Chapter 26

52 10 0
                                    


Setelah adegan romantis yang melelahkan, Poompat dan Kapten Poom duduk di tepi tempat tidur, kelelahan namun terhubung secara emosional. Kamar itu redup, hanya diterangi oleh cahaya remang dari lampu samping tempat tidur. Udara di antara mereka dipenuhi dengan keheningan yang nyaman, tetapi pikiran mereka bergejolak, terutama tentang Ohm yang berhasil melarikan diri.

Poom berkata dengan suara  serak, sambil menatap lurus ke depan, "Dia lolos lagi... Ohm selalu punya cara untuk menyelinap keluar. Kita harus segera bertindak sebelum dia membuat langkah berikutnya."

Poompat menoleh, napasnya masih sedikit tersengal, "Aku tahu dia tidak akan tinggal diam. Pamanku bukan tipe orang yang menyerah begitu saja. Dia sudah mengincar perusahaanku sejak lama. Dia mungkin akan menggunakan koneksi internasionalnya. Jean-Luc adalah bukti kalau dia punya jaringan di luar negeri."

Poom mengangguk, mengatur napas, "Itu bisa jadi. Dia mungkin mencoba melarikan diri ke luar negeri dan menyusun rencana dari sana. Tapi kali ini, aku tidak akan membiarkannya pergi begitu saja. Oh, ya barusan Roy mengirim pesan Ohm mengunjungi Luc di penjara. Mereka pasti merencanakan sesuatu. Aku akan mengawasi setiap gerakannya."

Poompat memandang Poom dengan penuh keyakinan, "Aku tahu kamu bisa menghentikannya. Tapi kita harus berpikir lebih jauh. Dia mungkin akan mencoba merusak reputasiku lebih dalam atau menyerang dari sisi yang tak terduga. Ohm selalu memikirkan langkah-langkah ke depan."

Poom menghela napas panjang, tangannya terulur untuk meraih tangan Up, "Aku tidak akan membiarkan dia menyakitimu lagi, Poompat. Baik secara pribadi maupun bisnis. Dia licik, tapi aku tahu kita bisa menangkapnya. Aku hanya perlu rencana yang lebih matang."

Poompat meremas tangan Poom dengan lembut, merasa tenang dalam genggaman itu, "Kita perlu menemukan kelemahannya. Dia pasti punya sesuatu yang dia sembunyikan. Semua orang punya titik lemah, termasuk Ohm."

Poom tersenyum tipis, meski pikirannya tetap serius, "Aku setuju. Kita akan temukan itu. Tapi untuk sekarang... mari kita fokus memperkuat posisi kita. Mulai besok, aku akan kerahkan semua tim untuk melacak setiap jejak Ohm. Dia tidak akan bisa bersembunyi selamanya."

Mereka berdua saling memandang, perasaan hangat menyelimuti di antara percakapan yang serius. Namun di balik kehangatan itu, bayangan ancaman dari Ohm masih menggantung di udara. Poom menarik Poompat ke dalam pelukannya, menyalurkan dukungan tanpa kata yang lebih bermakna.

"Jika Ohm mungkin akan menyusun rencana untuk menjatuhkan Poompat secara reputasi dan bisnis, mungkin dengan menyebarkan rumor atau menciptakan skandal yang melibatkan perusahaan Up, lalu apa yang mungkin ia lakukan?" batin Poom.

*****

Ohm tiba di hotel mewah yang terletak di jantung kota Bangkok dengan penuh kerahasiaan. Hotel tersebut megah, berkilauan dengan kemewahan dan prestise, namun tersembunyi di balik keanggunan itu adalah markas Ohm yang tak pernah terdeteksi oleh pihak kepolisian. Siapa sangka, hotel ini adalah milik kakaknya, papa Poompat, dan bahkan Poompat sendiri tak pernah menyadari bahwa pamannya tinggal di sini, tepat di bawah hidungnya.

Di lantai paling atas, Ohm melangkah keluar dari lift pribadi yang hanya bisa diakses oleh segelintir orang. Di belakangnya, Saravit, orang kepercayaannya yang setia, mengikuti dengan langkah tegap. Pintu kamar penthouse terbuka, menampilkan interior modern yang penuh kemewahan, dinding kaca besar yang menampilkan pemandangan kota Bangkok yang berkilauan di malam hari.

Ohm berjalan menuju bar mini, menuangkan segelas whisky, lalu menghirupnya dengan tatapan penuh perhitungan. Wajahnya terlihat lelah, tetapi matanya memancarkan ketegasan. Saravit, seorang pria tangguh dengan ekspresi kaku, berdiri di dekat meja, menunggu perintah.

The SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang