22 Secangkir Kopi Hitam

97 6 0
                                    

—4ever

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—4ever.

Flashback on.

Bukannya membawa kuda besi kesayangannya itu untuk segera pergi ke sekolah, Galen justru malah berhenti di taman kecil yang cukup dekat dengan sekolah. Menyuruh Lina turun kemudian berjalan menuju salah satu kursi kayu panjang bernuansa vintage di dekat pohon rindang.

"Nyulik gue lu ya!" Omel Lina menyusul Galen.

"Cuma main bentar ke taman. Kalo ke sekolah sekarang mah kepagian, lo mau berdua sama gue doang di sekolah?" Balas Galen santai lalu duduk di kursi itu.

Lina berdecak dan bersedekap dada, memandang sekeliling taman, tidak minat menatap Galen yang sekarang malah sibuk bersiul sembari menaikkan satu kakinya.

"Dah ah males, gue nyari ojek aja mending!" Celetuk Lina yang hendak pergi dari sana namun dengan cepat tangannya ditahan oleh Galen sehingga ia tidak punya pilihan lain untuk berhenti, daripada tangannya tertarik.

Mereka berhadapan, terlihat jelas rasio tinggi keduanya apabila berdekatan. Lina menunduk kecil, tidak sanggup bila harus menatap manik Galen yang dapat membuat jantungnya berdegup, berhadapan begini saja jantungnya berdegup kencang apalagi sambil bertatapan.

"Lina," panggil Galen, mencoba menarik atensi si gadis agar mau melihat matanya.

Galen menghela napas, Lina tidak kunjung mendongak, gadis itu hanya diam dengan satu tangan yang masih berada di cekalan Galen. Akhirnya pemuda itu menyerah, ia tidak menunggu lagi Lina menatapnya.

"Gue tuh suka, sama cewek yang ada didepan gue ini. Dan lo harus ngehargain itu, karena gue udah rela nurunin gengsi. Sekarang, gue tanya, lo mau nggak jadi pacar gue?"

"Emang kita kenal sebelumnya?"

Bak semburan pedas, Galen langsung terkekeh dan tersenyum getir.

Nyelekit, cuy.

"Nggak peduli gimana kita sebelumnya, yang harus lo tau, kalau gue udah lama suka sama lo. Bisa dibilang pengagum rahasia? Enggak juga sih, karena gue nggak pernah nge-stalk atau nyari tau latar belakang lo."

"Tapi kalo semisal gue bilang, gue udah punya gebetan seangkatan, gimana?" Timpal Lina, kini ia mendongak menatap yang lebih tinggi.

"Sejauh apa usaha lo buat dapetin yang katanya gebetan itu?"

"Ya ... sama aja sih kayak lo, pengagum, bedanya nggak rahasia karena setelah gue ngasih tau temen-temen gue, mereka cepu ke orangnya." Jelas Lina.

"Yaudah kita sama, kalo suka sama orang cuma jadi pengagum doang. Itu tandanya kita jodoh, ayo pacaran." Sarkas Galen, namun ia serius mengatakan itu.

Lina sedikit emosi menghadapi Galen, tetapi tidak menutup fakta bahwa sebenarnya ia juga sedikit memiliki rasa kepada pemuda itu; mungkin setelah kemarin Galen menyatakan perasaannya. Hanya saja ia perlu berpikir dua kali untuk ini. Masalahnya, sebelum ini mereka benar-benar tidak pernah berinteraksi, bahkan bertemu saja jarang karena kelas mereka berbeda, ya walaupun bisa dikatakan, Galen itu sering pergi ke kantin anak sepuluh untuk tebar pesona, tetapi entah kenapa tidak pernah bertemu dengan Lina yang notabenenya aktif dan suka bolak-balik kantin.

Four(4)Ever | 00L NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang