Seventeen | XVII |

4.8K 378 14
                                    

Flasback or Dream?

CTAR!

CTAR!

CTAR!

"AKHHH!"

Clovera mengerang, punggungnya perih dan sakit. Cambukan itu sungguh menyiksanya. Gaun mewah yang biasa ia kenakan, kini berganti menjadi gaun lusuh nan kotor. Rambut yang biasa halus itu kini tampak tak terawat, kulit putihnya banyak bercak darah dengan goresan luka dimana-mana.

Sudah 4 bulan lebih ia dikurung, disebuah tempat kotor dengan alas tanah, tempat itu bahkan tidak bisa disebut penjara.

Hanya karena kesalahan kecil, ia sampai disiksa sedemikian rupa. Kesalahan yang bahkan sangat sepele itu membuatnya merasakan neraka dunia.

Gadis itu menatap ke belakang, melihat orang yang selama ini tak pernah absen mengukir luka dipunggung nya.

Lelaki itu melempar asal cambukan nya, ia berjongkok, menarik rambut Clovera kasar, lantas membenturkan nya ke dinding, terus dilakukannya berulang. Hingga kepala yang tengah dipegangnya itu mengeluarkan cairan kental berwarna merah dengan aroma amis menusuk.

"Shhhhhh," ringisan lirih terus terdengar ketika lelaki itu membenturkan kepalanya.

Sakit? Jelas. Tapi Clovera bisa apa? Dengan tubuh dirantai, ia tidak bisa melakukan apa-apa.

"Ini balasan dari apa yang kau perbuat, dasar jal*ng!" kata lelaki itu.

Clovera tak membalas, justru pandangannya tertuju pada cairan merah yang terus mengalir dari kepalanya menuju tanah yang menjadi alasnya selama ini.

"Bunuh aku."

"Bunuh? Setelah yang kau lakukan? Tidak bisa, jal*ng seperti mu harus di siksa terlebih dahulu sebelum mati." dengan tak berperasaan, lelaki itu memukul tubuh Clovera dengan balok kayu yang tadi sempat diambilnya.

Clovera tak mengeluarkan suara sama sekali. Tubuhnya seolah mati rasa, meski begitu ia bisa merasakan badannya yang remuk setelah dipukul keras.

Cklek..

"Belum selesai? Sampai kapan kau mau menyiksanya?"

"Sampai dia mati."

Seorang lelaki datang dengan pakaian bangsawannya, ia hanya bisa menggelengkan kepala mendengar jawaban si lelaki yang memegang balok kayu itu.

Clovera mendongak, ia bisa melihat lelaki yang baru datang itu kini menatapnya remeh. Clovera tak percaya dengan apa yang matanya lihat.

"Oh lihatlah jal*ng ini. Hey, dia melihat mu. Oh! Aku tau, dia pasti terkejut melihat kakaknya datang. Benar bukan?"

"Cih, aku tak punya adik perempuan selain Zellina."

Lelaki itu tertawa geli, ia menangkup wajah Clovera dengan kasar.

"Hey, kau dengar? Kakakmu tak sudi punya adik jal*ng sepertimu,"

"Sudahlah Yang Mulia, habisi saja dia."

Ruthless Prince | On Going |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang