Cranky 16

3K 409 127
                                    

Bonus double update❤

Oh, Chapter 14 & 16 ini punya additional chapter di Karya Karsa ya. Bisa update hari ini atau besok❤

 Bisa update hari ini atau besok❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika Bangkit dan Kabut kembali, mereka diam tanpa kata, tidak membahas apa pun selain jawaban menggantung di dalam pikiran masing-masing. Namun, ada yang lebih mengguncang mereka dari obrolan sebelumnya.

"Hei, Sepupu. Selamat ulang tahun!"

Kalimat itu, suara itu, dan senyum itu semua terpancar dari satu orang. Sosok yang mengguncang pernikahan mereka di masa lalu, Taj Emire Adipranas.

"Oh, Kabut?" Laki-laki itu berdiri di tengah-tengah antara keduanya. Melihat ke arah Bangkit, lalu kembali menatap Kabut. "Ah, jadi ini alasan lo nggak mau ngundang gue, Bangkit? Ada mantan istri lo."

Kabut bersyukur dia menggunakan kacamata jadi tidak perlu menatap Taj secara langsung. Sungguh sial, perasaannya belum membaik, sekarang ada manusia itu.

"Kenapa pakai kacamata, Kabut? Sakit mata?" tanya Taj dengan tangan yang bergerak pelan untuk menyentuh kacamata Kabut. Sebelum terjadi, Bangkit sudah lebih dulu menepis tangannya. "Santai, Bro. Gue cuma mau mastiin matanya Kabut baik-baik aja, bukan mau ngerebut dia dari lo."

Bangkit menggamit tangan Kabut, menggenggam dengan erat, menarik Kabut mundur hingga berada di belakang tubuhnya dan menjadikan dirinya dinding pemisah antara Kabut dan Taj. Sisi protektifnya menyala begitu melihat sepupunya yang satu itu.

"Anjirlah! Lo ngapain ke sini, sih?" Marsha datang dengan kesal, menarik mundur Taj untuk menjauh dari pasangan favoritnya.

"Gue diundang Meta. Kalian kenapa tega banget nggak ngundang gue? Memangnya salah apa sampai gue nggak boleh merayakan ultah sepupu sendiri?" Taj bertanya santai dengan memasang wajah pura-pura sedih.

"Soalnya lo bajingan. Udah, ah, ganggu aja. Lebih baik lo bantuin gue hidangin ikan!" Marsha melingkarkan tangannya pada lengan Taj agar menariknya dari sana dan tidak menimbulkan masalah.

"Haha ... yang bajingan bukan cuma gue doang." Taj melihat Kabut dan tersenyum. "Glad to see you again, Kabut. Hope you didn't run away this time." Lalu, dia melambaikan tangannya seiring tarikan Marsha untuk menjauh.

Kabut semakin tidak nyaman. Kata-kata terakhir Taj seolah mengisyaratkan bahwa dia tidak boleh kabur seperti waktu itu. Kabut meremas tangan Bangkit yang menggenggamnya. Tangan Kabut gemetaran. Dia ingin pulang. "Gue mau pulang."

Bangkit berbalik badan, mencoba memahami apa yang dipikirkan Kabut dengan permintaannya itu––yang mana sulit dilakukan karena Kabut masih memakai kacamata. Namun, dengan merasakan tangan yang gemetar itu, Bangkit tahu Kabut tidak mau menetap di sini. "Ya udah kalau kamu mau pulang. Aku antar kamu pulang, ya."

Cranky RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang