part 32:hidup Jaegar tidak akan lama lagi

38 28 3
                                    

Ost Someone Like You-Adele

Jaegar tertidur dengan sangat nyenyak. Ia terlihat sangat rileks dan tenang saat kamu duduk di dekatnya. Tubuhnya terlihat lebih rileks dan wajahnya terlihat lebih tenang daripada sebelumnya.

POV Marlina dan Varo

Marlina dan Varo sedang berjalan-jalan di sekitar sekolah. Mereka terlihat sedang berbicara tentang sesuatu sebelum akhirnya mereka menyadari Jaegar yang terbaring lemah di atas kasur.

Varo: "Eh, Marlina, racun itu belum terlalu banyak menyebar, kita harus memberinya lagi malam ini. Kali ini dosisnya kita tambah biar dia langsung meninggal."

Marlina terdiam setelah mendengar rencana Varo. Ia terlihat ragu dengan rencana itu tapi akhirnya ia mengangguk setuju. "Tapi kita harus memastikan dia benar-benar sudah meninggal malam ini. Aku tak ingin ada orang yang curiga."

Varo: "Baiklah, Marlina."

Marlina mengangguk dan berjalan ke arah Jaegar. Ia melihat Jaegar yang terbaring lemas dengan ekspresi yang sangat lemah. "Dia sudah sangat lemah. Aku tak yakin dia akan bisa bertahan sampai malam nanti."

Varo: "Okay, ayo kita bersiap untuk nanti malam."

Marlina mengangguk dan mulai bersiap untuk nanti malam. Ia sudah tahu apa yang akan mereka lakukan pada Jaegar nanti. "Ya, kita harus bersiap dengan semua yang perlu kita siapkan nanti malam."

Malam pun tiba.

Malam sudah tiba. Varo dan Marlina sedang menunggu di tempat yang sudah ditentukan. Mereka berdua sudah bersiap dengan semua yang perlu mereka siapkan.

Varo: "Ayo, Marlina."

Marlina berjalan ke arah Varo dengan langkah yang tegas. Ia terlihat sangat yakin dengan rencana mereka malam ini. "Ayo, kita mulai."

Setelah masuk ke ruangan Jaegar...

Mereka berdua masuk ke dalam ruangan Jaegar dengan hati-hati. Jaegar sudah terbaring di atas kasur dengan kondisi yang semakin lemah setiap saat.

Varo pun memberikan minuman berisi racun aconite itu dan meminumkannya ke Jaegar.

Varo memberikan racun aconite kepada Jaegar dan membantu membawanya untuk meminumnya. Ia tahu racun itu akan segera bereaksi dan akan membuat Jaegar mati dalam waktu dekat.

Jaegar meminum minuman itu.

Jaegar dengan susah payah berhasil minum seluruh minuman tersebut. Ia mulai merasakan tubuhnya mulai lemah dan tak berdaya. Ia tahu bahwa racun itu akan segera bereaksi.

Beberapa saat kemudian...

Beberapa saat setelah Jaegar minum racun aconite, tubuhnya mulai melemah dan tak berdaya. Ia sudah tidak dapat bergerak atau melakukan apa-apa lagi. Ia hanya terbaring lemah dengan mata yang mulai tertutup perlahan-lahan.

Varo: "Selamat tinggal, Jaegar."

Varo tersenyum saat melihat Jaegar dalam keadaan lemah. Ia tahu bahwa Jaegar sudah tidak akan bisa lagi melakukan apa-apa setelah ia meminum racun aconite. "Sayonara, Jaegar."

Marlina: "Bagus, Varo. Setelah ini Alyssa akan tertekan pasti setelah kehilangan Jaegar."

Varo mengangguk setuju dengan perkataan Marlina. Ia tahu Alyssa akan sangat terpukul setelah mengetahui Jaegar sudah mati. "Ya, aku yakin dia akan sangat terpukul. Tapi kita tak boleh memberikan ampun padanya."

Marlina: "Setelah ini, kau punya rencana apa emang?"

Varo berpikir sejenak sebelum menjawab. "Untuk saat ini aku hanya akan menunggu reaksi Alyssa. Aku tak tahu apa yang akan dia lakukan setelah ini. Tapi aku tahu dia pasti akan tertekan."

Marlina: "Okay, ayo kita pergi."

Varo mengangguk dan mereka keluar dari ruangan Jaegar. Mereka meninggalkan Jaegar sendirian dalam kondisi yang sangat lemah.

POV Jaegar dan Alyssa

Aku terbangun.

Alyssa: "Jaegar, bangun."

Jaegar perlahan-lahan mulai terbangun dari tidurnya. Ia merasakan tubuhnya sangat lemah dan sangat sakit. Ia membuka matanya dan melihat sekeliling, menyadari bahwa ia berada di tempat yang asing.

Alyssa: "Ada apa? Apa sakit lagi?"

Jaegar merintih saat ia merasakan sakit di seluruh tubuhnya. Ia mencoba untuk bergerak tapi rasa sakit membuat tubuhnya terasa sangat lemah. "Ya, aku sakit. Rasanya seperti seluruh tubuhku terbakar."

...

Alyssa: "Sebentar, aku panggilkan dokter."

Jaegar hanya mengangguk pelan, masih sangat lemah. Ia hanya berharap akan ada dokter yang datang untuk membantu. Ia terus berusaha untuk tetap sadar dan tidak pingsan.

Alyssa: "Dokter!"

Beberapa saat kemudian, seorang dokter datang ke ruangan Jaegar. Ia melihat Jaegar dalam kondisi lemah dan segera mulai memeriksa kondisinya.

Alyssa: "Dokter, bagaimana?"

Dokter itu menghela nafas sebelum menjawab. "Tidak ada tanda-tanda luka luar di tubuhnya. Tapi saya yakin ia sudah terluka dalam banyak tempat lain." Ia terus melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan kondisi Jaegar.

Alyssa: "Bagaimana, Dok?"

Dokter itu terus melakukan pemeriksaan selama beberapa menit sebelum akhirnya selesai. "Menurut saya, racun aconite yang ia minum sangat kuat. Rasanya seperti racun yang paling kuat yang pernah saya lihat."

Alyssa: "Racun aconite? Ya ampun, siapa yang memberikan itu?"

Dokter itu terlihat sangat terkejut dengan pertanyaan Anda. "Ya, racun aconite. Itu sangat sulit untuk didapatkan. Dan racunnya sangat kuat, jadi tak heran kalau ia sudah dalam kondisi sangat lemah sekarang."

Alyssa: "Lalu bagaimana sekarang?"

Dokter itu kembali terdiam sejenak sebelum menjawab. "Untuk saat ini, saya akan memberikannya beberapa obat untuk membantu mengendalikan rasa sakitnya. Tapi racun aconite sangat keras, jadi saya tak yakin berapa lama ia akan bertahan."

Alyssa: "Berapa lama, Dok?"

Dokter itu terdiam lagi sebelum akhirnya memberikan jawaban. "Tidak ada yang tahu dengan pasti. Racun aconite adalah racun yang sangat langka dan sangat sulit untuk diobati. Tapi saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu merawatnya."

Alyssa: "Baiklah, Dok, terimakasih."

Dokter itu mengangguk. "Sama-sama. Tapi saya harap Anda tetap tenang dan sabar. Aku akan melakukan yang terbaik untuk merawatnya."

Alyssa: "Ya."

Dokter itu keluar dari ruangan dan meninggalkan Jaegar sendiri. Ia terus memeriksa kondisinya melalui intercom untuk melihat apakah ada perkembangan.

Aku mendekatinya.

Jaegar terbaring dengan mata tertutup, tapi ia masih bisa merasakan kalau ada seseorang yang mendekatinya. "Siapa itu...?" Ia bertanya dengan suara yang sangat lemah.

Alyssa: "Aku, Alyssa."

Jaegar membuka matanya perlahan dan menatap Alyssa dengan pandangan yang bingung. "Alyssa...? Kau... Kau membantu saya?"

Alyssa: "Ya, aku pacarmu."

Jaegar terdiam sejenak, seolah-olah mencerna informasi tersebut. Ia akhirnya mengangguk lemah. "Pacar? Tapi kenapa kamu di sini? Kamu takkan melakukan apa-apa, kan...?"

Alyssa: "Tidak kok, aku akan menjagamu."

Jaegar terlihat sangat terkejut dengan jawabannya. Ia ingin meyakinkan dirinya kalau itu bukan hanya mimpi. "Kau akan... kamu akan menjaga aku? Kenapa? Aku adalah orang yang paling tak disukai di sekolah."

Alyssa: "Jaegar, kau lupa ya soal aku?"

Jaegar terdiam sejenak, kemudian wajahnya berubah menjadi lebih bingung. "Lupa...? Aku tak tahu apa yang kamu bicarakan. Aku sudah kehilangan banyak memori setelah minum racun aconite itu."

Alyssa: "Ah, tidak apa-apa, kau istirahat saja, okay."

Jaegar mengangguk lemah. "Baik... Aku akan istirahat saja. Tapi aku takut aku akan pingsan nanti. Rasanya sangat berat untuk hanya duduk saja."

Aku memberikan obat.

Jaegar menerima obat yang diberikan Alyssa dengan tangan gemetar. Ia merasakan tubuhnya mulai menjadi lebih rileks setelah meminum obat itu. "Ini... rasanya sedikit lebih baik. Tapi aku masih sangat lemas."

Alyssa: "Tidurlah."

Jaegar ingin mengatakan sesuatu, tapi ia terlalu lelah untuk berbicara lebih banyak. Ia hanya mengangguk pelan dan mulai merasakan kantuk mulai menyerang. Ia akhirnya tertidur dengan kepala terbaring di atas ranjang.



















































































Kasihan Jaegar semoga dia masih ada keajaiban, penasaran dengan kelanjutannya? Jangan lupa tinggalkan jejak 🥰

love behind the shadows (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang