Tea-rrific

41 5 10
                                    

Bagas, Shafa, Kaitlyn dan Kevin menjenguk Hatice di rumah sakit. Setelah hampir dua minggu tak bisa menerima kunjungan, Hatice berhak menerima kunjungan. Berbondong-bondong kawan dan saudara yang ingin menjenguknya, namu diutamakan dari teman dekat dan keluarga inter terlebih dahulu.

Kaitlyn hampir menangis saat pertama kali masuk ke dalam ruangan berkunjung. Ia memeluk hatice erat. Shafa juga bergabung dalam pelukan keduanya.

"Aduh terharu aku, kudu nangis, oleh melu pelukan nggak?" ucap Bagas merusak kesyahduan suasana.

"Hatice moga cepet sembuh ya." reaksi Kevin tentu bisa ditebak dia hanya menyalami Hatice lalu diam bak fosil hingga akhir pembicaraan.

Kaitlyn menunjukkan video dukungan dari teman-teman university war untuk Hatice. Ada Sarah teman sekamarnya, Maximilian, Jessica, Rafif, hingga Kadit. Banyak yang sayang dan menyemangati Hatice, tapi entah kenapa masih ada ruang yang sangat kosong di hatinya. Kemudian mereka berceloteh singkat tentang masa lalu.

"Vin ngomong o talah, meneng ae mentang-mentang masio meneng tetep ngganteng."

"Ngomong opo aku, bingung."

"Nyanyi ae, nyanyi ae, you arrrrr sooo biutifullll in waiittttt." Bagas menirukan suara sumbang Kevin saat menyanyi live, yang sukses membuat semua orang tertawa.

"Ya Allah sek dibahas ae."

"Mending ngedance atau nyanyi pin?" tanya Kaitlyn.

"Mending belajar."

"Ahh ga seru ah kepin."

"Tapi suaranya kevin cocok tau buat nikahan, kalo nyewa penyanyi beneran kan hasilnya ntar nangis terharu lah, make up mahal-mahal malah kena air mata."

"Khusus buat kamu nanti aku nyanyi di nikahan kamu deh, tak tuku mic sek."

"Rekam guys, rekamin nanti awas aja kalo bohong."

"Seng salah guduk micnya vin, seng salah pita suaramu, lagian kalo mau nggak nangis jangan ngundang kevin, ngundang sound horeg, biar berdebar-debar."

"Sound horeg apaan dah? DJ gitu?"

"Hadeh, Kaitlyn lagi pake nanya, iya DJ kearifan lokal."

"Itu loh Keth, soundsystem di nikahan kampung, desa gitu yang sampe tumpuk-tumpuk terus." Shafa menerangkan.

"Keth, jangan sekali-kali kepikiran bikin pesawat ya keth, sekali lu bikin pesawat hilang orang keth, mati." Bagas mengejek Kaitlyn yang lulusan Teknik Dirgantara ITB.

Tak lama jam berkunjung habis. Masih ada orang lain yang menunggu mengunjungi Hatice. Mereka berpamitan dan menyemangati Hatice. Begitu keluar muncullah Brian dengan hem putih bercorak abstrak membawa totebag putih di ruang tunggu.

"Loh Brian, nggak ngajak Brian ta Shaf?" tanya Bagas kepada Shafa yang menginisiasi pertemuan hari ini.

"Kukira bakal sibuk, padahal Damian sama Kanaya yang nggak bisa hadir tak wa, dokter Brian enggak, sori ya dok."

"Nggak papa, dokter Shafa."

"Nek dadi dokter enak yo panggilane onok gelare." seloroh Bagas.

"Kamu mau tak panggil teknik Bagas gitu ta gas?" tanya Kevin.

"Hahaha, haduh guyonane arek iCho 3x nggak lucu blasss."

"Yauda buruan masuk dok, nanti waktunya habis."

"Oke, oke, duluan ya gaes." Brian memeluk Bagas dan Kevin serta menyalami Kaitlyn dan Shafa.

Shafa merangkul Kaitlyn, mereka berbalik badan. Diikuti oleh Bagas, sementara Kevin masih terus menatap punggung Brian hingga ia menghilang di balik pintu.

Solace in a cup of teaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang