CHAPTER 2

1.1K 118 4
                                    

HAPPY READING

-
-
-
-
-












2 hari kemudian....

hari ini adalah hari dimana feni keluar dari rumah sakit, dengan keadaan yang masih belum bisa berjalan.
chika mendorong kursi roda mama nya menuju mobil dan shani sedang mengurus semua administrasi

"kita ke makam papa kalian dulu, boleh?" tanya feni penuh harap

"nanti tanya cici dulu ya ma, chika ga bisa ambil keputusan sendiri karena kondisi mama masih lemah dan harus banyak istirahat" jawab chika dan terlihat raut wajah sedih dari mama nya

chika dan feni sudah masuk ke mobil terlebih dahulu.
setelah beberapa menit menunggu akhirnya shani datang dan langsung masuk kedalam mobil

"shan, mama pengen ke makam papa kalian" ucap feni dengan mata yang penuh harap

shani yang duduk di kursi kemudi pun membalikkan badannya menatap sang mama

"kata dokter mama harus istirahat dulu, besok pagi shani janji bakalan bawa mama ke makam papa" ucap shani menolak dengan lembut permintaan sang mama

"shani, mama mohon hiks" dengan mulut yang bergetar dan mata yang sudah tak bisa menahan tangis nya feni mencoba meluluhkan hati sang anak sulung agar menuruti kemauannya

"ci, sebentar aja ya? kasian mama" bujuk chika

merasa kasihan melihat mama dan adik nya memohon seperti itu akhirnya shani luluh juga

"iya yaudah, tapi sebentar aja ya ma? mama harus istirahat yang banyak untuk hari ini" ucap shani dan feni senyum sambil mengangguk

setelah menempuh perjalanan yang cukup lama sekitar 30 menit, akhirnya mereka bertiga sampai di tempat pemakaman pak agawa.
tempat pemakaman mewah dan hanya orang orang kaya saja yang di makamkan di tempat itu

shani dan chika kompak membantu sang mama untuk keluar dari mobil dan duduk di kursi roda dengan sempurna.
dengan perlahan mereka berjalan menuju tempat peristirahatan pak agawa

"shan, chik, mama pengen duduk di bawah biar setara dengan papa kalian" pinta feni ketika sudah berada tepat di samping makam suaminya

chika menoleh ke arah shani dengan raut wajah seakan bertanya "boleh?", dan jawaban yang berikan shani ialah mengangguk pelan yang bermakna "iya boleh".
mereka membantu feni untuk turun ke bawah, walaupun kesusahan dan menimbulkan sakit pada tubuh feni, ia tak mengurungkan niat nya agar duduk setara dengan pusara sang suami

feni memegang erat makam sang suami

"mas maafin aku ya, gara gara mas nurutin kemauan aku untuk pergi belanja, mas jadi kehilangan nyawa" air mata feni tidak berhenti mengalir dan tangannya gemetar menahan sesak dan menahan sakit fisiknya sekarang

shani yang menyadari itupun mengelus pelan bahu sang mama

"ma udah ya? kita harus pulang dan mama harus istirahat, papa nanti sedih liat mama kayak gini" ucap shani

"shani tau, mama sekarang nahan sakit kan di tubuh mama? shani bisa lihat ma" lanjut shani

"ci shani benar ma, ayo kita pulang dulu dan nanti kita datengin papa lagi deh kalo mama udah cukup istirahat dan pulih, kita sekarang cuma punya mama dan kita ngga mau mama kenapa napa, chika mohon ma ini demi papa juga biar papa ga sedih liat mama nahan sakit seperti ini" ucap chika yang juga menyadari bahwa mama nya menahan sakit

sebelum benar benar meninggalkan makam tersebut, mereka bertiga berdoa terlebih dahulu untuk mendiang pak agawa

dengan berat hati perlahan feni dan kedua anaknya pergi dari tempat peristirahatan terakhir pak agawa

PAPA TIRI SHANI DAN CHIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang