Chapter 19

165 9 4
                                    


Poom mengangkat teleponnya dengan cepat setelah melihat nama Jim terpampang di layar. Wajahnya tegang, seolah sudah menduga apa yang akan didengarnya.

"Kapten Poom, ini saya, Jim..." Suaranya terdengar lelah dan dipenuhi kecemasan."Ya Jim, apa yang terjadi? Apa kau baik-baik saja? Bagaimana dengan Poompat?" Poom bertanya dengan nada cepat dan tegas, jantungnya berdegup kencang, "Aku sudah berada di lokasi yang ditunjukkan HP Poompat, namun rupanya mereka sudah mengelabuhi saya. Poompat tidak ada di sana."

"Mereka... mereka menyemprotkan gas tidur ke seluruh ruangan, Kapten. Saya dan Tuan Poompat tidak sadar apa-apa. Saat saya bangun, mereka sudah membawa Tuan Poompat. Saya dibiarkan di kamar tanpa terluka, tapi mereka berhasil membawa Tuan Poompat."

Poom mengepalkan tangannya, suaranya penuh amarah. "Apa kau baik-baik saja, Jim? Apa kau melihat atau mendengar sesuatu sebelum mereka menyerang?"

"Ya, saya baik-baik saja, Kapten. Saya tidak mendengar apapun, Kapten. Mereka sangat ahli. Tapi saya sangat khawatir tentang Tuan Poompat. Saya tahu paman Tuan Poompat punya ambisi besar untuk melenyapkan belliau. Dia tidak akan berhenti sampai beliau tersingkir dari jalannya menguasai harta keluarga Tuan Poompat. Kapten, saya takut mereka mungkin menyakitinya..."

"Tenang, Jim. Kita akan menemukannya. Aku tidak akan membiarkan apapun terjadi pada Poompat. Mereka mungkin berhasil kali ini, tapi aku tidak akan membiarkan mereka lolos lagi. Mereka akan membayar semua ini"

"Kapten, tolong maafkan saya... Saya tahu saya gagal melindungi Tuan Poompat, tapi kita harus bertindak cepat. Setiap detik berharga. Mereka bisa saja membawanya keluar dari kota, atau lebih buruk..."

"Kau sudah melakukan yang terbaik, Jim. Ini bukan salahmu. Aku akan segera mengirim tim untuk mencari petunjuk. Tetaplah di sana, dan jangan biarkan siapapun masuk ke rumah sampai anggotaku tiba. Aku sudah mengirim mereka untuk mencari jejak penculiknya. Aku akan melanjutkan pencarian. Jika kau punya informasi apapun tentang Poompat, tolong beritahu segera"

"Baik, Kapten. Saya akan tetap di sini dan memastikan semua aman. Tolong, bawa Tuan Poompat kembali dengan selamat."

"Aku berjanji." Poom menutup telepon, matanya berkilat, tanpa ia sadari air matanya menetes, dadanya sesak "Aku akan menemukanmu, Poompat... maafkan aku ...aku ceroboh", batinnya.


#####

Axel, detektif yang disewa Jim, menunggu dalam kegelapan, matanya yang tajam memindai setiap pergerakan di sekitar rumah Kapten Poom. Ia sudah berada di tempat sejak pagi, mengawasi tanpa diketahui oleh para penjaga. Kewaspadaannya semakin meningkat setelah percakapannya dengan Jim, dan ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Nalurinya mengatakan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dalam waktu dekat.

Sekitar pukul 12 siang, Axel melihat seorang pria dengan seragam polisi memasuki kediaman Kapten Poom melalui pos penjagaan. Pria itu mengenakan masker, dan meskipun tampaknya normal, ada sesuatu yang membuat Axel merasa curiga. Orang-orang yang mengenakan masker dalam situasi seperti ini sering kali membuatnya berpikir bahwa mereka menutupi sesuatu. Axel menduga - duga tujuan kehadiran pria itu. Kecurigaannya semakin besar ketika hingga malam tiba ia tidak menunjukkan tanda-tanda keluar dari rumah Kapten Poom.

Kecurigaan Axel semakin kuat. Ia meninggalkan posisinya untuk berkeliling di sekitar kebun belakang rumah Kapten Poom. Di sana, tersembunyi di balik bayangan pagar tembok, ia menemukan sebuah van hitam tanpa plat nomor terparkir. Kendaraan itu mencurigakan, tidak seharusnya berada di tempat itu tanpa pengawasan atau tujuan yang jelas.

The SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang