia tidak bergeming. Matanya terpaku pada bangunan tua di seberang sana, bangunan yang sudah puluhan tahun menjadi saksi bisu dari setiap kisah yang tersimpan di balik dinding-dindingnya.

Malam ini, ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang lebih dari sekadar kegelapan malam atau hujan deras yang menghantui. Arabella bisa merasakannya-getaran aneh yang merambat melalui tanah, masuk ke dalam dirinya, dan menimbulkan perasaan tidak nyaman di dalam dada. Sebuah firasat buruk yang tidak bisa ia abaikan, meskipun ia tidak bisa menjelaskan alasannya.

Di balik jendela aula barat, ia melihat bayangan itu lagi. Bayangan yang bergerak cepat, seolah sedang mengintai sesuatu, atau seseorang. Mata Arabella menyipit, berusaha memfokuskan pandangannya di tengah guyuran hujan. Bayangan itu muncul lagi, kali ini lebih jelas, bergerak dari satu sudut aula ke sudut lainnya. Namun, sebelum ia bisa mengidentifikasinya, bayangan itu menghilang begitu saja, seolah larut dalam kegelapan malam.

Jantung Arabella berdegup kencang. Dia melangkah mundur secara refleks, tubuhnya bergetar bukan hanya karena dingin, tetapi juga ketakutan yang merayapi pikirannya. Bulu kuduknya berdiri tegak, seakan menandakan ada sesuatu yang sangat salah. Tidak ada suara lain selain gemericik hujan dan degup jantungnya yang memekakkan telinga.

Selama ini, Delton Hill dikenal sebagai sekolah elit dengan reputasi yang gemilang. Tempat di mana mimpi-mimpi siswa diwujudkan, tempat di mana para pemimpin masa depan ditempa. Namun, bagi Arabella, sekolah ini terlalu memiliki sisi gelap yang tak terlihat oleh mata kebanyakan orang. Mungkin itu hanya firasat, atau mungkin karena terlalu banyak cerita aneh simpang siur yang beredar di antara para siswa, namun, malam ini dia tahu bahwa ada sesuatu yang jauh lebih mengerikan dari sekadar rumor belaka.

Tiba-tiba, sebuah kilatan petir menyambar tepat di atas bangunan itu, membuat seluruh area sekitarnya terang benderang sejenak. Arabella terkejut dan tanpa sadar mundur beberapa langkah lagi. Namun, dalam kilatan cahaya itu, ia melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku. Di depan aula barat, di dekat pintu masuk yang sedikit terbuka, ada seseorang berdiri. Seseorang yang tidak seharusnya ada di sana pada malam seperti ini.

Namun, saat petir berlalu, sosok itu menghilang, lenyap secepat ia muncul. Arabella merasa napasnya tertahan, tidak percaya pada apa yang baru saja ia lihat. Hatinya berdebar kencang, rasa takut bercampur dengan adrenalin yang mengalir deras dalam nadinya. Dia tahu, ini bukan kebetulan.

Langkahnya terhenti di bawah rintik hujan yang semakin deras. Ada keputusan besar yang harus diambil-mundur dan melupakan apa yang dilihatnya, atau maju dan mencari tahu kebenaran di balik bayangan itu. Namun, jauh di dalam hatinya, Arabella tahu bahwa setelah malam ini, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

Di tempat yang seharusnya menjadi benteng impian, ada sesuatu yang mengintai dalam kegelapan. Sebuah rahasia kelam yang tersembunyi di balik dinding Delton Hill. Rahasia yang, dalam satu malam yang penuh misteri dan teror, akan mulai terungkap, memutarbalikkan segalanya.

The Sleuthing StudentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang