Tiga potret ditangan, dia mengenali ketiga pemuda tersebut. Mereka terlihat berubah begitu banyak, tetapi Peat masih dapat mengenali dengan pasti. Walau telah berlalu hampir tiga tahun, namun semua yang terjadi masih segar diingatan. Dia menemukan lembaran itu di atas meja ruang tamu Fort, dan sekarang berakhir dengan Peat memperhatikan dengan seksama ditengah kegelapan ruang tamu.
"Ternyata, mereka masih melakukannya."
Bergumam lirih, Peat meletakkan potret kembali pada meja. Lalu menarik kedua kakinya keatas sofa, menopang dagu di atas lututnya. Kembali tenggelam dalam pikiran, membawa ingatan masa lalu untuk datang. Itu ingatan yang cukup menyenangkan pada awalnya, namun ingatan selanjutnya tidak lagi semenyenangkan itu. Dan jika bisa, Peat ingin menghapus kenangan mengerikan itu dari kepala.
"Kenapa ini datang kembali?"
Peat menenggelamkan wajah pada kedua lengan, mencoba menghapus ingatan. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar, seharusnya itu cukup untuk melupakan kenangan. Namun yang Peat rasakan justru, semua itu semakin menguat. Apalagi saat mengingat pembicaraan sebelumnya bersama Noeul, lalu melihat semua foto ini. Peat merasa dia kembali masuk tanpa sadar, kedalam lingkaran yang coba dia hindari sebelumnya.
"Haruskah aku kembali kabur? Pergi dari lingkaran mengerikan ini?"
Peat tidak suka pikirannya itu, karena jika dia melakukan seperti sebelumnya maka satu hal yang pasti bahwa Peat harus menghindari Fort. Menjauhi pemuda tan, mengeluarkannya dari kehidupan seorang Peat Wasuthorn. Dan kembali menjalani kehidupan yang sepi tanpa satu orangpun disampingnya.
"P'Peat, kau kah itu?"
Mendongak, Peat menemukan Fort telah berdiri di hadapan. Menatapnya dengan pandangan bingung, sepertinya tak menduga akan menemukan Peat masih bangun ditengah malam bahkan duduk sendiri di ruang tamunya.
"Apa terjadi sesuatu, Phi?"
GREP!
Peat memeluk pinggang Fort, menyandarkan kepalanya tepat diperut pemuda tan. Kepala Peat terasa berisik, pikiran yang tak diinginkan menelusup masuk tanpa bisa dicegah. Dia tak suka itu, amat sangat tak menyukai nya. Sehingga sekarang begitu melihat Fort, Peat ingin menumpahkan perasaan yang ada. Dia tak ingin menjauhi pemuda itu, tak ingin kembali pada hidup sepinya. Tak ingin sendirian lagi.
"Phi-"
"Bisakah tetap seperti ini untuk sementara waktu, Nong Fort?"
SRET!
Pada akhirnya Fort membiarkan mereka dalam posisi itu, bahkan sekarang tangan besarnya mulai mengelus surai lembut. Memberikan ketenangan, saat melihat Peat seperti tengah mencari tempat untuk bersandar. Fort tak keberatan, dia justru senang jika dia bisa menjadi tempat itu untuk Peat.
"Mau tidur di kamar ku, Phi?"
Fort kembali membuka suara, saat Peat mendongak ke arahnya. Sepertinya pemuda cantik itu sudah merasa lebih tenang sekarang, sehingga Fort dengan cepat menawarkan. Itu tawaran tulus, Fort tidak bermaksud melakukan apapun. Dia hanya ingin Peat tidur dengan tenang untuk sisa waktu malam ini.
"Bolehkah?"
"Tentu saja, ayo."
Sekarang, Fort yang membimbing Peat kearah kamarnya. Membawa pemuda cantik itu dalam setiap langkah, kemudian naik keatas ranjang. Kembali menggunakan sebelah lengan, Fort membiarkan Peat tidur diatas lengannya. Lalu memeluk bahu kecil, berusaha keras membuat pemuda cantik merasa nyaman tertidur disampingnya.
"Benar-benar tidak terjadi sesuatu kan, Phi?"
"Tidak, Fort. Bagaimana denganmu? Apa yang terjadi dengan orang-orang yang datang sore tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mafia Mentee (FortPeat)
FanficDunia Peat Wasuthorn yang monoton dan membosankan berubah, ketika pemuda tampan berkulit Tan itu datang mengacaukannya. Sehingga sekarang Peat harus menerima, bahwa kehidupannya akan dipenuhi ketegangan dan bahaya karena seorang Fort Thitipong.