"Ngghh."
Fort akhirnya membalas, ketika kesadarannya kembali. Saat itulah lidahnya ikut melesak masuk, membelit lidah Peat yang sebelumnya mengeksploitasi mulutnya. Sekarang, giliran dia yang melakukannya. Tidak ada kata perlahan, ketika Fort begitu bersemangat. Ciuman itu cepat dan panas. Bahkan tangannya berhasil menelusup masuk, pada kemeja Peat. Membelai kulit lembut, dibalik serat kain yang menutupi.
"Hentikan aku sekarang, sebelum kau menyesal Phi."
Memperingatkan, Fort coba menahan diri sekarang. Dia tak ingin Peat akan menghentikan, jika mereka melakukan hal yang lebih dari ini. Dan dia juga tak ingin Peat akan menyesali perbuatan mereka nanti, ketika dia telah melangkah lebih jauh.
Sedangkan Peat yang tengah susah payah mengatur napas, menatap Fort dengan tatapan sayu. Haruskah mereka berhenti sampai disini? Benarkah Peat tak ingin melakukan hal yang lebih? Tetapi dengan status mereka yang sekarang, beranikah Peat mengambil langkah lebih jauh?
SRET!GREP!
"Baiklah, kita hentikan sampai disini Phi. Ayo tidur."
Tersenyum, Fort memutuskan untuk menghentikan semuanya. Mencoba melupakan keinginannya untuk mendapatkan lebih, untuk hari ini sampai disini dulu. Membuatnya berbaring disamping Peat, lalu membawa tubuh pemuda manis kedalam pelukan besarnya. Dia bahkan membiarkan Peat bersandar penuh padanya, dengan Fort yang memeluk Peat erat.
Mendongak, Peat menatap kearah Fort yang sudah mulai menutup mata. Menyamankan dirinya, bersiap untuk tidur sekarang. Dia bukan tak menyadari keinginan lebih pemuda tan itu, namun melihatnya menahan diri membuat mau tak mau Peat jadi merasa begitu di hargai. Tak dipaksa, bahkan walau Peat tak menunjukkan sebuah penolakan. Bukankah itu begitu manis?
Hey, Fort. Sepertinya langkah besar mu untuk berhenti ditengah jalan berhasil membuat mu mendapatkan nilai plus dari Peat.
Satu, dua, tiga, berkedip berulang kali untuk dapat menyesuaikan cahaya yang masuk pada mata. Dia mulai bangun dari tidurnya, hal pertama yang menyambutnya justru sakit kepala parah. Dia merasa semua hal berputar, lalu perutnya teraduk mual. Ingatkan Peat, bahwa efek alkohol lebih parah setelah keesokan harinya, bukan justru saat dia minum.
"Mual sekali."
Peat mulai mengeluh, namun saat dia mulai mengalihkan tatapan alisnya berkerut. Ini bukan kamarnya, jelas dia tak mengenali ruangan ini. Kamarnya jauh lebih kecil, bahkan ranjang ini saja dua kali lipat dari miliknya. Tetapi, dimana dia sekarang? Kenapa Peat ada di kamar asing ini?
Tunggu dulu.
Beranjak dari posisi tidur, Peat duduk dengan tatapan seperti orang yang telah disiram air dingin. Dia telah sadar sepenuh nya, dan kini diliputi keterkejutan. Dia mulai mendapatkan, ingatan nya akan kejadian semalam. Dimulai dengan dia yang meminum alkohol, lalu berakhir mabuk berat. Dia bahkan mengingat setiap hal konyol yang dilakukan, lain kali kau benar-benar harus menjauhi alkohol Peat.
BLUSH!
"Aku bahkan melakukan hal gila pada Fort."
Wajah Peat merah padam, seperti kepiting rebus yang baru saja diangkat. Bukan hanya ingatan di Bar yang datang, ketika ingatan di kamar Fort ini juga ikut menelusup masuk di kepala. Peat ingat, saat dia dengan berani menggoda Fort. Bahkan berakhir mencium pemuda itu tanpa tahu malu, lalu sekarang akan ditaruh dimana wajah Peat. Dia tak akan pernah, berani menemui Fort tanpa rasa malu lagi.
"Phi, apa kau sudah bangun?"
Baru saja berkata tak berani menemui Fort, pemuda tan itu sudah datang. Bahkan menyapa Peat dengan biasa, seolah tak pernah terjadi apapun. Namun Peat tak akan bisa melakukan semua itu, ketika sekarang dia lebih memilih menarik selimut lalu menutupi tubuhnya dengan kain tebal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mafia Mentee (FortPeat)
FanfictionDunia Peat Wasuthorn yang monoton dan membosankan berubah, ketika pemuda tampan berkulit Tan itu datang mengacaukannya. Sehingga sekarang Peat harus menerima, bahwa kehidupannya akan dipenuhi ketegangan dan bahaya karena seorang Fort Thitipong.