"Untuk apa kau kemari, ayah?"
Sosok yang baru saja datang itu terkekeh pelan, ia menatap lelaki didepannya dengan mata tajamnya yang khas.
"Kau tau untuk apa kedatangan ku, son." balas sosok itu yang diketahui merupakan Ayah dari lelaki bersurai perak.
"Aku tidak tau, dan tak mau tau. Puas?" Hmm, terkesan tidak sopan memang, namun lelaki itu tidak peduli, hubungannya dengan sang ayah memang seperti ini.
"Saat itu tiba kau harus menggantikan posisi ku nak. Bukankah harusnya memang begitu?"
Si lelaki sepenuhnya tak acuh pada ayahnya, fokusnya justru terdapat pada benda yang berada di genggamannya.
"Jawablah, pangeran mahkota."
"Jawaban apa yang ingin kau dengar, Raja Ervan?"
Ervan, sosok ayah dari lelaki bersurai perak itu malah tertawa kecil. Dalam hati mengutuk sang anak yang terlihat tidak sopan. Untung anak kandung, pikirnya.
"Masih sama," gumam Ervan.
"Ya, tentu saja, saya masihlah manusia utuh ayah."
Jika tak ada hubungan darah, mungkin Ervan sudah menebas kepala sang anak dengan pedangnya.
"Jangan bercanda, pangeran."
"Baik." lelaki itu berbalik, menatap tepat manik serupa dengannya. Ia lantas menaikkan alisnya, seperti bertanya, apa yang mau kau bicarakan?
"Kau akan naik tahta tak lama lagi,"
"Oh."
"Bertarung yuk nak? Sepertinya sudah tiga tahun lebih kita tidak mengasah kemampuan bersama," Ervan sudah mengeluarkan pedangnya, berniat menantang sang anak tunggal.
"Tidak, terimakasih."
Sialan, sebenarnya kau ini anak siapa hah? Kenapa sangat menyebalkan?
Sang penguasa menggeram marah, ia sudah mengayunkan pedangnya kearah sang anak, Namun dalam sekejap, pangeran mahkota yang akan segera naik tahta itu berteleportasi keatas tempat tidur.
Dengan tangan yang masih asik memainkan jantung seperti halnya mainan, ia berucap, "Apa kemampuan mu berkurang, Raja?"
"Kau benar-benar menguji kesabaran ku pangeran,"
Sang pangeran hanya tersenyum miring, ia menaruh jantung itu di cincin ruang miliknya, lalu mulai memusatkan atensi pada sang ayah kandung.
Dalam sekejap mata, Ervan menghilang lalu muncul tepat didepan pangeran yang masih tak melakukan apa-apa. Ia mengayunkan pedang, mengincar dada sang anak, namun pangeran segera menghindar, ia berpindah ke pojok kamar dengan tangan yang bersedekap.
"Kau!" Ervan menggunakan kekuatannya untuk menambah kecepatan, ia berlari secepat kilat lalu kembali mengincar dada kanan sang anak.
Senyum seringai terlihat di bibir pangeran, ia merasa tertantang. Pangeran menyambut serangan Ervan tanpa melawan sama sekali, ia membiarkan pedang tajam itu menusuk dada kanannya. Namun yang aneh, Pangeran tidak terlihat kesakitan. Bahkan darah pun tidak mengucur dari tusukan pedang itu.
Serangan Ervan malah membuat pangeran tersenyun lebar, ia menatap tepat manik kelabu sang ayah yang menyorotnya datar.
"Kau kalah, lagi ayah .."
Seketika pedang sang Raja terhempas kuat, bahkan Ervan sampai mundur beberapa langkah ketika kekuatan mulai dikeluarkan oleh sang pangeran.
Tubuh lelaki bersurai perak itu melayang lalu bersinar terang, Dengan gerakan perlahan Pangeran kembali mendarat di lantai kamar dalam keadaan yang baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruthless Prince | On Going |
FantasiAthena mengusak rambutnya frustasi, matanya menatap sekitar tak habis pikir. untuk mendukung pemikiran gila-nya, gadis itu membenturkan kepalanya pada dinding, membuat rasa sakit ia rasakan. ini bukan mimpi! Athena rasanya ingin menangis saja. kes...