Chapter 2

138 16 0
                                    

Di rumah mewah Kapten Poom, suasana malam dipenuhi oleh ketenangan yang kontras dengan kekacauan emosi Poom. Ruangan tamu yang luas dan bergaya modern dipenuhi dengan lampu lembut dan perabotan mahal, namun kali ini, semua elemen tersebut tampak tidak dapat meredakan ketegangan yang ada.

Kapten Poom duduk di sofa besar, wajahnya terlihat marah dan kesal. Ia memeluk lututnya dengan tangan, seolah berusaha menenangkan dirinya, namun ekspresi ketidaksenangannya tidak bisa disembunyikan. Ketika pintu ruangan terbuka, Jenderal polisi, ayah Poom, masuk ke dalam ruangan. Jenderal ini dikenal sebagai figur yang sangat berpengaruh, namun identitasnya sengaja disembunyikan oleh Poom untuk menghindari anggapan bahwa ia memanfaatkan jabatan ayahnya untuk meraih posisi di kepolisian.

Dengan nada prihatin ayah Poom mendekati anak semata wayangnya, "Poom, ada apa denganmu? Ayah melihatmu tampak sangat kesal. Ada yang bisa ayah bantu?"

Kapten Poom enatap ayahnya dengan tatapan tegas, "Ayah, aku hanya merasa frustrasi. Semua ini terasa sangat rumit. Aku tahu aku tidak seharusnya melibatkan ayah, tapi aku benar-benar butuh bantuan."

"Ayah tahu kamu ingin melakukan semuanya sendiri, dan aku menghargai itu. Namun, anakku, jika ada sesuatu yang mengganggumu, jangan ragu untuk berbagi."

Kapten Poom menghela napas, "Kasus ini sangat membingungkan. Aku merasa seperti terjebak di persimpangan yang sulit. Ada tekanan besar dari berbagai pihak, dan aku tidak bisa mendapatkan dukungan yang aku butuhkan."

"Ini bukan pertama kalinya kamu menghadapi tekanan seperti ini. Ingat, kamu selalu memiliki kemampuan dan keberanian untuk menghadapi segala sesuatu. Tapi terkadang, membagi beban bisa membantu."

"Aku tahu, Ayah. Tapi kali ini, semuanya terasa berbeda. Aku merasa seolah ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar kasus ini. Dan sekarang, aku terjebak dalam situasi yang membuatku merasa tidak berdaya."

"Kadang-kadang, perasaan seperti itu adalah bagian dari proses. Terkadang kamu perlu menjelajahi jalan yang sulit untuk menemukan solusi. Jangan biarkan frustrasi mengalahkanmu."

"Aku hanya berharap aku bisa menyelesaikan ini tanpa harus mengandalkan siapa pun, terutama kamu. Aku tidak ingin dianggap sebagai seseorang yang memanfaatkan posisi ayah."

"Kamu tidak perlu khawatir tentang itu. Aku tahu betapa kerasnya kamu bekerja dan betapa seriusnya kamu menghadapi pekerjaanmu. Yang penting adalah kamu tetap setia pada nilai-nilai dan integritasmu."

Kapten Poom tersenyum tipis, merasa sedikit terhibur, "Terima kasih, Ayah. Kadang-kadang aku hanya perlu mengingat kembali siapa aku dan apa yang aku perjuangkan."

Sang Jenderal tersenyum menyejukkan, "Aku selalu di sini untukmu, Poom. Jangan pernah ragu untuk mencari dukungan jika kamu membutuhkannya. Kamu tidak perlu menghadapi semuanya sendirian."

Kapten Poom mengangguk, merasa sedikit lebih lega setelah berbicara dengan ayahnya. Meskipun masalahnya masih ada, mendapatkan dukungan emosional dari orang tua selalu memberikan kekuatan tambahan. Jenderal pun meninggalkan ruangan dengan perasaan tenang, percaya bahwa anaknya akan mampu mengatasi tantangan ini dengan keberanian dan dedikasi yang telah ditunjukkannya selama ini.

