"Jangan semudah itu mempercayakan suatu hal besar pada seseorang hanya karena kamu mencintainya."***
Baily mengibaskan kedua tangan ke arah wajahnya yang bercucuran keringat. Terhitung hampir 1 jam ia membantu keluarga De Jung membangun tenda untuk mereka camping dalam sehari. Sebenarnya bisa saja meminta seseorang untuk menyediakannya. Apalagi tempat mereka camping adalah tanah milik keluarga De Jung yang penuh akan pemandangan hijau serta danau.
Nalian tertawa kecil melihat Baily kepanasan dan terdengar keluhannya. Ia sangat paham jika tunangannya sangat tidak suka kepanasan. Biasanya ucapan Baily akan terdengar amat ketus saat situasi seperti ini. "Panas, neng?"
"Ya, lo pikir?"Baily menunjukkan tatapan sengitnya.
Benar kan?
Nalian mengulurkan kipas mini portable ke arah Baily mendongakkan kepala dan tersenyum simpul. "Makasih, Nalian."
"Harusnya tadi nggak usah bantuin biar nggak keringat begitu,"ucap Nalian ikut duduk di samping Baily.
Baily menggeleng. "Ya nggak mungkin gue lihat keluarga lo kompak bangun tenda sedangkan gue cuma duduk. Apalagi Aleta ikut bantu. Makin nggak enak gue."
"Aku boleh minta tolong nggak?"tanya Nalian.
Baily mengangguk dan melirik ke arah Nalian. "Boleh. Minta tolong apa?"
"Untuk satu hari ini saja, komunikasi kita pakai aku-kamu. Bisa, kan?"pinta Nalian.
Baily terdiam. Selama ini, di depan keluarga pun Baily berkomunikasi dengan Nalian menggunakan bahasa lo-gue. Keluarga De Jung pun tidak mempermasalahkan hal tersebut sebab cara berkomunikasi antar pasangan berbeda, tidak bisa di samakan bahkan di paksakan agar terlihat harmonis. Baily jadi bingung sendiri. Baru kali ini Nalian meminta padanya untuk berkomunikasi menggunakan aku-kamu.
"Tidak bisa, ya?"tanya Nalian dengan senyum kecutnya.
Baily menghela nafas. "Akan aku usahakan."
"Terima kasih, Baily,"ucap Nalian tersenyum senang saat Baily mulai mengikuti permintaannya.
Baily menepuk pundak Nalian. "Kita main ke danau yuk?"
"Boleh,"ucap Nalian kemudian mengulurkan tangan kanannya ke arah Baily.
Baily sontak membalas uluran tangan tersebut dan Nalian menariknya untuk berdiri tegap. Mereka berdua berjalan menuju ke arah danau di tengah keluarga yang sedang asyik duduk bersantai. "Nggak nyangka ada danau sebagus ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Askara Dama Mengharap Amerta
FanficSeperti halnya askara dama mengharap akan amerta. Bisakah sang pewaris utama De Jung berharap pada sang pencipta bahwa kehidupan akan di limpahi oleh harsa-nya? Saat harapan akan dewa cinta datang dari sebuah momen perjodohan. Ia harus mengalami sit...