Memegangi bibir terus menerus, bahkan Peat sesekali menggigitnya. Telah berlalu dua hari, namun dia masih bisa merasakan ciuman Fort pada bibirnya. Dan hari ini Peat akan menemui pemuda tan itu, membuat hatinya terasa berisik karena senang. Antusias untuk bertemu kembali, Peat tidak bisa menyangkal perasaan itu.
"Menggigit bibir sekali lagi, aku akan mencium Phi disini, sekarang."
Berbisik lirih, berusaha agar hanya dia dan Peat yang mendengar. Saat menoleh, pemuda pucat menemukan Fort sudah lama berdiri dibelakangnya. Tersenyum manis, namun tatapannya itu jelas menunjukkan humor. Ketika tahu kalimatnya berhasil, memunculkan semburat merah pada pipi Peat.
"Selamat siang, P'Ton, P'Nut." Fort menyapa dua senior yang lain, saat mereka juga menyadari kehadirannya.
"Selamat siang, Fort. Kapan kau datang?"
"Baru saja, aku ingin menjemput Mentorku, Phi. Hari ini kami memiliki jadwal belajar bersama."
Membantu Peat memasukkan barang-barang kedalam tas tangan, Fort terlihat telaten. Dia bahkan tak membiarkan Peat untuk repot-repot melakukan nya, membuat Ton dan Nut saling menatap melayangkan kode tersirat. Mereka harus menggoda kedua orang itu, jika tidak ingin melewatkan informasi penting.
"Apakah sudah ada kemajuan dari hubungan kalian?"
"Kalian terlihat berbeda dari terakhir kali kita bertemu."
"Ton, Nut, jangan menggodaku."
"Ayolah, Peat. Aku hanya bertanya pada mentee mu."
"Tapi yang kau tanyakan itu juga tentang diriku, jadi hentikan sampai disana."
Peat yang pintar dengan cepat membaca situasi, dia tengah coba digoda oleh kedua orang dihadapan. Mereka sepertinya mengharapkan salah satu dari dirinya dan Fort akan masuk kedalam jebakan, lalu mengungkapkan sesuatu.
"Maaf Phi, ini masih rahasia. Kami pergi dulu."
Dan bahkan Fort tidak mudah untuk digoda, pemuda tan itu bahkan balik menggoda dua orang itu dengan kalimat ambigunya. Terlihat tak ingin mengungkapkan apapun, namun menyiratkan sesuatu telah terjadi. Lihat saja bagaimana sekarang dia tersenyum senang, ketika membalas ucapan mereka.
Fort bahkan tanpa sungkan meraih tangan Peat, menggandeng pemuda pucat. Lihat jemari-jemari yang bertaut itu, jika tak terjadi sesuatu dengan mereka tak mungkin mereka akan menunjukkan kedekatan intim di tempat umum. Ton dan Nut, kompak menggeleng menyayangkan.
"Kurasa Peat belum sadar."
"Ah, anak pintar yang sesekali begitu bodoh itu."
Hari ini Peat menolak belajar di Kondominium Fort, dia memilih salah satu Cafe dekat Universitas sebagai ganti. Membuat Fort cemberut sepanjang waktu, dia bahkan sesekali mengabaikan saat Peat bertanya tentang pelajarannya. Sedangkan Peat, dia tengah coba membatasi interaksi di lokasi privat. Katakan saja bahwa dia takut akan berciuman lagi, jika mereka hanya berdua saja.
"Fort, berhenti bersikap kekanakan."
Peat mulai mengeluh, saat Fort benar-benar tak fokus. Pemuda itu tak seperti sebelumnya, ketika sekarang dia lebih banyak menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Peat.
"Tempat ini membuatku tak bisa berkonsentrasi, Phi."
Alasan konyol, mereka sudah duduk paling sudut tanpa keramaian. Tempat itu cukup tenang, bahkan tak ada yang akan mengganggu konsentrasi mereka. Namun Fort tetap tidak puas, dia lebih kearah tidak suka berbagi apapun yang dia lihat saat ini. Pemandangan indah saat Peat mengajarinya dengan serius, dia tak ingin orang lain melihatnya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mafia Mentee (FortPeat)
FanfictionDunia Peat Wasuthorn yang monoton dan membosankan berubah, ketika pemuda tampan berkulit Tan itu datang mengacaukannya. Sehingga sekarang Peat harus menerima, bahwa kehidupannya akan dipenuhi ketegangan dan bahaya karena seorang Fort Thitipong.