#####

Poompat sedang termenung di ruang kerjanya yang elegan dan luas, suasana tegang terlihat jelas. Meja kerja yang biasanya bersih dan terorganisir kini penuh dengan dokumen dan catatan yang berserakan, mencerminkan betapa pentingnya informasi yang baru saja diterima. Lampu meja yang terpasang memberikan pencahayaan langsung pada wajah Poompat, yang duduk di kursi besar dengan ekspresi penuh harapan dan kecemasan.

Pintu ruangan terbuka dengan lembut, dan Jim, asisten Poompat, masuk dengan sebuah map besar di tangannya. Jim mengenakan jas hitam dan dasi, tampil profesional seperti biasanya, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda di wajahnya—sebuah ekspresi serius yang menunjukkan bahwa dia membawa informasi yang sangat penting.

Dengan nada tegang Poompat bertanya, "Jim, sudahkah kamu mendapatkan semua yang aku minta?"

Jim mengangguk, meletakkan map di atas meja, "Ya, Tuan. Saya sudah mengumpulkan informasi yang Anda minta tentang Kapten Phuripan Sapsangsawat. Ini cukup lengkap."

Poompat segera membuka map tersebut dan mulai memeriksa isi di dalamnya. Jim berdiri di samping meja, menunggu dengan sabar sambil memperhatikan reaksi majikannya.

Poompat menyimak dokumen dengan teliti namun ia menjadi tidak sabar lalu ia meminta Jim menjelaskan informasi yang ia peroleh, "Katakan padaku, apa yang kamu temukan tentang latar belakang Kapten Poom?"

"Ehm..baik Tuan. Kapten Poom, atau Phuripan Sapsangsawat, adalah seorang perwira intelijen di kepolisian Bangkok dengan pangkat Letnan Dua. Dia berusia 25 tahun dan berasal dari keluarga yang sangat terhormat. Ayahnya adalah seorang jenderal polisi terkenal, meskipun Kapten Poom sendiri selalu berusaha untuk tidak memanfaatkan nama besar ayahnya dalam kariernya."

Poompat tersenyum tipis. Ia mulai tertarik, "Jadi, dia berusaha menjaga jarak dari kekuasaan ayahnya? Bagaimana dengan latar belakang profesionalnya?"

"Kapten Poom dikenal sebagai seorang yang sangat berdedikasi dan memiliki reputasi yang sangat baik di kepolisian. Dia terlibat dalam beberapa kasus besar dan kompleks, dan memiliki catatan prestasi yang mengesankan. Dia juga dikenal sebagai sosok yang sangat terampil dalam analisis intelijen dan investigasi."

Poompat menatap Jim dengan tatapan tajam, "Bagaimana dengan kehidupan pribadinya? Apakah ada informasi yang lebih pribadi tentang dia?"

"Informasi pribadi Kapten Poom lebih sulit untuk diakses, tetapi dari yang saya temukan, dia dikenal sebagai seseorang yang sangat tertutup dan menjaga privasinya dengan ketat. Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan pribadinya, selain dari dedikasinya pada pekerjaan."

"Apakah kamu menemukan sesuatu yang bisa menjelaskan mengapa dia membuatku merasa seperti ini?"

Dengan hati - hati Jim menjawab, "Sejauh ini, tidak ada informasi yang menunjukkan alasan khusus mengapa Kapten Poom mungkin memengaruhi perasaan Anda. Namun, sikapnya yang profesional dan karismatik bisa saja mempengaruhi orang secara emosional, terutama bagi seseorang yang tidak biasa berhadapan dengan sosok seperti dia."

"Karismatik, ya? Mungkin itu yang membuatku merasa tidak nyaman. Aku merasa seperti aku terjebak dalam perasaan yang tidak bisa kumengerti."

"Tuan, mungkin Anda perlu waktu untuk merenung dan memahami perasaan Anda lebih baik. Informasi ini bisa membantu Anda memahami Kapten Poom lebih baik, tapi perasaan Anda sendiri juga penting untuk dieksplorasi."

"Baiklah, Jim. Terima kasih atas kerja kerasmu. Aku akan memikirkan semua ini dengan lebih dalam."

Jim mengangguk hormat sebelum meninggalkan ruangan, sementara Poompat melanjutkan membaca informasi yang diberikan dengan lebih mendalam. Meski banyak hal telah terungkap, pertanyaan dan perasaan yang mengganggu pikirannya masih memerlukan jawaban yang lebih dalam.

#####

The SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang