16 Takdirnya

99 4 0
                                    

— 4ever

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— 4ever.

Sore itu pukul setengah empat—Bastian terbangun dari tidur nya yang tidak terlalu nyenyak karena posisi ia tidur di sofa single yang berjejer dua. Punggung nya sampai pegal-pegal begitu berdiri.

Ia meragangkan otot-otot nya sembari mengumpulkan nyawa. Setelah nya Bastian kembali duduk, mata nya menatap seorang wanita dengan paras cantik dan awet muda, yang tengah duduk di pinggiran brankar tempat sang ayah terbaring.

Bastian tentu mengenali nya, pemuda itu tanpa sadar menyunggingkan senyum. Ia berjalan mendekati wanita itu dan menepuk pundak nya pelan. "Bu," panggil nya. Wanita itu menoleh, yang tak lain adalah Desi.

"Loh, sudah bangun," Desi membalas uluran tangan Bastian yang hendak menyaliminya.

"Iya, bu. Ibu dari kapan disini?" Bastian bertanya sembari menggaruk tengkuk nya yang gatal, akibat tidur di sofa yang sudah pasti bekas banyak  pantat orang, mungkin? Itu pikirnya.

Desi tampak berpikir sejenak, kemudian menjawab, "belum lama, sih, paling empat puluh menit lalu?"

Bastian mengangguk, "oh~ ngomong-ngomong soal yang kemarin senin aku mau ngomong sesuatu sama ibu, maaf belum sempet ya .. sibuk aja tiba-tiba sore nya ada urusan."

"Iya gapapa. Bisa lain waktu aja," balas Desi tersenyum tulus.

Keduanya kini—ralat, ketiga nya beserta Irwan yang terbaring di brankar, kini hanya diselimuti keheningan.

Ngomong-ngomong soal Irwan, keadaan pria itu tidak bisa di bilang baik setelah kecelakaan kemarin terjadi. Kepala nya terkena benturan keras saat mobil nya berputar menghantam pagar kecil di samping zebra cross. Menyebabkan Irwan divonis gegar otak dan mengalami amnesia. Itu yang menyebabkan pria paruh baya tersebut koma dari semalam. Dokter hanya mengatakan kepada Riska untuk tetap tabah, karena pihak rumah sakit juga tidak tau durasi koma yang di alami Irwan.

Terlebih Irwan mengalami amnesia atau hilangnya ingatan. Kemungkinan besar setelah pria itu tersadar dari koma, ia bisa melupakan memori lama nya, melupakan bahwa Riska adalah istri nya, melupakan bahwa Desi adalah orang yang ia cintai sekaligus pacar nya, dan melupakan bahwa ia memiliki Bastian yang merupakan darah daging nya.

Bastian setelah mendengar fakta itu, malam nya ia benar-benar tidak tidur. Ia pamit kepada sang ibu untuk pergi ke rooftop rumah sakit.

Flashback on.

Dingin nya udara malam itu tidak mengubur niat Bastian untuk duduk di lantai rooftop menyender di pagar pembatas. Kaki kanan nya ia luruskan dan kaki kiri ia tekuk untuk menjadi tumpuan tangan kiri nya. Dengan perasaan campur aduk, pemuda itu menghembus nafas kasar, menyiratkan betapa frustasi nya ia.

Tangan nya menyibak surai hitam pekat itu agar poni yang turun tidak menghalangi pandangan. Ia mendongak, pikiran nya berkelana memikirkan banyak hal. Bahkan mungkin, tanpa sengaja ia meragukan kebahagiaan, atau ... tidak percaya bahwa takdir nya baik.

Four(4)Ever | 00L NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang