Chater 16

122 14 2
                                    

Di sebuah ruangan konferensi di kantor polisi Bangkok, Inspektur Wut duduk berhadapan dengan Kapten Poom. Atmosfer ruangan terasa tegang, mencerminkan pentingnya topik yang akan mereka bahas. Berkas-berkas berlabel "Top Secret" tersebar di atas meja, menandakan seriusnya pertemuan ini.

Inspektur Wut membuka pembicaraan dengan suara yang rendah namun tegas, "Poom, saya tahu ini akan menjadi tugas yang berat, tetapi sebagai kepala kepolisian kota, saya harus menugaskan orang terbaik yang saya miliki untuk misi ini. Kunjungan Menteri Pertahanan Thailand bersama para Menteri Pertahanan ASEAN lainnya bukanlah urusan kecil. Ada informasi intelijen yang menunjukkan bahwa beberapa kelompok teroris yang didukung oleh Jaringan Mafia Eropa merencanakan sabotase pada saat kunjungan itu."

Poom mendengarkan dengan seksama, namun pikirannya sedikit terganggu. Pikirannya berkelana kepada Poompat, yang saat ini sedang berada dalam perlindungannya di rumah. Situasi ini membuat Poom bimbang. Ia ingin sekali menjalankan tugas negara dengan sebaik-baiknya, tetapi keselamatan Poompat juga sangat penting baginya.

Inspektur Wut melanjutkan, "Sebagai kepala pengamanan dalam misi ini, kamu akan memimpin tim elit kita. Semua mata tertuju pada kita, dan kita tidak boleh gagal. Saya yakin dengan kemampuanmu, tapi saya butuh kamu sepenuhnya fokus pada tugas ini."

Poom menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Saya mengerti, Inspektur. Ini adalah tugas yang sangat penting, dan saya akan menjalankannya sebaik mungkin. Namun, saya harus jujur, saat ini saya sedang mengawasi seseorang yang juga berada dalam bahaya serius. Orang itu adalah Poompat Iam-Samang. Keadaan sangat rumit, dan saya khawatir tugas pengamanan ini akan menyita seluruh perhatian saya."

Inspektur Wut menatap Poom dengan tajam, mencoba membaca reaksi anak buahnya yang tidak biasa. "Poom, saya tahu kamu sangat berdedikasi pada pekerjaanmu, dan saya menghargai keterusteranganmu. Tapi keselamatan negara harus diutamakan. Apakah kamu yakin tidak bisa menemukan solusi untuk menjaga kedua tanggung jawab ini?"

Poom terdiam sejenak, memikirkan kata-kata atasannya. "Saya akan mencari cara, Inspektur. Mungkin saya bisa mempercayakan pengawasan sementara pada seseorang yang bisa saya percaya, namun tetap memberikan pengarahan kepada tim pengamanan. Tetapi saya tidak bisa mengabaikan intuisi saya tentang keselamatan Poompat. Dia adalah kunci dalam investigasi yang sedang kita jalani, dan kehilangan dia bisa menjadi bencana."

Inspektur Wut mengangguk pelan, memahami dilema yang dihadapi Poom. "Saya mengerti, Poom. Lakukan yang terbaik untuk menyusun tim yang bisa kamu percayai untuk mengawasi Poompat. Sementara itu, fokuskan energimu pada pengamanan misi negara ini. Ingat, kita tidak bisa membiarkan para teroris dan mafia merusak keamanan negara ini. Kita harus menghentikan mereka, apapun yang terjadi."

Poom mengangguk, meskipun masih ada kekhawatiran di dalam dirinya. "Saya akan menjalankan tugas ini dengan sebaik mungkin, Inspektur. Terima kasih atas pengertian Anda."

Pertemuan itu berakhir dengan Poom yang keluar dari ruangan dengan pikiran yang masih bercabang. Ia harus segera menyusun strategi untuk memastikan bahwa ia bisa melindungi dua hal yang paling berharga baginya saat ini: negara dan Poompat. Namun saat ini pikirannya lebih mencemaskan Poompat. Tiba - tiba ia merindukan CEO muda itu. Ia merogoh sakunya mengeluarkan HP pribadinya dengan Poompat dan menelpon.

#####


Poompat sedang duduk di sofa ruang tamu, memandangi jendela yang menunjukkan pemandangan kebun belakang rumah Poom. Ia merasakan suasana yang tenang, tetapi pikirannya melayang, memikirkan Poom. Ponselnya bergetar, menampilkan nama Poom di layar. Senyum kecil terlukis di wajahnya saat ia mengangkat telepon.

The SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang