Part 3

311 34 1
                                    

Tring!Tring!Tring!

Suara notif pesan masuk terus menerus berbunyi, tetapi si pemilik ponsel tidak terlihat terganggu. Justru orang yang berada disebelahnya lah, yang merasa begitu terganggu sekarang. Saat pemuda itu siap memprotes, sikap tak peduli yang Peat tunjukkan atas ponsel yang terus berbunyi tanpa henti.

"Peat, tidakkah kau ingin membalas siapapun yang terus menerus mengirimu pesan itu?" Ton pada akhirnya tak dapat menahan protes, saat konsentrasinya benar-benar terganggu. Dia bukan Peat si jenius yang dapat memecah konsentrasi dengan mudah, walau mengerjakan dua atau tiga hal dalam satu waktu.

"Jangan protes, karena kau dan Noeul yang membuatku harus menerima puluhan pesan itu setiap hari."

Berdesis marah, Peat tak akan menerima protes dari Ton atau siapapun. Dia bahkan lebih dari ingin untuk menyalahkan seseorang, akan penderitaan yang dia harus terima beberapa hari belakangan ini. Hari tenang nya sudah tidak ada lagi, ketika sekarang dia menerima puluhan pesan secara terus menerus.

Meringis bersalah, Ton menyesal menyinggung Peat. Sadar bahwa pesan itu pasti dari Fort, junior yang menjadi mentee Peat sekarang. Jadi pemuda itu memberikan senyum lebar sebagai gantinya, berjanji tak akan melayangkan satupun protes. Dia akan membiarkan Peat melakukan apapun, bahkan jika pemuda itu ingin membatalkan bimbingan dengan Fort kali ini Ton akan mendukung nya.

"Hey Peat, jika kau ingin menolak untuk menjadi mentor, aku akan membantumu berbicara dengan yang lain."

Menoleh, Peat menatap sahabatnya itu dengan heran. Seingatnya, dia dan Noeul yang paling mendukung untuk agar Peat kembali menjadi mentor. Bahkan pendapatannya sekalipun tak pernah didengar, lalu sekarang mengapa pemuda itu berkata akan membantunya berbicara untuk dapat berhenti dari kegiatan itu.

"Sudah terlambat-" Peat menjawab ringan, mulai memasukkan satu persatu barang yang sebelumnya berceceran diatas meja perpustakaan.

"Tidak akan terlambat, aku hanya harus menemui Dosen dan meminta mencarikan mentor baru untuk mentee mu itu. Maka akan selesai." Ton berbicara cepat, takut Peat benar-benar akan marah padanya. Biarkan saja dia yang akan menjadi bulan-bulanan Dosen, atau bahkan junior menyebalkan itu. Asal persahabatannya dengan Peat tetap seperti semula, memang seharusnya dia tak pernah terpengaruh oleh ketakutan Noeul atau kata-kata mengancam Fort. Ton, seharusnya teguh dengan pendiriannya.

"-Dia datang." Lalu mulai beranjak dari posisi duduk, menyampirkan tas pada sebelah bahu.

"Selamat siang, P'Ton. Aku datang untuk menjemput Mentorku, terimakasih sudah menjaganya saat aku tidak ada."

Ton hampir menggeplak kepala Fort, jika saja tak mengingat bentuk tubuh juniornya itu. Sebagai gantinya, Ton menatap tajam pemuda tan itu. Memperingatkan Fort secara tak langsung, bahwa dia tak boleh melakukan apapun yang akan merugikan Peat. Lebih dari itu, dia tak mau sahabatnya akan dipermainkan oleh junior nakal tersebut.

"Kembalikan sahabatku secara 'utuh' tanpa kurang satu apapun setelahnya, ingat."

"Tentu, Phi. Aku akan menjaga Mentorku dengan segenap jiwa ragaku, jadi P'Ton tak perlu khawatir."

"Kau sudah berjanji ya!"

"Iya, pegang saja janjiku!"

GREP!SRET!

Menarik kerah baju Fort, lalu bersiap membawanya pergi. Peat tak ingin mendengar percakapan tak jelas, yang dilakukan sahabat dan mentee nya itu. Ton dan Fort, memiliki tingkah aneh yang hampir serupa. Jika membiarkan mereka terlibat pembicaraan lebih jauh, mungkin Peat yang akan berakhir dengan kepala pusing karenanya.

"Aku pergi dulu, Ton."

Tersenyum senang, Fort menikmati saat dirinya di seret selayaknya anjing. Dia yang selalu di takuti siapapun, merasa Peat begitu superior karena tak pernah merasa takut pada dirinya. Itu satu sisi yang menarik dari pemuda pucat itu, selain wajah cantik dibalik kacamata nya itu tentu saja.

My Mafia Mentee (FortPeat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang