"Menurut pantauan, Nalian berjualan makanan selama sebulan ini dengan Baily. Mereka membuat lapak di pasar dan berjualan dari jam 9 pagi sampai jam 12 siang,"ucap Harsa memberi informasi berdasarkan pantauan dari Dimas dan James selaku asisten pribadi Nalian.
Aslan mengangguk. "Baguslah. Setidaknya ada celah bagi mereka bisa mengenal lebih baik. Tidak sia-sia anakmu itu membuat onar."
"Aksara keadaannya gimana, Harsa?"tanya Vanya mengalihkan pembicaraan sebab Mertuanya ini sangat jengkel akan sikap anak semata wayangnya itu. Termasuk dirinya sebagai Ibu.
"Aksara menjadi supir sekaligus asisten Aleta. Gajinya hanya di fasilitasi makanan dan kosan yang jaraknya 3 km dari perumahan rumah Aleta. Sehari-hari Aksara harus berjalan kaki ke rumah Aleta. Gadis itu sengaja memberi pelajaran bagi Aksara agar tidak mengulangi perbuatannya lagi dan kapok akan hukuman yang diberikan oleh Papa,"jawab Harsa.
Hara tersenyum simpul. "Senang sekali mendengar perkembangan mereka. Nalian jadi bisa lebih dekat dengan Baily. Tidak sabar menantikan mereka saling mencintai."
"Aku juga lega pada akhirnya Aksara bisa belajar mandiri dan setuju sekali dengan apa yang Aleta lakukan. Hitung-hitung anak itu memang harus diberi pelajaran supaya berhenti berfoya-foya. Aku mohon sama Papa, jika hukuman mereka sudah usai. Tolong jangan beri keleluasan bagi Aksara dalam mengelola showroom mobil. Takutnya anak itu berulah lagi,"pinta Vanya.
Aslan menepuk pundak Vanya lembut. "Kamu tenang saja, Vanya. Pastinya keuangan dari pekerjaan yang dia pegang akan aku perhatikan lebih ketat. Aku juga tidak senang anak itu menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting. Lebih baik uangnya di donasikan kepada yang berhak."
"Apapun itu, tolong jangan terlalu keras sama Aksara. Aku takut dia semakin marah. Apalagi setelah tahu semua aset perusahaan keluarga De Jung jadi milik Nalian. Aku hanya nggak mau dia jadi berkecil hati,"ujar Hara mengutaran ke-khawatirannya.
Vanya menggeleng pelan. "Kamu nggak perlu khawatir, Hara. Aksara memang perlu di kerasin supaya dia belajar caranya menghargai uang. Lagian dia nggak cocok megang perusahaan dengan sikapnya itu. Aksara di fasilitasi showroom itu sudah jauh lebih baik. Seperti halnya Natania yang di fasilitasi butik oleh Papa. Nalian memang pantas memegang kendali atas keluarga De Jung dengan sikap tegasnya itu."
"Kalau Nalian kelewatan, tolong tegur dia ya? Aku tidak mau keluarga ini bertengkar lagi. Rasanya hampa sekali seperti ini,"tutur Hara.
Aslan tersenyum. "Jangan khawatir. Aku pastinya akan selalu bersikap adil kepada para cucuku. Kalian hanya perlu mendukung dan memberi dorongan kepada anak-anak kalian agar menjadi manusia yang baik dan beradab. Aku tidak ingin ada ucapan kasar lagi yang keluar dari mulut mereka. Rasanya tidak pantas di dengar. Beritahukan pada James dan Dimas, pantau terus keadaan Nalian dan Aksara."
"Baik, Pa."
***
"Wah kebetulan banget kita ketemu di sini. Lo bisa nih pergi ke mall? Dapat uang darimana, Nalian?"ejek Aksara saat mereka bertemu di salah satu mall Jakarta Pusat.
Kebetulan Nalian dan Baily memang sengaja pergi ke mall sekedar menonton bioskop untuk self reward atas penjualan makanan yang semakin hari, semakin banyak peminatnya. Sedangkan Aksara pergi ke mall hendak menemani Aleta berbelanja. Ya, posisinya sekarang Aksara menjadi supir sekaligus asisten Aleta.
"Mau nonton bioskop,"jawab Nalian singkat dengan membuang muka ke arah lain.
Aleta lebih dulu membuka suara ketika Aksara akan membalas ucapan Nalian. Tanpa Nalian dan Baily sadari, gadis itu sudah mencubit kecil tangan kiri Aksara agar tidak membuat masalah. "Wah seru banget tuh. Barengan aja kita. Boleh nggak?"
"Asal nggak bikin rusuh sih,"ujar Baily menatap ketus ke arah Aksara.
