Perasaan cemas menyelimuti hati Athena sejak kemarin, entah kenapa ia mengkhawatirkan sesuatu yang ia sendiri tidak tau. Seakan hatinya ingin memberitahu sesuatu yang tidak beres telah terjadi. Tapi apa? Apa itu?
Gelisah, perempuan cantik itu memejamkan mata, mencoba menenangkan pikiran.
Kini ia dan Dero sudah berada di rumah yang dibelikan Chazell di desa Valley. Rumah kecil dengan halaman cukup luas, memiliki dua kamar dan satu kamar mandi, cukup untuk keduanya huni. Tampak semakin nyaman dengan tumbuhnya satu pohon rindang di depan rumah, menjadikan tempat berlindung itu terlihat teduh.
Desa Valley jauh berbeda dari apa yang dipikirkan Athena. Ia kira disana akan banyak warga yang berlalu-lalang dengan sihir mereka, namun nyatanya, warga disini terlihat sama saja dengan warga kerajaan lain. Mereka nampak akur, terlihat dari senyum yang selalu terpatri diwajah mereka.
Athena sendiri sudah mulai bergaul dengan warga sekitar, mereka ramah seperti yang pernah Dero bilang.
Angin di senja hari berhembus, menerbangkan helaian rambut panjang kecoklatan Athena yang memang tidak diikat.
Matahari mulai tergantikan, sang rembulan siap menjalankan tugasnya. Bintang-bintang nampak bermunculan, memancarkan cahaya indah yang berkilauan.
Athena duduk tenang di teras rumah, menatap langit senja yang kini mulai menghitam. Keheningan menemaninya, menutup mata, ia menghela nafas.
Sedari semalam perasaannya benar-benar tak tenang. Athena merasa telah terjadi sesuatu yang buruk pada dua saudara laki-lakinya.
"Duke kan udah nggak waras, gue khawatir mereka ditangkap karena ketahuan bantuin gue kabur," gumam Athena.
"Selamat malam nona cantik," sapaan hangat itu membuat Athena mengalihkan pandangan.
Sesosok pemuda cukup tampan berdiri di luar pagar, dia tersenyum sembari melambai. Lantas Athena pun balik tersenyum sebagai balasan.
"Malam, Hen. Ada apa?" pemuda itu adalah Henzi, salah satu warga disana, tetangga Athena. Sejak ia dan Dero datang, pemuda itu selalu berusaha mendekati Athena.
"Tidak, hanya ingin menyapa saja." Athena hanya mengangguk pelan.
"Ah ya! Nona cantik, kalau boleh saya tau, nama nona siapa ya? Kemarin kan kita belum berkenalan,"
"Athena, panggil saja begitu," ujarnya dengan senyum kecil. Ia dan Dero sudah sepakat untuk merahasiakan identitas Clovera, jadi Athena pakai saja nama aslinya dulu.
"Baiklah nona Athena yang cantik, senang berkenalan dengan anda. Anda sendiri sudah tau bukan nama saya? Betul! Saya adalah Henzi Allegra, lelaki tertampan didesa ini!"
Ya, tidak salah bila dia berkata begitu. Henzi cukup tampan dengan rambut hitam legam, dan iris mata hijau zamrud nya. Tubuhnya juga cukup kekar, dan tinggi dengan kulit eksotis yang memikat kaum hawa.
Namun, mau setampan apapun dia. Menurut Athena, Dero lah yang paling tampan. Benar bukan? Ah, berbicara tentang Dero. Lelaki itu menghilang setelah pamit pergi entah kemana. Aneh sekali.
"Omong-Omong nona cantik, lelaki yang bersama mu itu kemana?"
"Kenapa memang?"
Henzi menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, "Saya hanya bertanya nona, barangkali lelaki itu keluarga anda, saya kan bisa meminta restu,"
"Dia sedang pergi. Oh, jangan panggil aku nona cantik lagi, cukup panggil Athena saja,"
"Sesuai keinginan anda nona Athena yang cantik,"
Aduh buaya buaya, batin Athena dalam hati.
Lalu mengalirlah cerita Henzi tentang desa ini, lelaki itu benar-benar banyak bicara. Athena hanya bisa mendengarkan sembari merapalkan doa supaya dia cepat pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruthless Prince | On Going |
FantasyAthena mengusak rambutnya frustasi, matanya menatap sekitar tak habis pikir. untuk mendukung pemikiran gila-nya, gadis itu membenturkan kepalanya pada dinding, membuat rasa sakit ia rasakan. ini bukan mimpi! Athena rasanya ingin menangis saja. kes...