24

6.7K 443 24
                                    

Sudah dua minggu ini Varel dan Angga tidak pernah bertemu, atau mungkin hanya Varel yang tidak pernah bertemu sedangkan Angga selalu menatap Varel yang sudah tertidur pulas tanpa menunggu nya pulang. Kemudian pagi-pagi sekali Angga sudah pergi bekerja sebelum Varel bangun.

Tidak ada lagi senyum Varel, tidak ada lagi umpatan Varel, tidak ada lagi omelan Varel, dan tidak ada lagi chat dari Varel.

Kini Varel memilih senyap. Bohong jika Angga tidak merindukan Varel, senyum nya, lirikan sinis nya, suara nya, semuanya dia rindu.

Namun apa daya ini demi keselamatan Varel, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintah pak tua itu. Dia bukan Arsen yang suka membunuh orang, Dia bukan Dipta yang segala keinginan nya dikabulkan, Dia juga bukan Bintang yang memiliki sifat nekat, dan juga Dia bukan Elzeeo yang dengan enteng menghabisi keluarga nya demi bisa bertemu dengan cinta nya namun berujung sia-sia.

Tapi Dia seperti Octa yang hanya bisa mengikuti arus dari kehidupan dan percaya jika suatu saat nanti akan ada pelangi setelah hujan.

"Ngapain lo ngelamun?" tanya Fela saat melihat sahabat sekaligus sekretaris nya itu bengong.

Fela menghela nafas nya. "Kalo lo kangen sama dia, temuin dia, terus jelasin semuanya kalo lo itu kayak gini terpaksa."

"Percuma Fel gue jelasin, nanti ujung-ujungnya kita berdua ga ada pilihan selain nurutin kemauan Deren"

"Ya terserah lo deh" ucap Fela sembari menatap iba Angga, dia sudah tau semuanya karena Angga telah menceritakan masalah kenapa dia bisa berubah kepada Varel.

Hening, hanya terdengar suara ketikan dari keyboard milik Fela dan suara denting jarum jam.

"Minggu depan gue nikah sama Arin, rasanya gue mau kabur tapi percuma yang sekarang gue hadapi itu Deren, gue ga bisa apa-apa" kata Angga yang sudah pasrah akan semuanya.

"Serius?! Gila tuh om-om!" ucap Fela tak terima.

Hening lagi.

"Buset, gue kalah dari lo. Gue belum nikah tapi liat lo sekarang udah mau punya istri dua" canda Fela dengan tawa garing nya memecah keheningan.

Namun aneh nya Angga juga ikut tertawa, miris. Fela menggelengkan kepalanya, ga mungkin kan temannya ini sudah gila.

________

Feby mengelap keringat yang meralir di dahi Varel.

"Serius lo ga kenapa-napa?" tanya Feby khawatir.

Sudah hampir semingguan ini Varel muntah-muntah membuat tubuh nya lesu dan mudah lelah.

Varel menggeleng samar, hati nya tak tenang, "Feb, pulang kuliah mampir ke apotek ya." ucap nya sambil mencuci muka.

"Mau beli apa lo?" tanya Feby penasaran.

"Testpack"

Skip

Feby membawa mobil nya pergi dari kampus dan berhenti di apotek yang lumayan jauh dari kampus.

"Lo tunggu sini, biar gue yang beli" ucap Feby lalu turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam apotek.

"Ada yang bisa di bantu, mas?" tanya apoteker.

"Ada testpack ga mbak?" tanya Feby tanpa malu.

"Oh ada, mas. Mau yang biasa aja atau yang bagus?" tanya si mbak apoteker.

"Semua deh, mbak" putus Feby cepat.

"Oke, ini mas"

Setelah Feby membayar lalu dengan segera dia menghampiri Varel.

Hanggara Zryi Saputra [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang