berharap

651 63 3
                                        

Tin terdiam lama di kamarnya. Dia menghela nafasnya sendiri seraya mengambil obatnya, lalu meminumnya.

Tin memijat pelipisnya berharap rasa pening di kepalanya bisa hilang.

Lalu tak lama dia tertidur di kasurnya.

***

2 hari kemudian..

"Joong... Apa yang kau lakukan pada tin? Kenapa sejak kemarin dia tdk kerja?"

"Phi kenapa kau menanyakan dia padaku?"

"Aku hanya mengingat perkataan mu yang bicara padanya akan membuat dia tidak bisa bekerja, jadi tentu saja aku curiga padamu"

" Tidak ada alasan untukku memecatnya , tunggu ... Apa dia menyentuhmu lagi?"

"Tidak, hhh.... Lupakanlah!"
Naret kembali keluar dari ruangan lalu berjalan seraya merogoh hp nya.

Dan naret baru ingat mau menghubungi nya saja, Di tidak memiliki nomor hp tin yang baru.

Naret lalu menghela nafasnya
"Kenapa aku masih peduli padanya, terserah dia mau bekerja atau tidak, itu bukan urusanku!"

Naretpun kembali ke meja kerjanya.

***

Tin terbatuk di kamarnya, dia mencoba bangkit untuk mengambil air ke dapur

Kepalanya sungguh sangat pusing membuat dia harus berjalan perlahan agar tak membentur lemari atau benda lain yang ada di hadapannya

Namun hal yang dia hindari justru malah terjadi, saat tin mengambil gelas dia tersandung hingga gelas itu pecah dan mengenai tangannya

"Aish.. "
Gumam tin kesal

Tangan tin mulai mengeluarkan banyak darah karena sayatan yang lumayan dalam akibat gelas pecah tadi

Tin lalu terduduk dan mencoba menyenderkan tubuhnya di nakas dapur

Dia tidak punya tenaga lagi untuk bangkit, dan tubuhnya juga terasa lemas hingga tin mulai mengantuk

Tak lama matanya terpejam dengan tubuh yang masih menyender di nakas namun perlahan ambruk ke lantai.

***

Pukul 4 sore.
Semua orang sudah pulang bekerja termasuk naret.

Dia terburu buru pergi setelah mendapatkan alamat rumah tin dari direktur nya.

Dan 30 menit kemudian, mobilnya berhenti di sebuah rumah berpagarkan cokelat yang di padukan dengan warna putih

Rumahnya juga tidak terlalu besar tapi cukup luas dengan jendela besar di berbagai sudutnya

Naret memarkirkan mobilnya di depan sana lalu dengan tahu dia membuka gerbang nya dan memasuki rumah itu

Rumahnya tampak sepi seperti tak ada orang namun Naret bisa melihy mobil putih tin terparkir disana.

Perlahan naret mengetik pintu, namun tak ada tanggapan, dia kembali mengetuk lagi namun suasana hening masih menyelimuti

Akhirnya naret hanya menghela nafas kecewa, dia kembali merutuki dirinya

Kenapa dia harus kemari dan mengkhawatirkan orang itu

Saat naret hendak kembali ke mobilnya, tiba-tiba dia melihat tangan seseorang yang terbaring di ujung ruangan lain

Naret lalu melangkah ke pinggir rumah itu dan betapa terkejutnya dia saat melihat tin yang terkapar di dapur

Sangat bagus rumah itu di kelilingi kaca besar sehingga naret bisa melihat isi rumah itu tanpa susah payah

Better Me (Poohpavel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang