Tiba

6 2 0
                                    

Di tempat Sior dan teman-temannya berada, mereka berhasil melacak dimana Selena dibawa. Ke dalam hutan dekat dengan gudang tempat anak buah Guso di sekap oleh Sior dan Migel

Rupanya, Walter melakukannya secara sengaja. "Jangan mendekat dulu, mereka sedang menjebak kita" Dengan suara lirih Sior mencoba untuk memberi tahu teman-temannya

Ada sekitar 15 orang yang sedang bersama Sior, terlihat banyak namun tak lebih banyak dari anak buah Walter yang memenuhi gedung terbengkalai itu

"Apa yang harus kita lakukan Sior?" Tanya salah satunya, pemuda berhidung mancung dengan pipi yang sedikit mengembang. Dia termuda diantara yang lainnya, namun kalau soal nyali dia yang paling berani

Belum sempat Sior menjawab, dari arah sana terdengar keributan. Para anak buah Walter berhamburan keluar dari gedung, terlihat jelas kepanikan di wajah mereka

Sior dan yang lainnya sedang mencerna apa yang terjadi, dengan mereka yang masih berusaha sembunyi agar posisinya tidak diketahui. Dari arah belakang gedung, Sior melihat gadis yang mereka cari sedang bersembunyi di balik pohon besar

Itu Selena! batinnya

"Dia melarikan diri!" Itu kalimat pertama yang mereka dengar dari anak buah Walter, namun Sior sedikit lega karena tahu kalau setidaknya Selena baik-baik saja. Namun karena yang lain tidak mengetahui, sebagian dari mereka tampak kelabakan

"Bagaimana ini?" Tanya pemuda lainnya, dia begitu gelisah sampai jongkok saja tidak bisa dan berkali-kali oleng. "Tenangkan dirimu Sen" Ucap yang termuda

"Aku takut nanti malah kita yang tertangkap" Kata pemuda bernama Sen itu, membuat Sior maupun yang lainnya geleng-geleng kepala menghadapi teman penakut yang satu ini

"Kau punya pistol, kalau hidupmu terancam ya tinggal tembak saja!" Ucap Sior membuatnya diam dan tak berulah lagi. "Berikan pistol yang kau bawa lebih tadi, Selena membutuhkannya" lanjutnya

Setelah mengetahui posisi Selena dari sudut pandang Sior, mereka berpencar. Sior dan yang termuda yang akan membawa gadis itu untuk bergabung bersama mereka nantinya

Dengan gesit keduanya berpindah tempat kesana-kemari dengan hati-hati. "Selena!" panggil Sior, lirih nyaris berbisik. Gadis itu sempat terlonjak, dia pikir orang yang akan menangkapnya tapi saat menoleh dan tau kalau itu Sior, dia bernapas lega

Saat sudah dekat Sior melemparkan pistol ke Selena, dan dengan sigap gadis itu tangkap. Mereka mengobrol lewat gerak bibir saja tanpa suara, dan Sior memberi tahu kalau ada beberapa yang akan membantunya menjauh dari tempat ini

Selena sempat mengernyit, kepalanya terasa pusing karena napasnya tidak teratur sedari tadi. Jantungnya juga berdetak kencang membuat energinya banyak terkuras meskipun dia tak banyak bergerak

"Tenang kak, kita pasti bisa membawamu ke tempat yang aman" Selena menoleh ke pemuda yang berjongkok di belakang Sior. Awalnya dia biasa saja karna pemuda itu membelakanginya. Namun saat menoleh, Selena dibuat terkejut untuk kedua kalinya

"Kau?..Kau anak kecil yang hampir menabrakku dengan sepedamu bukan?" Meskipun terkejut Selena masih bisa berbicara dengan lancar. Pemuda itu mengangguk dan tersenyum kecil

"Badanku memang kecil, tapi aku sudah memasuki bangku SMA dan bukan bocah lagi tau kak"

"Terus kenapa tanganmu memegang pistol? Anak dibawah umur tidak diperbolehkan membawa senjata!"

Entah situasi macam apa ini, Sior merasa bingung dengan interaksi keduanya. Sesuatu yang diluar dugaan. "Kita harus menjauh dari tempat ini secepatnya. Perkenalannya dilanjut nanti saja"

Mengikuti Sior dari belakang, Selena masih tidak percaya dengan konspirasi dunia itu sempit. Beberapa kali dia menoleh ke belakang untuk memastikan kalau dia tidak salah orang. Namun tangannya begitu kuat memegang pistol tak sesantai raut wajahnya

"Kita ambil jalan baru, mereka pasti sedang memencar dimanapun untuk mencarinya"

"Kalau begitu ikuti aku, ada salah satu jalan yang belum banyak orang tau di sekitar sini"
Awalnya mereka berjalan mengendap-endap layaknya pencuri saja. Semakin menjauh jalan mereka, semakin santai juga langkahnya. "Ini akan memakan waktu, tapi aku yakin kita tidak akan bertemu dengan anak buah Walter disini"

———

Sementara dikediaman Walter, keluarga mereka hidup normal. Terlihat begitu harmonis dengan Ayah Ibu dan 2 anak di foto ruang utama yang terlihat. Walter sendiri merupakan kepala keluarga dirumahnya, Istrinya cantik dan kalem, Kedua anaknya pun mempunyai prestasi di akademi maupun non akademi

Berbeda dengan bagaimana caranya bertindak, Walter memang terlihat baik dan tegas dirumah. Seperti sosok Ayah yang memancarkan aura positif dikeluarganya. Maka dari itu, kedua anak Walter juga tidak pernah bermacam-macam

Apa yang mereka butuhkan pasti mereka dapatkan. Walter juga tidak pernah perhitungan soal materi kepada keluarganya. Sampai dimana pokok pembahasan mereka berada di tingkat serius

Walter mengajak kedua anaknya ke ruang kerjanya. Anak-anak muda berumur 20 tahun itu sedang mengobrol serius dengan Ayahnya

"Ini saatnya kalian membantu ayah" Walter membuka obrolan

"Membantu apa yah?" Tanya yang paling tua diantara keduanya, Janes namanya. Sedangkan yang kedua bernama Jarel. Mereka hanya berbeda 5 menit saat lahir. Kembar namun masih bisa dibedakan dengan jelas

"Ayah pernah mendongeng tentang permusuhan sekutu, kalian ingat?" Keduanya mengangguk. "Itu kisah nyata Ayah"

"Maksud ayah, termasuk nenek dan kakek yang meninggal karena diculik itu? Itu benar-benar terjadi di nenek kakek kita?" Kata Janes terkejut

"Benar, Ayah membencinya karena dia yang membuat ayah kehilangan orang tua ayah. Maka dari itu ayah perlu bantuan kalian untuk mengakhiri permusuhan ini..." Kalimatnya menggantung, membuat Janes dan Jarel yang tadinya melihat kearah lain langsung menoleh ke arah Ayahnya

"...Bunuh anaknya, karena itu satu-satunya kelemahan yang dia miliki" Dengan suara serak dan berat, Walter mencoba untuk meyakinkan kedua anaknya

"Ayah tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa kalau bukan kalian. Terlebih, keahlian kalian di bidang menembak bisa kalian gunakan. Ayah akan menyiapkan segala sesuatu dengan baik, dan kalian tidak akan mendapatkan masalah apapun setelah ini"

Awalnya Janes maupun Jarel bimbang, haruskah dia menolong ayahnya dan melakukaan apa yang disuruh? Namun disisi lain keduanya merasa marah, karena musuh ayahnya inilah mereka tidak bisa bertemu dengan kakek neneknya

"Ayah tidak pernah meminta bantuan kalian sebelumnya kan? Ini akan menjadi kali pertama dan terakhir karena hidup Ayah benar-benar hancur setelah meninggalnya kakek nenek kalian" kata Walter, membuat kedua anaknya mengangguk setuju

Mereka tidak berpikir kalau mereka akan membunuh, yang mereka pikirkan ialah mereka hanya akan menolong ayahnya. Tanpa tau rencana ayahnya kedepannya seperti apa, si kembar hanya menuruti apapun yang dijelaskan Walter

Mereka tidak tau target mereka siapa, Walter sengaja tidak memberi tahu ciri fisik maupun yang lain tentang anak dari musuhnya. Yang dia ucapkan hanya menyuruh anak-anaknya bersiap dan melakukan aksinya besok

"Lakukan yang terbaik, Ayah akan berterimakasih ke kalian"

...

mepet banget yaaa up nya
tapi gapapa, mengakhiri hari rabu
selamat bobo dan juga semangat buat besok!

Bloodline RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang