Cranky 7

3.5K 480 49
                                    

#Playlist: Brian McKnight - Still

#Playlist: Brian McKnight - Still

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya lampu masih bersinar terang menyinari ruang kamar. Bangkit sedang membaca kamus Bahasa Belanda untuk menambah kosa-kata. Di keluarga Adipranas wajib menguasai beberapa bahasa selain bahasa tanah air dan Inggris, minimal mereka menguasai empat bahasa. Bangkit duduk bersandar pada headboard tempat tidur menikmati kegiatannya.

"Bangkit, Bangkit, main, yuk!"

Ketenangan Bangkit terusik akibat suara nyaring di luar sana. Tidak perlu dilihat pun sudah jelas suara itu milik Kabut. Perempuan mana lagi yang suka gabut tiba-tiba, suka tantrum seenaknya, dan suka datang tanpa permisi? Tentu hanyalah Kabut.

"Kalau lo nggak nyaut, gue masuk seenaknya, nih. Awas lo nyebut gue melakukan pelanggaran privasi!"

Bangkit tidak menjawab sengaja ingin membiarkan Kabut masuk—itu pun kalau perempuan itu mau dan berani. Tapi, ya, Kabut bukan tipe yang malu-malu atau tidak berani. Pasti akan masuk sebentar lagi. Dan dugaan Bangkit benar. Kabut masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk. Kebetulan pintu kamar belum dikunci. Kepala perempuan itu menyembul untuk mengintip. Bibir mengerucut seperti bebek itu membuat Bangkit tersenyum gemas.

"Heh! Gue panggil juga bukannya nyaut malah senyam-senyum. Gila lo, ya?"

Seperti biasa Kabut berbicara dengan suara penuh kekesalan. Tidak pernah santai dan jarang sekali bicara pelan kalau sudah berhadapan dengan Bangkit. Kalau sampai Kabut bicara pelan pada Bangkit, sudah pasti ada maunya atau ada sesuatu.

"Iya, soalnya kamu lucu."

Kabut menirukan suara babi untuk mengolok sang mantan. "Halah, gombal! Kebanyakan baca novel lo!"

Tidak perlu berlama-lama Kabut bergegas masuk dan menutup pintu. Sambil menenteng boneka kura-kura kesayangan, Kabut mendekati tempat tidur. "Gue mau tidur sini boleh nggak? Banyak petir, takut kesamber."

Bangkit melihat jendela sekilas. Benar, petir bersahut-sahutan di luar sana, tapi belum turun hujan. Mungkin sebentar lagi hujannya akan turun. Terlalu sibuk membaca dia sampai tidak sadar. Kalau sudah fokus membaca, suara sekeras petir pun seakan tidak terdengar olehnya.

"Oh, kamu ngajak tidur bareng?" goda Bangkit.

"Maksud gue, lo tidur di sofa, gue tidur di kasur lo," koreksi Kabut.

"Nggak mau. Tidur di sofa nggak nyaman."

"Ngeselin amat tuan putri satu ini," decak Kabut sebal. "Ya udah gue tidur di sofa!"

Sebelum Kabut beranjak, Bangkit lebih dulu menahan pergelangan tangan perempuan itu. Bangkit menepuk sisi kosong di sampingnya. Dia meletakkan kamus di atas nakas untuk bersiap turun. "Aku bercanda. Kamu tidur di sini, aku tidur di sofa."

Cranky RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang