Pluk
Menggulung kertas yang baru saja dia keluarkan, Peat menggunakan sebagai senjata untuk memukul kepala Fort. Ketika pemuda itu kembali menggunakan kalimat nakal untuk menggodanya, benar-benar tingkah yang sulit ditangani. Sepertinya Peat harus banyak-banyak menyiapkan kesabarannya, jika untuk berbicara saja dia sudah mengalami kesulitan. Apalagi dalam mengajari Fort materi perkuliahan, Peat mungkin akan mengalami lebih banyak kesusahan.
"Ayo kita mulai belajar, aku tak mau membuang-buang waktu."
Mendudukkan diri pada lantai, Peat mulai mengeluarkan barang-barang didalam tas diatas meja tamu. Tempat itu terlihat nyaman, untuk tempat mereka belajar sekarang. Fort yang tak sempat untuk merasa kecewa, mengikuti Peat dengan pasrah. Dia duduk tepat didepan, menopang wajah dengan kedua tangan. Lalu menatap Peat dengan wajah cemberut, bahkan mempout lucu.
"Dimana buku catatan mu?"
Masih mengambek, Fort masih dengan ekspresi sebelumnya. Menjadi jauh lebih menyebalkan, kesabaran Peat benar-benar diuji. Sampai ditahap dia menghela napas, lalu mulai memasang senyum manis yang di mata Fort terlihat ratusan kali lebih indah dari apapun yang pernah pemuda tan itu lihat di seumur hidupnya.
"Nong Fort, tidak bisakah mendengarkan P'Peat sekali saja?~" Tak ada motivasi lebih, Peat hanya melakukan hal random. Dia ingin menggoda juniornya itu, mengingat sedari tadi selalu membuatnya kesal.
"Ugh, gemas sekali."
Fort menggigit bagian dalam mulutnya, menahan diri untuk tak menggigit Peat karena gemas. Lalu menelungkupkan wajah, merasa wajahnya terbakar karena malu. Hey, tidak bisakah Fort mendapatkan hati Peat lebih cepat? Jika tidak, maka dia akan memaksa untuk memilikinya dengan menggunakan cara apapun.
Sedangkan Peat, dia hanya menggeleng acuh. Lalu kembali sibuk dengan buku-buku yang sebelumnya dia keluarkan, membuka halaman yang akan mulai di ajarkan pada Fort. Kemudian menunggu pemuda tan itu mengendalikan perasaannya, sambil menandai poin-poin penting yang harus Fort mengerti.
"P'Peat, aku benar-benar akan membuatmu jatuh cinta padaku."
"Ya..ya..ya, lakukan setelah kau belajar, jadi sekarang dengarkan aku."
Mengangguk patuh, Fort mulai mendengarkan Peat sekarang. Pemuda itu bahkan membuka buku catatan, menulis poin penting disana. Beberapa kali Fort mengajukan pertanyaan, menunjukkan betapa seriusnya dia saat belajar. Dan Peat suka sisi Fort Thitipong yang ini, terlihat cerdas untuk seseorang yang begitu suka main-main.
Melepas kacamata, Peat memijat pangkal hidungnya. Cukup lelah karena ternyata, mereka belajar sampai lupa waktu. Begitu sadar, langit diluaran sana sudah berubah warna menjadi gelap. Malam baru saja menyingsing tanpa pemberitahuan, sehingga sekarang mereka memutuskan untuk menghentikan kegiatan. Fort membantu Peat membereskan barangnya, lalu dengan cepat berdiri, berjalan menuju dapur.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku sudah membelikan makan malam, ayo kita makan."
"Tidak perlu repot, aku akan pulang sekarang."
"Kalau begitu, aku akan membuang semua makanan ini."
"Hey, apa kau gila? Bagaimana mungkin kau akan membuang-buang makanan?"
"Phi kan tidak mau, jadi akan kubuang. Karena tidak ada yang akan memakannya."
Peat kalah, makanan merupakan satu-satunya kelemahannya. Dia sangat suka makan, semua jenis makanan akan dia makan tanpa pilih-pilih. Dan entah siapa yang membocorkan kesukaannya itu, sehingga sekarang Fort menggunakannya.
"Baik-baik, aku menyerah. Ayo kita makan."
Mengangguk senang, Fort lebih dari gila saat menyiapkan begitu banyak makanan di meja makan sekarang. Peat tak tahu, kapan pemuda tan membeli semua itu. Mungkin saat tadi dia mendengar bel Kondominium berbunyi, tetapi itupun tak memakan waktu lama sampai Peat tak terlalu memperhatikan.
"Kau yakin bisa menghabiskan semua ini?"
"Aku bingung dengan makanan apa yang akan Phi sukai."
"Jadi kau membeli semua ini?"
Tersenyum polos, Fort yang berpura-pura bodoh seharusnya tak melemahkan Peat. Biasanya Noeul dan Ton bahkan tak bisa lepas dari Peat walau telah bersikap polos, namun saat Fort yang melakukannya pemuda itu merasa bisa memakluminya. Bahkan tak mendebatnya lagi, memilih untuk menikmati saja hidangan yang sudah ada tepat didepan mata.
"Perlahan saja, Phi."
Setelah mencoba satu makanan, Peat membulatkan mata lucu karena merasa itu sangat enak. Sehingga dia dengan cepat mencoba makanan yang lain, dan bahkan Fort harus memperingatkan pemuda itu untuk tak terburu-buru. Jika tidak, dia akan tersedak saking cepatnya memasukkan dan mengunyah makanan.
"Ini enak sekali." Lalu tanpa bisa menahan, pemuda cantik itu tersenyum dengan begitu manis.
"Kau terlihat cantik sekali, bahkan saat makan."
"Uhuk..Uhuk..Uhuk."
Peat benar-benar tersedak sekarang, namun bukan karena makanan. Saat kalimat Fort menjadi penyebab, dia yang belum siap menerima gombalan tak masuk akal pemuda tan menjadi tersedak karenanya.
"Minum, Phi. Bukankah sudah kukatakan untuk pelan-pelan saja?!" Mengambil minuman yang diangsurkan, Peat meminumnya dengan cepat.
"Jangan tiba-tiba memujiku, bodoh."
Tertawa senang, ternyata penyebab Peat tersedak karena pujian yang dia lontarkan. Membuat Fort berkali lipat merasa senang, ketika godaanya ternyata berpengaruh pada seorang Peat Wasuthorn. Ini kemajuan yang tak bisa dianggap remeh, Fort bahkan berhasil membuat semburat merah sekarang menghiasi pipi pucat.
"Phi, aku sungguh-sungguh dengan tawaranku sebelumnya.-" Peat kembali menoleh, mendengar Fort menggunakan nada serius dalam kalimatnya. Namun yang pemuda cantik itu tak tahu, memangnya tawaran mana yang dia maksudkan.
"-Maukah kau tinggal disini denganku?"
*
Siapa yang sekarang lagi nungguin spesial episode Love Sea? 🤭🤭🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mafia Mentee (FortPeat)
FanfictionDunia Peat Wasuthorn yang monoton dan membosankan berubah, ketika pemuda tampan berkulit Tan itu datang mengacaukannya. Sehingga sekarang Peat harus menerima, bahwa kehidupannya akan dipenuhi ketegangan dan bahaya karena seorang Fort Thitipong.