22| Malam Yang Berbeda

134 46 30
                                    

     Seharusnya, Aresh tidak perlu peduli lagi pada Avisha. Namun, gadis itu benar-benar memenuhi isi pikirannya. Masih banyak hal yang masih dia pertanyakan. Bahkan dia beranggapan, bahwa di sini dirinya yang menjadi selingkuhan.

     Segabut-gabutnya Aresh menerima ajakan para gadis itu berpacaran, ternyata cara main Avisha lebih gila. Dia mematahkan hatinya saat baru pertama kali merasakan jatuh cinta.

     Dari dulu, Aresh menerima mereka karena mantannya yang memaksa. Padahal dia sudah jelaskan kalau dirinya tidak ingin jatuh cinta. Jadi bukan salahnya membuat mereka patah hati berakhir memutuskan Aresh. Namun sekarang? Avisha benar-benar jahat.

     Ponselnya sepi, tidak ada notif apa-apa lagi yang dia tunggu. Ajakan main Mobile Legend pun terasa tidak mengasikan lagi.

     "Huft, bosen," gumamnya memandang langit-langit kamar.

     Biasanya akan ada kak Lavanya yang akan dia ganggu, namun Kakaknya itu kini berada di kota Jogja menempuh pendidikan S1 Farmasi nya. Beruntung, Lavanya tidak merasakan patah hati, karena bang Nero begitu baik. Yah, jika tidak, harus berhadapan dengan Aresh karena berani menyakiti Kakak kesayangannya.

     Iseng membuka ponsel, alih-alih merileks kan pikirannya, Aresh malahan dibuat emosi melihat postingan Avisha dengan cowok itu. Apa gadis itu sengaja memanas-manasinya? Tidak tau malu.

      Kesal, Aresh memutuskan untuk menghapus nomor Avisha, lalu memblokir seluruh akun sosmednya. Dia boleh patah hati, tapi tidak akan berangsur lama. Avisha tidak berhak membuatnya jadi cowok alay, yang akan menggalau bertahun-tahun hanya karena cinta.

      Mungkin benar, sejak dulu cinta itu tidak penting.

      "Keluar ah."

      Menyambar jaket hitam di lemari, Aresh pergi dengan motornya meninggalkan halaman rumah.

***

     "Harmonie?" gumam Aresh seraya memincingkan matanya saat melihat gadis berkuncir kuda tengah makan mie ayam di pinggir jalan, sendirian. Dia tampak fokus pada ponsel tanpa terganggu suara bising sekitar.

     Meninggalkan parkiran Indomaret, Aresh pergi ke penjual mie ayam. Memesan semangkok mie lalu duduk di samping Harmonie tanpa gadis itu sadari. "Gue boleh duduk di sini, 'kan?"

     "Boleh aja," jawab Harmonie masih fokus menonton anime.

     Dengan rasa penasarannya, Aresh melirik layar ponsel Harmonie. Keningnya mengkerut heran. "Wibu," cetusnya.

     Raut wajah Harmonie langsung berubah tidak suka mendengar ucapan dari lelaki di sampingnya. "Mas kalau gak suka bisa pindah— lah? Aresh?"

     Aresh menaikkan alisnya menggoda. "Hai, sendiri?"

     "Lo liat gue satu kampung?" ketusnya kesal.

     Tawa Aresh pecah. "Galak amat gak di sekolah gak di luar."

     "Lo ngapain di sini?" tanya Harmonie, mempause anime yang sedang dia tontonnya.

     "Makan mie dong."

     "Ngikutin gue, yaaa?" tuding Harmonie memincingkan mata.

     "Ge-er. Abis dari Indomaret gak sengaja liat lo sendirian di sini. Naik apa ke sini?"

     Harmonie menunjuk sepeda berwarna merah hitam miliknya yang terparkir. "Naik sepeda?"

 "Naik sepeda?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TREASURER | ARESHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang