Bab 49

2.5K 237 38
                                    

"kita harus tutup kebocorannya. asisten, siapkan bahan hemostat cair lagi" titah Aran pada Zee

"baik Dok" Zee

"aneurisma sudah tertutup sempurna. asisten, bantu saya menutup luka"  pinta Aran yang dituruti oleh Zee, ia bersyukur operasi bisa berjalan dengan lancar. namun, kenapa perasaan Aran tak kunjung lega?

dengan telaten Aran dan Marsha menutup luka di kepala Shani dengan sabar yang dibantu dengan Zee hingga luka benar-benar terutup

"perawat anestesi, tolong bangunkan pasien" titah Aran

"siap Dok.." jawab Amanda, lalu mulai membangunkan Shani

"Dok..?" panggil Amanda pada Aran juga Marsha, namun ia kembali mencoba untuk membangunkan Shani, ia mencoba menyuntikkan adrenalin dengan tangan yang bergetar, membuat semua yang ada disana menatap monitor

"tidak ada respon, Dok" lapor Amanda

Aran menatap wajah Shani yang semakin memucat. ingatannya melayang ke percakapan singkatnya dengan wali Shani sebelum operasi. sepupu sekaligus sahabat Shani, seorang wanita dewasa dengan mata yang bersinar, menatapnya dengan penuh harap "kita titip Shani ya" ucapnya dengan suara lirih

Aran memejamkan mata sejenak, berusaha mengusir bayangan itu. ia kembali fokus pada operasi, namun semua usahanya sia-sia. detak jantung Shani semakin melemah

mereka semua sudah berusaha semaksimal mungkin untuk kembali menetralkan detak jantung Shani, namun nihil. hingga akhirnya berhenti tanpa ada lagi detak sama sekali

"dia udah pergi" ucap Marsha dengan suara lirih melihat wajah pucat Shani, tangannya menepuk pundak Aran yang begitu putus asa

di luar ruang operasi, Desy menunggu dengan cemas, ia berjalan mondar-mandir dengan gelisah. tatapannya kosong, seolah-olah dunia telah berhenti berputar

tak lama kemudian Zee keluar dari ruang operasi atas perintah Aran juga Marsha, wajahnya terlihat begitu pucat pasi, seolah tak siap untuk mengatakan apa yang terjadi

"maaf sebelumnya, tapi.." ia memotong bicaranya untuk menarik nafasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan kalimatnya

"kami sudah melakukan semua yang kami bisa, dan pasien atas nama Shani Indira Natio dinyatakan meninggal dunia" lanjut Zee dengan nada sedih, ia sama sekali tak sanggup untuk melihat wajah mereka yang menunggu Shani

dunia seakan runtuh bagi Desy. bagaimana jika Gracia mendengarnya secara langsung? ntahlah Desy pun sama sekali tak bisa membayangkannya. Desy berjalan menuju ruangan rawat inap Shani dengan langkah yang lunglai, ia sudah tak lagi memiliki semangat, baginya Shani adalah teman kecilnya, sahabatnya, adiknya. adiknya itu sudah pergi meninggalkannya

ceklek

Desy masuk ke dalam ruangan rawat inap Shani, lalu menutup pintunya

"operasi udah selesai" ucap Desy dengan begitu pasrahnya

"gimana Shani?" tanya Jinan

"Shani.. dia udah sembuh, dan ga akan pernah ngerasain sakit lagi" jawab Desy jujur, namun ntah mengapa terdengar sangat mengganjal bagi Gracia

"maksudnya Ci?" tanya Gracia penuh tuntutan pada Desy

"Shani pergi, dan ga akan pernah balik lagi.." jawab Desy

Gracia menangkup mulutnya sendiri, air matanya mengalir membasahi pipinya, ia berusaha menahan isakan yang sudah jelas tak bisa ia tahan lagi. ia tidak percaya, ia tak terima. kenapa? kenapa Shani tega meninggalkannya??

"Shani.. hiks.." ia menarik selimut milik Shani untuk dipeluknya, tangisnya pecah begitu saja tak lagi peduli dengan keberadaan Desy dan Jinan disana

"hiks hikss.. Shani hiks.." hanya itu yang bisa ia ucapkan

Only You - GreShan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang