BAB 9 : Hasil Autopsi

15 4 0
                                    

"Hasil autopsi menunjukkan bahwa korban mengalami kehilangan darah yang signifikan akibat luka pada pergelangan tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hasil autopsi menunjukkan bahwa korban mengalami kehilangan darah yang signifikan akibat luka pada pergelangan tangan. Tidak ditemukan tanda-tanda narkoba atau zat berbahaya dalam tubuh korban, yang menunjukkan bahwa kematian ini bukan akibat overdosis."

Dokter Hart berhenti sejenak, memberi kesempatan pada para wartawan dan jurnalis untuk mencatat. "Kami juga telah memeriksa rekam medis dan latar belakang psikologis korban. Menurut catatan, Daiva memang menunjukkan tanda-tanda stres berat dan tekanan emosional yang mungkin dipicu oleh tekanan akademis dan masalah pribadi."

Dokter Hart mengamati laporan di tangannya sebelum melanjutkan, "Kami juga memeriksa rekaman video dari CCTV di sekitar lokasi. Rekaman menunjukkan bahwa korban masuk ke aula sendirian dan tidak ada tanda-tanda kedatangan orang lain setelahnya."

“Selain itu, berdasarkan hasil pemeriksaan forensik, kami memperkirakan bahwa korban meninggal dunia sekitar 24 hingga 36 jam sebelum ditemukan. Estimasi ini didasarkan pada pengamatan tingkat kekakuan otot (rigor mortis ) yang telah mencapai puncaknya, serta penurunan suhu tubuh (algor mortis ) yang sesuai dengan suhu lingkungan saat ditemukan. Proses pembusukan juga telah dimulai, meskipun masih dalam tahap awal.”

Dokter Hart menambahkan, "Dengan kata lain, semua temuan mendukung kesimpulan bahwa ini adalah kasus bunuh diri dan tidak ada indikasi keterlibatan pihak ketiga. Namun, kami tetap akan melanjutkan penyelidikan untuk memastikan tidak ada hal yang terlewat."

Gilang menyandarkan tubuhnya ke kursi, wajahnya tampak serius meski suaranya terdengar santai. "Kalau sudah begini, ya, mau gimana lagi? Tugas kita cuma menyebarkan informasi ini dan kembalikan nama baik Delton."

Vira menghela napas panjang, matanya menatap kosong. "Jadi, benar-benar bunuh diri, ya?" tanyanya pelan, seolah masih tidak percaya. "Daiva, lo kok milih bunuh diri, sih?"

Zenith, yang sedari tadi sibuk mengetik di laptop, menyahut tanpa mengalihkan pandangannya dari layar. "Entah sestres apa Daiva sampai dia milih untuk bunuh diri," celetuknya dengan nada skeptis. "Gue sampai enggak habis pikir. Orang sekaya, secantik, dan sepintar dia aja berakhir kayak gitu."

"Siapa yang tau tekanan orang?" Gilang berujar lagi, kali ini lebih serius. "Ya udahlah, sekarang kita fokus bikin berita aja supaya orang tua murid pada enggak khawatir." Gilang membuka laptopnya, jari-jarinya siap mengetik. "Gue dengar beberapa siswa milih homeschooling sementara karena kasus akhir-akhir ini."

Vira mengangguk. "Iya. Beberapa teman sekelas gue begitu. Orang tua mereka khawatir anaknya kenapa-kenapa. Apalagi setelah kematian yang terakhir itu ... siapa namanya? Cleo, kan?"

"Iya, Cleo," Karin yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara. "Sayang banget," lanjutnya dengan nada getir. "Ganteng, anak sains, baik hati lagi. Gila banget dia dipanggil Tuhan duluan. Stok cowok pintar berkurang di Delton."

The Sleuthing StudentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang