11 Hujan

208 15 0
                                    

— 4ever

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

4ever.

"Dia ilang?"

Daren melongo tidak yakin dengan perkataan yang di keluarkan Naja barusan dari sebrang telfon.

"Iya, cok! Tadi bokap nya nelpon gue,"

"Lah, sama! Gue juga di telpon sih. Tapi gue gak peduli-peduli banget pas blio nanyain gue lagi sama Bastian ato engga," balas Daren, kini dengan raut serius.

"Ah gimana sih lo. Ini lo mau nyari dia?"

Daren menyerngit. "Idih ngapain. Ujan-ujanan? Ogah banget goblok, gue juga baru sampe dari bandara, masih cape banget. Lagi butuh istirahat extra," protes nya.

"Yaudah kalo lo gamau."

"Lo? Mau nyari?" Tanya Daren.

"Gak sih, he.he. gak ada temen nya juga. Lo cape di rumah, Galen juga masih butuh istirahat." Jawab Naja dengan sedikit cengiran.

"Oh iya, Galen. Udah pulang ya anak nya?" Ia menatap jam dinding di sudut kamar nya. "Kalo gitu gue tutup dulu, mau maraton."

"Cielah maraton. Nobar lah kita, gue otewe rumah lo, ya."

"Hah? Terserah." Jawab Daren seadanya kemudian mematikan telfon itu.

Ia menyenderkan punggung nya di sofa ruang tamu itu. Tubuh nya begitu lelah hanya untuk berdiri barang sedetik saja. Beberapa menit lalu, pemuda itu baru saja menginjakkan kaki nya di rumah megah bernuansa putih, kediaman keluarga nya atas nama sang ayah itu.

Helaan nafas keluar. Dengan ogah-ogahan dan sisa tenaga nya, ia berteriak memanggil sang ibu yang tengah berada di lantai dua.

"MA, MAMAA!!"

Dalam sekejap, suara lembut khas milik Nindy menyahuti. "IYA? SEBENTAR,"

Suara derap langkah menggema di ruang itu. Wanita paruh baya terlihat tengah menuruni satu persatu anak tangga dengan tergesa.

"Kenapa, Ren?" Tanya Nindy begitu sampai di ruang tamu.

"Ambilin laptop Ren di laci kamar dong. Oh iya, nanti Naja mau kesini katanya," kata Daren mengulas senyum tipis.

"Siap sayang~" Nindy membalas senyuman sang anak dengan senyum yang lebih lebar. Kemudian kembali ke lantai dua untuk mengambil kan barang yang Daren minta.

"Gak percaya gue anjir, bocah segede Bastian. Bisa ilang?" Gumam pemuda berparas cantik itu dengan kekehan ringan.

•••

Hujan di luar mulai sedikit reda. Kini hanya tersisa suara gemuruh air rintik-rintik yang di iringi suara angin berhembus kencang. Cukup lengang, namun tidak untuk kota Jakarta sore itu.

Mobil-mobil dan kendaraan lain berlalu lalang meramaikan jalanan raya kota itu. Lampu lalu lintas selalu sibuk mengatur kendaraan di jalan raya. Di bantu oleh beberapa polisi lalu lintas, mengayomi agar tidak ada kejadian yang tidak di inginkan, contoh nya seperti kecelakaan lalu lintas.

Four(4)Ever | 00L NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang