"Ikatan hubungan ini membuatku perlahan bertanya-tanya, kapan sang dewa cinta akan tumbuh di hatimu?"***
Baily melemparkan ponsel ke arah meja saat pesan terakhirnya hanya di read saja oleh Nalian. Perasaannya amat kalut saat terhitung sudah seminggu ini Nalian menjaga jarak darinya. Bahkan bertemu dengan lelaki tersebut rasanya sangat sulit. Meski berulang kali datang ke perusahaan, Baily tidak pernah berhasil masuk ke ruangan Nalian sebab lelaki itu tidak ingin di temui dengan alibi sedang sibuk.
Hal itu tentu hanya kebohongan belaka sebab ia sangat paham jika Nalian marah padanya. Sejak Nalian mengutarakan perasaannya dan balasan yang ia terima adalah keraguan Baily akan perasaannya—dari itulah Nalian mulai banyak alasan dan bahkan bersikap cuek padanya. Ini kedua kalinya Baily merasakan hawa dingin akan sikap Nalian. Rasanya sangat menyebalkan.
Baily tidak terima di perlakukan seperti ini oleh Nalian.Mengingat hubungan mereka sudah sangat baik dan semakin erat. Bahkan jika boleh jujur, Baily merasa nyaman dan tidak ingin jauh dari Nalian. Ya, hanya saja Baily tidak bisa mengekspresikan semua itu sebagai bahasa cinta. Sekarang ia amat menyesal sudah membuat Nalian kecewa. Padahal hubungan perjodohan ini telah berjalan selama 6 bulan. Tetapi, rasanya sulit bagi Baily untuk mengartikan perasaannya sebagai rasa cinta atau bahkan ketertarikan sesaat.
Ia seperti seorang manusia lugu yang baru merasakan sebuah ikatan hubungan. Padahal sebelumnya, ia sangat khatam dalam hubungan percintaan. Mungkin, ini efek lama menjomblo sehingga dirinya amat sulit membedakan antara benar-benar punya rasa atau hanya karena kesepian belaka.
"Itu ponsel kalau nggak mau di pake lagi, mending buat Mami aja,"ucap Dania.
Baily menghela nafas. "Maaf tadi aku kelepasan."
"Berantem lagi sama Nalian?"tanya Grizel ikut bergabung duduk di samping kanan Baily.
Baily mengangguk. "Lebih tepatnya Nalian jaga jarak. Aku jadi bingung sama sifat cowok. Mereka maunya gimana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Askara Dama Mengharap Amerta
FanfictionSeperti halnya askara dama mengharap akan amerta. Bisakah sang pewaris utama De Jung berharap pada sang pencipta bahwa kehidupan akan di limpahi oleh harsa-nya? Saat harapan akan dewa cinta datang dari sebuah momen perjodohan. Ia harus mengalami sit...