Chapter 18

76 9 0
                                    

Kapten Poom dan Inspektur Wut sedang berada di ruang taktis, meninjau peta pengamanan dan menfinalisasi rencana untuk kunjungan para Menteri Pertahanan ASEAN. Mereka baru saja selesai membahas titik-titik kritis pengamanan ketika HP Poom bergetar pelan, menandakan adanya notifikasi.

Poom melirik layarnya, dan seketika wajahnya berubah serius. Notifikasi dari tracker yang ia pasang diam-diam di HP Poompat muncul. Garis lokasi menunjukkan bahwa Poompat bergerak keluar dari rumahnya, padahal ia seharusnya berada di dalam, di bawah pengawasan ketat.Inspektur Wut yang menyadari perubahan ekspresi Poom bertanya, "Ada apa, Kapten? Anda tampak cemas."

Poom mengunci layar HP-nya dan berusaha menenangkan diri, namun nada suaranya tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang ia rasakan. "Inspektur, saya khawatir sesuatu yang buruk terjadi di rumah saya. Poompat, orang yang saya lindungi, mungkin dalam bahaya. Saya memasang tracker di HP-nya sebagai langkah pencegahan, dan sekarang notifikasinya aktif. Itu berarti dia keluar dari rumah tanpa sepengetahuan saya."

Wut menatap Poom dengan tajam, langsung menangkap urgensi dalam situasi ini. "Apa maksud Anda, Kapten? Apakah mungkin Poompat keluar dengan keinginan sendiri?"Poom menggeleng, matanya menunjukkan kemarahan dan kekhawatiran yang mendalam. "Tidak, Inspektur. Ini bukanlah sesuatu yang akan dia lakukan tanpa memberitahu saya. Dengan semua ancaman yang mengincarnya, saya sangat yakin bahwa ini adalah upaya penculikan. Mereka memanfaatkan situasi di mana saya teralihkan dengan tugas negara."Inspektur Wut mengerutkan kening, menyadari betapa seriusnya situasi ini. "Siapa yang menurut Anda bertanggung jawab?"

Poom menatap Inspektur Wut dengan tatapan dingin. "Jean-Luc dan Ohm, paman Poompat, mereka tidak akan berhenti sampai tujuan mereka tercapai. Mereka tahu saya akan sibuk dengan pengamanan kunjungan ini, dan mereka mengambil kesempatan ini untuk menyerang."Wut mengangguk, sepenuhnya memahami kompleksitas situasi. "Baiklah, kita perlu bertindak cepat. Anda perlu memastikan Poompat selamat, tapi kita juga tidak bisa meninggalkan tugas kita di sini. Saya akan mengerahkan tim tambahan untuk memastikan keamanan kediaman Menteri Pertahanan tetap terjaga, sementara Anda lakukan apa yang harus Anda lakukan untuk menyelamatkan Poompat."

Poom mengangguk tegas. "Terima kasih, Inspektur. Saya akan segera bergerak. Saya tidak akan membiarkan mereka membawa Poompat pergi. Mereka akan menyesali tindakan mereka ini."Dengan itu, Poom meninggalkan ruang taktis dengan langkah cepat, pikirannya hanya terfokus pada satu hal: menyelamatkan Poompat dari bahaya yang mengancamnya. Inspektur Wut, yang masih berada di ruang taktis, segera memberikan instruksi tambahan kepada timnya, memastikan bahwa mereka siap untuk menghadapi segala kemungkinan.

Kapten Poom berjalan cepat keluar dari ruang taktis, adrenalinnya memuncak. Dia segera mengangkat teleponnya dan menghubungi beberapa anggota kepercayaannya di kesatuan. Nada tegas dan otoritatif segera terdengar dalam suaranya ketika salah satu dari mereka menjawab.

"Ini Kapten Poom," katanya tanpa basa-basi. "Kita dalam situasi darurat. Poompat telah diculik, dan kita tidak punya waktu untuk disia-siakan."Di ujung telepon, Letnan Jirawat, salah satu anggota tim elit Poom, merespons dengan cepat, "Siap, Kapten. Apa perintahnya?"

Poom menghela napas dalam, berusaha mengendalikan amarah yang terus bergejolak dalam dirinya. "Saya membutuhkan kalian untuk bertemu saya di titik yang saya kirimkan melalui koordinat GPS. Kita akan melakukan pengejaran. Saya sudah mendapatkan sinyal dari tracker yang saya pasang di HP Poompat. Mereka bergerak keluar dari Bangkok, kemungkinan menuju salah satu lokasi persembunyian mereka."

Letnan Jirawat menjawab tanpa ragu, "Dimengerti, Kapten. Tim sudah siap. Saya akan mengerahkan unit dengan segera. Apa kita perlu membawa peralatan khusus?""Ya," jawab Poom dengan nada dingin. "Bawa peralatan lengkap untuk pengejaran dan penyerangan. Mereka yang kita hadapi adalah profesional. Kita tidak bisa meremehkan mereka. Jaga komunikasi tetap terbuka, dan jangan lakukan tindakan apapun sampai saya tiba di lokasi."

The SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang