Pinggang kecil ditarik, lalu kedua tubuh menempel satu sama lain. Noeul memberontak kecil, namun Boss tak membiarkan pemuda mungil itu melepaskan diri dari kungkungan. Dia bahkan semakin merapatkan diri, membuat yang lebih kecil menghentikan pemberontakan karena merasa jika meneruskan gerakan serampang akan membawanya pada kejadian buruk.
"Anak pintar, jika kau meneruskan aku mungkin akan 'memakan' habis dirimu."
Bulu kuduk meremang, Noeul merasa wajahnya terbakar karena malu. Dan dia merasa lebih malu lagi, saat tatapannya dengan Fort bertemu. Pemuda tan yang tengah berada dihadapan mereka dan menyaksikan adegan mesra itu bahkan tak memberikan respon apapun. Tetapi hal itu justru membuat Noeul semakin malu.
"Aku tidak mengganggu, lanjutkan saja apa yang akan kalian lakukan. Abaikan aku."
Memberikan ijin untuk mereka melanjutkan aktivitas apapun yang mereka inginkan, Fort berjanji tidak akan mengganggu. Lagi pula sedari tadi pemuda tan itu sibuk dengan ponsel yang berada di genggamannya, menulis puluhan pesan yang hanya dibaca oleh penerima tanpa sekalipun dibalas.
'Phi, besok aku akan menjemputmu.'
'Aku tidak sabar untuk bertemu denganmu.'
'Kenapa waktu berjalan sangat lambat?'
'Tidak bisakah kita bertemu sekarang saja?'
Banyak lagi pesan yang pemuda tan itu tulis, namun sungguh-sungguh diabaikan si penerima. Tetapi itupun tak apa, Fort cukup senang mengetahui semua pesannya itu memiliki keterangan telah dibaca oleh Peat. Pemuda manis itu memang sulit, Fort bahkan merasakan semua itu sedari awal pertemuan mereka.
"Benar-benar orang yang sulit."
"Kau pasti tengah mengganggu P'Peat, kan?"
Noeul melepaskan pelukan Boss, lalu berjalan mendekati Fort. Wajah penuh selidik, menghujami pemuda tampan itu sekarang. Namun itu tak mengganggu, karena kenyataannya memang dia melakukan seperti apa yang pemuda mungil itu tuduhkan. Fort bahkan sudah melakukan semua itu dari terakhir kali dia menemui Peat, dua hari yang lalu.
"Aku tidak mengganggu, hanya melakukan pendekatan."
"Kalau sampai kau menjebak P'Peat seperti apa yang dilakukan sepupumu ini padaku. Aku tidak akan melepaskan mu."
Mengancam, Noeul tak akan tinggal diam jika Fort berani menjebak Peat dengan cara licik. Dia sudah pernah mengalaminya, berurusan dengan dua orang dengan pikiran licik ini satu tahun yang lalu. Sehingga dia tak akan membiarkan Fort melakukan hal yang sama, pada senior baik hatinya itu.
Noeul bahkan sangat terkejut, saat Fort berkata bahwa dia tertarik dengan Peat. Mengingat seniornya itu tak terlalu mencolok, Noeul bahkan sangsi ada orang yang mengenali pemuda berkaca mata itu dikalangan mahasiswa baru. Peat bukannya tidak cantik, hanya saja penampilannya sedikit tidak menarik jika dibandingkan senior lain.
"Hey, aku menjebakmu dengan cara yang begitu kau sukai."
Boss membela diri, dia tak terima jika apa yang dilakukan dulu selalu dibahas menjadi sebuah kejahatan. Lagi pula setelah itu dia bertanggung jawab penuh pada Noeul, dan mereka sudah menjadi sepasang kekasih selama satu tahun ini. Seharusnya itu sudah lebih dari cukup, untuk melupakan awal buruk dari hubungan mereka.
"Tenang saja, aku tidak seburuk sepupuku itu."
"Kau yang terburuk, Thitipong."
"Terimakasih pujiannya, Chaikamon."
Kadang dia akur dan begitu kompak, tetapi kadang kala mereka terlibat cekcok yang cukup buruk. Noeul selalu merasa menyesal, ketika dia harus berada diantara mereka berdua saat semua itu terjadi. Membuatnya ingin berbagi penderitaan itu dengan siapapun, atau mungkin tak buruk membawa Peat kedalam hubungan ini. Jadi dia bisa berbagi dengan seniornya itu, apa yang selama ini dia rasakan.
"Kalian benar-benar membuatku memiliki pikiran buruk untuk P'Peat."
Noeul mengerang frustasi, mengacak rambut gemas. Lalu menuding kedua sepupu itu, bahwa mereka mempengaruhi pikiran polosnya. Bahkan berpikir untuk tak apa membiarkan Fort memiliki hubungan dengan Peat.
Boss mendekat untuk menenangkan sang kekasih, sedangkan Fort mengangkat bahu acuh. Lalu kembali pada rutinitasnya, mengirimi Peat pesan-pesan random. Mungkin saja dia beruntung, diantara puluhan pesan itu akan ada yang dibalas oleh pemuda cantik itu nantinya.
"Oh ya, Boss. Kau harus menjaga kekasihmu itu. Mentee nya adalah wanita cantik dari kelasku. Siapa namanya? Nan Sujitra?"
Saat merasa hari ini cukup untuk menggoda Peat, Fort merubah target yang harus dia goda. Pemuda tan itu berpikir akan menyenangkan, menggoda sepasang kekasih dihadapannya itu. Dia hanya harus menyulut Boss, maka Noeul akan berakhir dengan tak baik-baik saja.
Dia bahkan dengan cepat meraih tas diatas meja, lalu menyampirkan diatas bahu. Bersiap untuk pergi dari sana, sebelum mendapatkan tontonan mesum secara gratis. Boss dengan hukuman tak senonohnya, Fort tak mau mata sucinya ternodai. Dia hanya ingin melihat tubuh indah Peat, tidak dengan yang lain sekarang. Jadi dia akan menjaga kesuciannya, Fort benar-benar berubah menjadi anak baik.
"Aku akan menutup pintu untuk kalian, jangan terlalu berisik jika tak mau dipergoki. Ini ruang kesehatan kampus."
Tertawa senang, Fort dapat melihat tatapan tajam Boss berbanding terbalik dengan tatapan memelas Noeul. Dan tak perlu untuk dijabarkan, apa yang akan terjadi diantara mereka berdua. Beruntung ruang kesehatan tidak memiliki kamera pengawas, jika tidak orang-orang akan mendapatkan tontonan panas secara gratis.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mafia Mentee (FortPeat)
FanfictionDunia Peat Wasuthorn yang monoton dan membosankan berubah, ketika pemuda tampan berkulit Tan itu datang mengacaukannya. Sehingga sekarang Peat harus menerima, bahwa kehidupannya akan dipenuhi ketegangan dan bahaya karena seorang Fort Thitipong.