Mobil berhenti tepat di sebuah gedung lima lantai, memarkir dibagian samping. Seorang pemuda pucat keluar dari pintu belakang, kemudian dengan cepat menutup pintu. Mencegah siapapun untuk ikut turun, juga memperingatkan untuk mereka tak melakukannya.
"P'Peat, aku bisa membantu mu berkemas."
"Tidak, Noeul. Aku hanya mengemasi sedikit baju dan peralatan kuliah, tak butuh bantuan.-" Peat dengan cepat mencegah, walaupun Noeul jelas ingin membantu nya.
"-Dan jangan sekali-kali coba keluar dari dalam mobil, ingat!"
Fort yang duduk di kursi belakang tak bisa menahan tawa, saat tahu alasan Peat sampai memperingatkan mereka. Namun segera menghentikan sesaat Peat menatap kearahnya, dengan pandangan memperingati.
"Terutama kau, Fort. Jangan coba-coba keluar!"
"Tentu, Phi. Aku tak akan melakukannya."
Peat masih menatap curiga, namun dia dengan cepat mengangguk. Lebih baik dia melakukan dengan cepat, jika tak ingin terlalu lama disini dan berakhir menjadi bulan-bulanan Zani. Dia tak tahu kapan dan dimana wanita itu akan muncul, tetapi jika bertemu dengannya Peat harus sudah menyiapkan beribu alasan nantinya. Berbalik menuju kearah dalam gedung, Peat menghela napas lega saat tak menemukan wanita itu dibalik meja kebesaran nya.
"Untung saja dia tidak ada."
Cepat-cepat berjalan kearah kamar, Peat menggunakan tas tangan untuk membawa beberapa baju formal dan santai nya. Lalu menggunakan ransel untuk membawa perlengkapan kuliahnya, membawa buku dan peralatan tulis yang dia butuhkan. Peat memang akan menjaga Fort, namun dia juga harus tetap kuliah. Itu prioritas utamanya berada di Bangkok, jadi dia harus mendahulukan nya dibanding apapun.
"Selesai."
Bergumam senang, sekarang dia hanya harus turun kebawah lalu pergi. Jika bertemu Zani di tengah jalan, Peat hanya harus berkata bahwa dia akan menginap di rumah teman untuk tugas. Tidak ada pembicaraan lebih, hanya sampai disana saja. Peat harus menghindari gosip, jika tetap ingin bersikap biasa jika bertemu teman satu gedungnya.
"Syukurlah dia tidak ada."
Baru saja merasa lega karena tak bertemu wanita itu sekalipun, Peat harus menahan napas saat dia menatap kearah mobil. Disana ada Zani yang tengah berdiri dengan Boss dan Noeul, dan jangan lupakan Fort yang duduk dipinggir kursi mobil mengingat kakinya terluka. Namun mereka jelas terlibat obrolan seru, ketika Zani terlihat beberapa kali tertawa senang.
"Selamat siang, P'Zani."
Peat memilih menyapa, menghentikan apapun yang tengah mereka bicarakan. Dia tak ingin Zani mendapatkan bahan gosip, jika membiarkan mereka mengobrol lebih lama.
"Selamat siang, Nong Peat.-" Tersenyum terlewat lebar, Peat tahu ada yang akan wanita itu katakan.
"-Kenapa kau tak beritahu aku bahwa Nong Fort mengalami kecelakaan? Pantas saja hari itu kau berlari sangat panik, padahal sudah tengah malam. Ternyata kekasihmu terluka."
Peat merasakan pipinya memanas, selain karena Zani ternyata melihatnya berlari malam itu. Ucapan wanita itu juga menjadi alasan Peat sekarang merona, mendengar kata 'kekasih' yang digunakan Zani untuk menunjukkan hubungan nya dengan Fort.
"Bukan begitu, Phi."
"Nong Fort, kau seharusnya melihat betapa paniknya Nong Peat. Dia berlari sangat kencang, sampai tak mendengar ku memanggilnya."
"Benarkah dia sepanik itu, Phi?"
"Tentu saja. Aku bahkan mengira dia bisa saja berlari untuk pergi ke Rumah Sakit, jika saja sopir taksi itu tak memanggilnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mafia Mentee (FortPeat)
FanfictionDunia Peat Wasuthorn yang monoton dan membosankan berubah, ketika pemuda tampan berkulit Tan itu datang mengacaukannya. Sehingga sekarang Peat harus menerima, bahwa kehidupannya akan dipenuhi ketegangan dan bahaya karena seorang Fort Thitipong.