"Indahnya, aku tidak tau kalau ada desa seindah ini." ucap Athena dengan raut kekaguman yang terlihat.
"Ini desa Orlith nona. Desa yang menjadi perbatasan antar kerajaan Arch dengan kerajaan Zwicht, desa kecil ini memang terkenal akan keindahan nya." jelas Dero.
"Ah, begitu. Berarti kita sudah mulai memasuki wilayah Zwicht?"
"Belum nona. Kita harus melewati hutan yang berada di belakang desa, hutan itu akan mengantarkan kita ke wilayah Zwicht."
Orlith adalah desa kecil yang hanya dihuni oleh segelintir warga, mungkin jika dihitung penduduknya hanya sekitar 55 orang, dengan total 11 kepala keluarga. Desa ini memang terletak di perbatasan Arch dan Zwicht, namun warganya berasal dari luar dua kerajaan itu, dominan berasal dari Beldric. Entah alasan apa yang membuat mereka meninggalkan kerajaan besar nan maju itu untuk tinggal di daerah kecil ini.
Walau demikian, mereka dikenal akan keramahan nya. Berasal dari kerajaan yang berbeda tak membuat mereka bermusuhan, sebaliknya, hubungan mereka layaknya keluarga yang saling mengasihi. Selain itu, desa ini dianugerahi pemandangan yang indah. Dimana, di tengah desa terdapat pohon besar yang rindang dengan daun berwarna keemasan.
Desa Orlith dilindungi oleh kerajaan Arch, meski mereka harus berebut terlebih dahulu dengan Zwicht.
Netra kelabu Athena memindai sekitar, melihat beberapa warga yang berlalu-lalang dengan kesibukan masing-masing. Toko-toko makanan tampak ramai dengan pembeli yang mengantri, meski penduduknya terbilang sedikit. Desa ini banyak diminati masyarakat lainnya, banyak yang datang entah untuk melihat keindahannya, atau hanya untuk membuktikan pohon dengan daun keemasan itu.
Sebab itu juga desa ini jarang sepi. Menghirup aroma makanan yang menggugah selera, perut Athena seketika berbunyi cukup keras, menyebabkan Dero yang disebelahnya menoleh.
'Kenapa lo harus bunyi sih?! Mau ditaruh dimana muka gue?!!'
"I-itu bukannya suara sapi? Ah ya, sapi! Kau lihat Dero, disana ada Sekumpulan sapi, pasti bunyi itu berasal dari sana." kebohongan yang tidak masuk akal.
Lelaki bersurai perak itu terkekeh kecil, nona nya tak pandai berbohong. Lagipun sejak kapan sapi mengeluarkan suara 'kriukkk-'?, apa sapi itu siluman?
"Begitukah nona? Saya kira itu bunyi dari perut seseorang yang tengah kelaparan," ucap Dero dengan wajah tengil.
"I-iya! Sudahlah, bagaimana kalau kita mampir untuk membeli makanan dulu? Ya, siapa tau kau lapar."
"Tapi nona, saya belum lapar." wajah Athena sudah memerah, entah karena marah atau malu. Yang pasti ekspresinya itu membuat Dero ingin sekali tertawa, ternyata menjahili sang nona sangat menyenangkan.
"Mungkin maksud nona, nona yang tengah lapar, bener kan?"
"Aku? Lapar? Hahaha, mungkin iya.."
Lepas sudah tawa Dero, wajahnya sampai memerah, seiring tawanya dapat Athena lihat lesung pipit yang muncul di kedua pipi lelaki itu. Wajah Dero yang biasanya terlihat sangar itu kini terlihat sangat manis.
Dero meredakan tawanya yang mengudara, mengusap sedikit air mata yang hendak keluar, wajahnya yang putih itu sedikit memerah karena terlalu banyak tertawa. Dero merasa bingung, selama ini ia sangat susah tertawa meski didepannya ada hal lucu. Namun, Clovera dengan mudahnya membuatnya tertawa lepas.
Beberapa warga sempat berhenti untuk melihat keduanya. Wajah tampan dan cantik itu tentu menarik perhatian banyak warga, tidak sedikit para gadis yang memekik tertahan kala melihat wajah kelewat tampan Dero.
Banyak yang ingin mendekat untuk sekedar berkenalan. Sayang, niat itu urung ketika mereka juga melihat gadis cantik disebelah lelaki itu, mereka seketika mundur.
"Dero, wajahmu manis jika tertawa." ujar Athena jujur.
Berdehem pelan, Dero tersenyum tipis dengan telinga memerah. "Terimakasih nona."
"Kalau di dunia ku mungkin kau sudah jadi boyband, atau seorang playboy."
"Maaf nona, apa itu boybay? Dan payboy itu apa?"
Athena spontan menepuk jidat, ia lupa, Dero mana tahu tentang istilah yang diucapkannya.
"Ya itu semacam artis,"
Kerutan samar terlihat di dahi lelaki tampan itu, masih belum paham dengan yang diucapkan sang nona.
"Apa itu artis?"
Lagi-lagi gadis itu menepuk jidat, "Orang yang terkenal."
"Seperti seorang raja?"
Athena memutar bola mata malas, ia memilih tak menjawab. Yang ada jika ia meladeni Dero, pembicaraan ini tak akan berakhir.
"Aku lapar, sepertinya makanan itu enak."
"Baiklah, kita akan membeli itu. Mari nona,"
Athena langsung berlari menuju toko makanan yang tadi ditunjuk nya, ia mengangkat sedikit gaun yang dikenakannya. Menoleh, Athena melihat Dero yang malah berdiri mematung.
"HEY DERO, DENGARKAN AKU. YANG DAPAT KESANA LEBIH DULU AKAN MENANG, JIKA KALAH HARUS MENTRAKTIR YANG MENANG." teriaknya dengan urat malu yang mungkin sudah putus.
"Apa itu traktir? Mengapa nona memiliki kosa kata yang aneh."
Tbc....
Clovera di bayangan ku..
Ramein dong guys cerita ini, thank youu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruthless Prince | On Going |
FantasíaAthena mengusak rambutnya frustasi, matanya menatap sekitar tak habis pikir. untuk mendukung pemikiran gila-nya, gadis itu membenturkan kepalanya pada dinding, membuat rasa sakit ia rasakan. ini bukan mimpi! Athena rasanya ingin menangis saja. kes...