BAB 17 : Malam yang Mendebarkan

9 2 0
                                    

Arabella mencengkeram erat jaket Atlantas, mencoba menenangkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arabella mencengkeram erat jaket Atlantas, mencoba menenangkan diri. Jantungnya berdegup begitu cepat hingga terasa hampir melompat keluar dari dadanya. Dia mengutuk dalam hati, tidak tahu bagaimana situasi ini bisa berakhir seperti ini.

Awalnya, strategi mereka berjalan mulus. Pemasangan CCTV di lantai lima dan empat berhasil tanpa hambatan. Namun, ketika mereka mencoba memasang CCTV di lantai tiga, suara langkah kaki tiba-tiba terdengar. Seluruh kelompok mereka terkejut, dan satu menit kemudian, Aji memberi tahu melalui earphones mereka bahwa beberapa CCTV di lantai tiga juga mati, sehingga dia tidak dapat mendeteksi adanya seseorang yang datang dari arah itu.

Sekarang mereka terjebak. Tidak ada yang tahu siapa orang itu, dan dalam kepanikan, mereka semua berpencar. Arabella, yang berada paling dekat dengan Atlantas, langsung ditarik ke dalam sebuah kelas yang kebetulan pintunya terbuka. Atlantas menutup pintu perlahan, memastikan tidak ada suara yang keluar, dan membawa Arabella ke sudut ruangan.

Arabella menahan napas. Kesadarannya kembali seiring dengan detik yang berlalu, dan dia menyadari sesuatu-dia duduk di atas pangkuan Atlantas! Wajahnya terasa panas. Dia ingin menarik diri, tapi rasa malu menahannya. Jadi, dia membiarkan saja, berpura-pura bahwa dirinya masih terselubung dalam kepanikan.

Atlantas menegakkan tubuhnya, matanya tetap fokus pada gadis di depannya. Arabella masih bergetar, tubuhnya menggigil seperti daun di tiup angin kencang. Atlantas menghela napas panjang, lalu dengan lembut mengusap puncak kepala Arabella yang tertutup hoodie.

"Ada saya di sini, jangan takut," bisiknya, suaranya tenang dan meyakinkan.

Tubuh Arabella menegang mendengar bisikan itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Hanya cengkeramannya pada jaket Atlantas yang semakin erat.

Tidak lama kemudian suara Aji kembali terdengar melalui earphones.

"Lo semua jangan bergerak kalau tempat persembunyiannya masih aman," perintah Aji dengan nada tegas. "Ada dua orang. Cowok. Gue enggak tahu siapa mereka. Kayaknya meraka mau naik ke lantai lima."

Arabella merasa gelisah mendengar laporan itu. Siapa mereka? Apa tujuan mereka? Apakah mereka juga mencari kebenaran atau justru sebaliknya?

"Mereka punya kunci ke rooftop dan-SHIT!" Suara Aji tiba-tiba meninggi, membuat Arabella terlonjak.

"Kenapa?!" pekik Arabella, suaranya tanpa sadar meninggi, tapi dia segera membekap mulutnya sendiri. "Aji, lo dengar gue? Ji! Please, respon gue!"

"Tenang," ucap Atlantas sambil memegang kedua bahu Arabella dengan lembut, mencoba menenangkan gadis itu. "Ji, kamu dengar suara kita?"

Tidak ada jawaban. Arabella mulai panik, matanya mulai basah oleh air mata yang dia tahan. "Apa Aji mengalami sesuatu?" suaranya bergetar.

"Tidak mungkin. Saya yakin itu," jawab Atlantas dengan nada yang lebih tegas. Dia menatap Arabella dalam-dalam, mencoba menenangkan gadis itu dengan tatapan matanya. "Tenanglah, panik tidak akan menyelesaikan apapun."

The Sleuthing StudentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang