14 Tidak Sengaja

150 7 0
                                    

— 4ever

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— 4ever.

Pagi ini—Naja baru saja selesai sarapan, dengan seragam yang sudah rapi ia kenakan. Pemuda itu menyambar tas nya di kursi makan, kemudian menyalimi Fara—bunda nya.

Dengan cengiran ia berujar. "Pagi yang sangat cerah bukan, bun? Hehe, enggak ada niatan nambahin uang saku, kah?" Tanya nya dengan nada menggoda. Sembari menaik turunkan alis nya, ia mencium punggung tangan sang bunda.

Fara mendengus. "Enggak, soalnya kamu belum jadi anak nurut. Bunda kan udah bilang, tugas kamu sebagai anak itu bangun tidur rapihin kamar bukan langsung ke dapur bikin kopi susu."

Bibir Naja mengerucut. "Tapi kan aku udah bantuin bunda masak," ucap nya membenahkan tas yang sudah bertengger di punggung nya.

"Terus, mau gantian tugas, kah? Kamu yang masak buat sarapan, bunda yang rapihin tempat tidur sekalian kamar kamu, begitu?" Fara menimpali.

"Nggak enggak! Yaudah pamit dulu," pungkas Naja kemudian segera melesat keluar.

Dengan motor matic nya, Naja berangkat menuju sekolah. Meski dari pagi terlihat biasa saja dan tidak mengeluh, akan tetapi di dalam hati ia merasa sangat malas untuk ke sekolah. Memang bukan pertama kali nya pemuda dengan gigi kelinci itu merasa malas pergi sekolah. Tapi untuk kali ini rasa malas nya berbeda, yang ini rasa nya benar-benar malas, bahkan kalo tidak menghargai orang tua nya yang susah payah kerja untuk nya sekolah, mungkin ia sudah berbelok arah dari sekolah untuk bolos.

Tapi Naja tidak begitu.

Semalas apapun ia sekolah, ia akan tetap sekolah. Selagi masih sehat dan sanggup, tidak ada alasan untuk nya izin barang sehari. Anggap saja itu prinsip hidup seorang Naja Ajendradio.

Motor itu ia parkirkan dengan sempurna di jejeran motor siswa siswi lainnya. Langkah jenjang itu berjalan memasuki gedung sekolah SMACNG. Tempat ia bersekolah satu setengah tahun ini.

Helaan nafas mengiringi setiap langkah nya. Dengan mata yang tidak di buka selebar biasanya, Naja terus memasang wajah melas begitu sampai di sekolah. Tidak peduli akan pandangan murid lain kepada nya.

Brak!

"Bangsat." Umpat Naja tanpa sengaja.

Begitu ia menoleh kedepan, mata nya membola. Mendapati seorang murid berpakaian khas anak preman—baju di keluarkan, celana sobek di bagian lutut, sepatu putih tanpa kaos kaki, dan rambut yang tidak di sisir dengan rapi sehingga menampilkan kesan jamet dan brandalan. Juga badannya yang bisa di bilang kekar dan berisi. Naja sampai harap-harap cemas semoga orang yang ia tabrak itu tidak segalak yang ia kira.

"Maksud lo apa ngumpatin gue begitu?" Suara keras itu sedikit membuat Naja terkejut. "Lo yang nabrak gue, dan lo yang ngumpat. Bukannya kebalik? Harus nya gue dong yang ngumpat. Atau mungkin, gue tambahin sedikit, misal ... Ngehajar badan lemah lo itu?" Ujar pemuda itu meremehkan.

Four(4)Ever | 00L NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang