"UDAH DIAM!" teriak Erland, suaranya menggema di seluruh kantin. "Diam nggak lo berdua! Dan gue peringatin lagi, berhenti nyebut Damma lagi!"
Semua orang terdiam, bingung dengan ucapan Erland. Levin berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Erland "Kenapa? Apa karena lo tau sesuatu tentang dia?" tanya Levin, tatapannya tajam penuh kecurigaan.
Suasana semakin tegang, dengan Erland dan Levin saling menatap tajam. "Sebelum lo bicara, pikir dulu! Satu-satunya orang yang harus dicurigai itu adalah lo sendiri. Lo kan yang terakhir lihat dia!" balas Erland, suaranya penuh dengan ketegasan yang membuat semua orang terdiam.
Ucapan Erland menambah kebingungan bagi yang lain. Mereka tidak tahu apa yang terjadi antara dua orang yang memang mereka ketahui sudah berselisih dari sejak dulu yaitu Erland dan Levin. Namun ucapan Erland itu memang benar satu-satunya orang yang terakhir melihat Damma adalah Levin dan dia juga sudah mengakuinya sendiri kepada Laura waktu itu, tapi ada apa dengan Erland yang tiba-tiba melarang mereka untuk membicarakan tentang Damma. Apa ada yang diketahui Erland?
"berhenti saling menyalahkan! Apapun yang terjadi pada kita saat ini bukan salah siapa-siapa termasuk Damma. Ini semua terjadi karena memang sudah takdir kita," ucap Alynna membuat kedua laki-laki yang tadinya berhadapan itu menoleh ke arahnya.
"Alynna benar dari pada saling menyalahkan lebih baik kita focus untuk menemukan buku itu!" sahut Yose.
Willy mengangguk " lebih baik kita cari makanan dulu!" dia menarik lengan Erland ke arah mini market guna memutuskan pandangannya dengan Levin.
"BRENGSEEEKK!" Erland melempar minuman kaleng itu ke dinding kaca mini market membuat Willy yang tadinya akan mengambil makanannya jadi terhenti, begitu juga dengan yang lain ikut terkejut. "PERSETAN DENGAN BUKU ITU GUE GAK MAU LAGI NYARINYA!" ucapnya meninggalkan mini market itu dan berjalan keluar kantin.
"dia kenapa lagi sih?" tanya Alva.
"Biasa, penyakitnya kumat," sahut Azell dengan nada santai, seolah sudah terbiasa dengan ledakan emosi Erland. Ia melanjutkan makannya tanpa banyak bicara lagi.
"penyakit? Serius lo, Erland sakit? Emangnya dia sakit apa?" tanya Alexi.
"emosi yang meledak-ledak," ucap Azell sambil mengunyah ramennya.
"Anjir, gue kira sakit beneran," Alexi tertawa kecil, sedikit lega.
"bukannya itu juga termasuk penyakit?" ucap Azell.
"iya-iya lo gak salah sih," sahut Alva mengangguk.
Percakapan mereka terhenti ketika Azell menyadari sesuatu. Ia menatap Joan yang duduk diam sejak tadi. "Eh, BTW, lo kenapa diam aja dari tadi dan tiba-tiba nyenggol ratu julid segala?" tanya Azell penasaran.
Alva dan Alexi yang tahu kejadian sebelumnya hanya bisa diam. Joan menghela napas panjang sebelum menjawab, "Gue lagi gak mood hari ini." Ucapannya singkat, sebelum ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar kantin.
Willy yang baru saja ingin bergabung dengan mereka, melihat Joan pergi dan segera bertanya, "Eh Joan! Lo mau kemana?"
Namun, Joan tidak menjawab dan terus berjalan pergi. Willy mengernyit bingung. "Dia kenapa sih?" tanyanya sambil duduk di tempat yang baru saja ditinggalkan Joan.
"Gak tau, orang-orang pada sensitif semua hari ini," jawab Azell sambil melanjutkan makannya.
Di meja lain, Laura menatap tajam ke arah Joan yang baru saja meninggalkan kantin. "Aiiiissh, muak banget gue lihat dia, bisa-bisanya dia nyalahin gue," ucapnya dengan nada kesal.
Elsa, yang duduk di sebelahnya, mencoba menenangkan. "Udah-udah, jangan diungkit lagi. Ini mending makan coklat aja biar mood lo balik lagi," ucapnya.
"iya elsa benar! Mending baby Laura makan coklat aja," ucap Ajun.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST IN CLASS [ TAHAP REVISI]
Mystery / ThrillerKisah ini menceritakan perjuangan satu kelas siswa-siswi SMA yang terjebak di sekolah setelah menemukan buku aneh di laci temannya yang tiba-tiba menghilang di kelas itu. Sudut pandang dan karakter dibuat untuk memperkuat alur cerita. TAUKAN MAKSUD...