Mengawasi

53 5 0
                                    

—— 21.25

Memasuki toko bahan langganan, seperti biasa Selena akan menyapa kucing si pemilik yang setia menyambutnya "Hai bito"

Mengenal suara yang baru saja datang, pemilik toko muncul dari arah dalam, "Halo Selena" sapa bibi toko yang di balas senyuman ramah oleh sang empunya nama

Selena langsung berjalan mendekat memberikan catatan bahan yang ingin dia beli meninggalkan bito yang sedang meregangkan badannya di lantai

"Aku akan tutup selama 3 hari, mengunjungi ibuku di desa. Jadi kalau butuh sesuatu, kamu bisa mendatangi rumahku dan meminta Rigo untuk membuka tokonya sebentar. Dia tidak ikut karena pekerjaannya" Ucap bibi pemilik toko sambil menyiapkan pesanan gadis itu

Rigo, putra pertama bibi toko yang berumur 24 tahun, 4 tahun lebih tua dari Selena dan 3 tahun lebih muda dari Sania. Selena pernah bertemu dengannya sesekali, membantu ibunya menyiapkan perlengkapan toko. Dan hanya bertukar senyum tanpa pernah mengobrol satu sama lain

Mendengar ucapan bibi toko, Selena mengangguk paham. Sepertinya untuk 3 hari kedepan dia akan berbelanja di toko lain. Meskipun bibi sudah berpesan, namun Selena merasa tidak enak jika harus mendatangi rumahnya dan bertemu dengan orang lain bukan bibi itu sendiri

"Mungkin nanti aku akan merindukanmu bibi"

Bibi toko tertawa kecil mendengar celotehan Selena,

"Kalau begitu bawa bito denganmu, aku titipkan karena Rigo tidak akan mau merawatnya saat ku tinggal"

Terlihat jelas mata Selena berbinar, dia sangat senang jika harus mengurus kucing kecil kesayangan semua orang itu. Dan dengan senang hati Selena mengiyakan permintaan bibi toko untuk menjaga sementara Bito kecilnya

"Akan ku bawakan sekalian dengan makan dan tempat tidurnya. Dia sedikit manja jadi tolong bersabarlah"

"Tentu saja bibi, ini tidak akan sesusah aku menjaga harimau liar"

Selagi bibi menyiapkan keperluan bito si kucing kecil. Selena kembali mengelus pelan bulu halus dibadan bito yang artinya sering dirawat oleh bibi toko

Meskipun begitu keduanya tetap saling melempar obrolan. Dan sepertinya bakat lelucon Sania menular ke Selena yang kedua kalinya membuat bibi toko tertawa

"Hebat, bahkan kamu bisa menjinakkan harimau dengan gampangnya"

"Karena harimau ditempatku berkaki dua dan bisa bicara"

Lagi, bibi tertawa cekikikan. Siapa yang dimaksud Selena sampai bibi susah untuk menahan tawanya "Jika dia mendengarnya kamu pasti akan diserang amukan" saut bibi

"Asal bibi tidak memberitahunya, hidupku akan tetap aman"

"Sudah sana, cepat kemasi barangmu dan pulang. Hari sudah mulai petang"

Gadis berkulit putih bak vampire itu menurut, bito sudah berada di kandang yang akan siap Selena bawa. Hewan berbulu itu sangat menikmati hidupnya, dilengkapi kasur kecil membuat huniannya itu terasa nyaman

"Sampai jumpa 3 hari lagi bibi"

"Hati-hati di jalan Selena!"

Berjalan menjauhi toko, Selena terlihat sedikit kerepotan. Kedua tangannya penuh membawa barang yang lumayan berat, namun gadis berkulit putih itu tidak pernah mengeluhkan, yang dia lakukan terus berjalan agar Sania tidak harus menunggu lama

Sesekali dia memandangi Bito yang sedang asik dengan dunianya. Seperti tidak perduli dengan apa yang dialami manusia

"Akan ku ajak kamu jalan-jalan besok pagi" bisik Selena ke bito yang sudah memejamkan mata

—— 21.45

Selagi Selena berada dijalan kembali menuju toko Sania. Ada segerombolan orang yang sedang membuat keributan di pasar yang tak jauh dari toko Sania sekarang

Salah satu lapak diobrak-abrik sampai dagangannya berceceran tak karuan. Entah apa motif jelasnya, keributan itu membuat pedagang lain merasa terancam dan tidak tenang

Bisa saja lapaknya akan menjadi sasaran selanjutnya, meskipun dia tak merasa ada salah dengan orang-orang itu. Keributan berlangsung selama hampir 1 jam

Saat pintu toko Sania terbuka, Sania buru-buru menghampiri Selena membantu membawa barang belanjaan di tangannya yang penuh itu

"Sudah ku bilang tunggu toko ku tutup, kamu tidak akan kerepotan seperti ini"

"Ayolah kak, ini bukan apa-apa"

Keduanya menuju ke dapur, menata sekalian agar besok lebih mudah. Selena melihat Sania sangat buru-buru sejak datangnya tadi

Gelagat apa lagi ini? apa yang sedang Sania sembunyikan darinya?

Tanpa berpikir panjang, gadis berkulit putih itu pun langsung menegur kakaknya

"Siapa laki-laki yang berhasil membuat kakak sampai tidak tenang ini?"

Terkesan nyerocos, Sania langsung menatap tajam ke arah Selena. Apa yang sedang di bicarakan si bocah ini?

"Kenapa? bukankah ini sudah lebih dari 1 minggu orang itu mengawasi kakak?"

Bukannya mengelak atau tidak terima, berbeda dengan ekspresi sebelumnya. Sania langsung membelalakkan matanya

"Kamu Juga Sadar?!" dengan terkejut Sania bersuara, tidak menyangka apa yang sebelumnya dia pikir hanya dugaan saja ternyata juga disadari oleh Selena

"Bahkan tadi saat aku memasuki toko, orang itu masih ditempat yang sama"

Sania langsung menggeret Selena ke paling belakang toko nya, menyuruh untuk cepat-cepat keluar dari toko ini dan berlari cepat ke tempat yang ramai

Tokonya langsung dikunci tadi saat Selena kembali berbelanja, jadi Sania tidak perlu untuk kedepan toko lagi. Ini kali pertama mereka pulang dan menutup toko dengan tidak tenang

"Kenapa kita harus berlagak seperti pencuri?"

Sania memukul pelan lengan Selena yang sedari tadi dia gandeng. Bisa-bisanya di situasi seperti ini dia masih bisa berceloteh tidak jelas

"Kita tidak tau dia itu orang baik atau orang jahat Selena!"

"Tapi dengan begini dia akan semakin penasaran kak, kita hadapi saja. Menanyakan apa maksudnya mengawasi tokomu selama itu. Kita akan terus dibuat tidak nyaman"

"Kamu berani?"

Langsung menoleh kedepan tanpa jawaban, Selena menahan tawanya tentu saja nyalinya tak sebesar itu. Di sisi lain Sania sangat ketakutan sekarang, dimana kakak lugas dan pemberani yang selama ini Selena kenal?

Sesampainya mereka di tengah kota, dengan cukup ramai orang berlalu lalang. Sania langsung mendudukkan diri ke kursi yang berada di pinggiran jalan

"Kita harus mengabari siapapun yang bisa membawa kita pulang" Ucapnya terdengar serius, kali ini Selena ikut mengangguk. Dia tahu di situasi ini tidak boleh lagi dibuat bercanda

"Rigo! panggil Rigo! kamu ada nomor telepon rumahnya kan?"



"AWAS!!!"


...

Bloodline RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang