ibu tin

340 45 6
                                    

Sesampainya di rumah , ibu tin langsung pergi ke kamarnya tanpa mempedulikan pertanyaan anaknya.

Tin semakin bingung melihat tingkah ibunya yang menurutnya aneh,

Hingga dia mengetuk pintu ibunya untuk menanyakan apa yang terjadi namun ibunya mengatakan dia hanya sedikit lelah

Tin akhirnya pergi ke kamarnya untuk menghampiri pacarnya yang akan menginap .

" bagaimana tin ?apa yang terjadi dengan ibumu?"tanya naret
Ketika dia sedang menyimpan baju tin di lemari

" dia mengatakan sedikit telah , aku mengerti karena kondisinya sedang tidak baik"
Jawab tin seraya berjalan masuk

" sebaiknya besok kita harus membawanya ke rumah sakit jika kondisinya semakin parah"

"Hm benar!"

Tin lalu duduk di samping tempat tidurnya seraya membuka dasi yang mengikat lehernya

Naret lalu menghampiri pacarnya itu dan membantunya,
"Ada apa? Kau masih mengkhawatirkan ibumu?"

Tanya naret seraya menarik dasi panjang itu hingga terlepas dari leher tin

"Hmm yahh... Aku jadi ingat, mungkin ibuku merasa tidak nyaman karena bertemu kembali dengan ayahku"

"Hm kau benar! Mungkin sebaiknya kita biarkan ibumu sendiri, aku rasa saat ini dia tidak mau di ganggu, besok baru kita tanyakan perasaannya "

"Hm baiklah "ucap tin sambil tersenyum ke arah naret

Naret membalas senyumannya dengan tangan yang sudah mengusap lembut pipi pacarnya itu

"Phi.. ayahku memberikan hadiah rumah lama kami padaku, bagaimana denganmu? Kau tidak mau memberikanku hadiah?"
Tanya tin

Naret sedikit terkekeh lalu tubuhnya dia letakkan di pangkuan tin dan kepalanya sedikit tertunduk untuk mencium bibir tipis tin,

Selang 5 detik ciuman itu kembali terpisah

"Itu hadiahku!"

"Phii... Itu tidak cukup!"rengek tin dengan bibir mengecurut

"Kalau begitu kau buka saja sendiri hadiahmu!"
Ucap naret dengan ekpresi wajah menantang

Tin tersenyum smirk lalu dia menarik tubuh naret hingga naret terbaring di kasur,

Tubuhnya menindih tubuh pacarnya dan mencium bibirnya  lembut,  tangannya mencekal kedua tangan naret di atas

Dan satu tangannya lagi dia gunakan untuk membuka semua kancing baju naret

Kau bisa tahu apa yang terjadi selanjutnya, ketika angin malam menerpa jendela yang terbuka

Rasa  dingin tak terasa sama sekali saat penyatuan tubuh mereka mendominasi ruangan itu

Dan suara suara memalukan mulai terdengar, apalagi suara keciprakan dan tamparan kulit beradu begitu jelas menggema disana

***

Keesokan harinya,
Tin dan naret yang sudah sibuk di luar menyiapkan sarapan

Dan tak lama ibu tin keluar dari kamarnya seraya menarik koper besarnya

Tin dan naret yang sedang bercanda itu mulai merubah ekpresinya

"Ibu .. kau mau kemana?"tanya tin menghampiri

Ibu tin tak menatap wajah tin , malah matanya terlihat  dingin .
"Aku akan pergi"jawabnya

"Pergi?kemana?"

Better Me (Poohpavel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang