Playlist: Peabo Bryson - If Ever Your in My Arms Again~
-
-
Sepertinya satu orang tidak cukup untuk membuatnya darah tinggi. Kenapa pula Bangkit Adipranas yang menyebalkan itu muncul sambil bawa-bawa rujuk? Kabut menatap kesal sang mantan suami. Memangnya dia berniat rujuk? Tidak. Dia sudah hidup tenang sebagai janda kaya raya. Tidak mau dipusingkan dengan hubungan rumit bernama rumah tangga.
"Lo gila, ya? Gue nggak sudi rujuk sama lo!" ketus Kabut dengan nada meninggi.
"Tahun lalu aku udah sampaikan sama kamu lewat Abraham soal rujuk. Kalau kamu buat masalah lagi, kita rujuk."
"Nggak inget dan nggak mau inget."
"Pembahasan rujuk kita bahas dalam suatu poin penting, Kabut."
Kabut menganga menatap mantan suaminya, berpikir cukup lama mengenai poin yang dimaksud barusan. Poin? Kalau Point Blank dia tahu, itu nama sebuah game. Please, deh, poin apa yang dimaksud mantannya? Kabut tidak ingat sama sekali.
"Our agreement, remember?"
Kabut tidak bisa mengingat sama sekali perjanjian jenis apa yang dimaksud mantannya.
Renita menyela, "Tolonglah kalau kalian mau bahas agreement nanti aja. Gue korban tahu! Iblis satu ini mau nusuk gue!"
"Heh, Bitch!" Kabut meninggikan suaranya sambil menunjuk Renita dengan galak. "Tutup mulut lo! Korban, korban, lo bukan korban, ya, Monyet! Lo pelaku dan harusnya lo di penjara. Dasar sinting! Jangan sok tersakiti lo. Masih untung nggak gue tusuk mata lo!"
"Hei, hei, tenang!" seru salah satu polisi.
"Dia duluan, Pak. Saya juga korban tahu!" balas Kabut tidak mau kalah.
"Ternyata kamu belum berubah," gumam Bangkit.
Penuturan itu membuat Kabut menoleh. "Shut the fuck up!"
Sebelum Kabut tambah emosi, dia mencubit punggung tangan Abraham supaya bisa segera membantunya keluar dari masalah. Terserah Bangkit mau ikut campur atau tidak, yang Kabut inginkan adalah menjebloskan mantan rekannya ke penjara.
Abraham merasakan sakitnya dicubit Kabut seperti disengat semut merah. Tidak mau membuang waktu lebih lama, Abraham berdeham pelan dan mulai menatap satu per satu polisi yang tengah mengurus permasalahan Kabut. Sebelum bicara Abraham melihat Bangkit untuk memastikan bahwa dirinya sudah dalam posisi untuk mengurus, takutnya Bangkit masih ingin bicara dengan Kabut. Bosnya itu tampak tenang dan hanya memperhatikan Kabut yang tidak berhenti memasang wajah jutek. Bukan pemandangan aneh lagi kalau bosnya memperhatikan tanpa mengatakan apa-apa, memang kerjaannya begitu.
"Aku tunggu luar. Jangan anarkis lagi," ucap Bangkit, yang kemudian merogoh ponsel dari saku celana dan berjalan pergi meninggalkan tempatnya.
Kabut menoleh ke belakang memandangi kepergian Bangkit. Mantannya itu terlihat menjawab telepon. Tidak ada yang berubah dari Bangkit. Laki-laki itu selalu sibuk dengan pekerjaan dan tidak bisa mengabaikan dering ponsel walau sedetik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cranky Romance
Romance(18+ Romcom) #1 Romance Series Kabut Sastromidjo masuk kantor polisi gara-gara menjambak dan hampir menusuk mantan rekan kerja yang membawa kabur uangnya. Dilanda masalah yang cukup rumit, Kabut menghubungi pengacara ternama yang biasa membantu man...