Aksara menghela nafas. Ia paham jika dirinya di sindir secara terang-terangan oleh sang mantan kekasih. "Nggak akan kok. Duduknya bagian pojok kiri atas aja nanti. Biar Nalian duduk paling pojok terus Baily, gue, dan Aleta. Pasti seru deh gue di apit sama dua cewek cantik."
"Nalian jangan,"tegur Baily menahan pergelangan tangan kanan Nalian saat langkahnya terayun maju satu langkah.
Aleta hanya bisa memberi senyuman pada Baily akan aksi menjengkelkan pacarnya. "Maaf ya. Aksara emang suka nyeleneh. Maklum lagi frustasi karena jadi asisten aku."
"Asisten? Bisa lo treat Aleta?"kali ini, Nalian yang balas mengejek Aksara.
Baily menghela nafas. Lama-lama ia jengah dengan kelakuan dua bersaudara ini. Sama-sama tidak mau mengalah dan terus berperang. Padahal kakek Aslan memberi hukuman setidaknya mereka bisa merubah sikap.
"Mending kita aja nonton bioskop,"ucap Aleta menarik tangan Baily pergi.
Nalian dan Aksara dibuat tercengang akan aksi kedua perempuan tersebut yang memilih pergi meninggalkan mereka. Nalian melirik ke arah Aksara dengan jengkelnya ia berucap. "Gara-gara lo nih. Awas aja kalau Baily ngambek sama gue."
"Bodo amat. Lo pikir Aleta nggak akan ngambek sama gue? Mana gue nggak pegang uang. Kalau nanti gue nggak dikasih makan, alamat kelaperan semalaman,"gerutu Aksara.
Nalian menaikkan alis. "Kok bisa? Lo jadi asisten Aleta nggak dikasih duit?"
"Selain di hukum kakek, gue juga di hukum Aleta. Jadi asisten sekaligus supirnya. Gaji gue hanya sekedar tersedia makanan dan kebutuhan kos. Kebetulan gue ngekos nggak jauh dari rumahnya. Itu pun tiap hari harus jalan kaki. Tetapi, kadang gue nebeng anak kos lain biar nggak capek,"curhat Aksara.
Nalian menepuk pundak Aksara. "Sabar, bro. Hidup memang keras. Syukur Aleta masih ada buat lo di saat kayak gini. Setidaknya dia nggak ninggalin lo. Makanya lo jangan banyak berulah lagi. Hargain Aleta sebagai cewek lo. Dia terlalu berharga kalau lo sakitin terus."
"Iya gue juga ngerasa nggak enak banget kayak gini. Miris banget hidup. Gue jadi suka mikir, gimana sama mereka yang susah cari uang yang bahkan untuk makan aja belum tentu bisa 3 hari sekali. Sedangkan gue malah hamburin duit buat cewek-cewek nggak jelas cuma untuk kesenangan pribadi. Ya, gue merasa dengan uang semua perempuan akan datang. Tetapi, Aleta beda. Keadaan gue begini aja, dia nggak ninggalin gue. Malah merangkul. Malu gue,"ucap Aksara tersenyum kecut.
Nalian terkekeh ringan. "Makanya lo jangan banyak tingkah. Rasain sendiri kan sekarang dikasih hukuman yang jauh lebih berat sama kakek."
"Lo sendiri gimana?"tanya Aksara.
"Gue jualan makanan di pasar. Buka stand kecil-kecilan lah. Kebetulan Baily ikut jualan juga karena dia pengen punya duit dari usahanya sendiri. Gue bersyukur setidaknya bisa lebih dekat sama dia. Ini gue ke mall karena pengen nyenengin dia sekedar nonton bioskop. Hitung-hitung upah capek jualan. Lo mau gue kasih duit nggak? Ya setidaknya buat pegangan aja. Nggak banyak sih."
Aksara menggeleng. "Nggak usah. Keenakan di gue kalau gitu caranya. Gue lagi berusaha memperbaiki diri, bro."
"Perbaiki diri. Tetapi, nyari masalah sama gue,"cibir Nalian.
Aksara tertawa kecil. "Lo kayak nggak tahu gue aja. Emang begini kelakuan gue. Tengil. Tetapi, menawan. Buktinya Aleta cinta banget sama gue."
"Iyadeh yang di cintai Aleta. Nanti juga Baily cinta sama gue. Lo tunggu aja. Nanti gue bales pamer ke lo,"ucap Nalian.
Aksara tersenyum sinis. "Kalau Baily tetap cintanya sama gue, gimana?"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Askara Dama Mengharap Amerta
FanfictionSeperti halnya askara dama mengharap akan amerta. Bisakah sang pewaris utama De Jung berharap pada sang pencipta bahwa kehidupan akan di limpahi oleh harsa-nya? Saat harapan akan dewa cinta datang dari sebuah momen perjodohan. Ia harus mengalami sit...