Teh Rooibos

35 7 1
                                    

"Aroma apa ini?" Rarky mengendus aroma unik khas kayu, dedaunan dengan hint vanilla manis di daerah meja perawat.

"Itu aroma tehnya dokter Brian," jawab suster Melli sambil menunjuk Brian yang sedang menghadap ke komputer mengisi baris-baris kosong laporan pasiennya.

"Makin hari, aroma teh lu uda kayak counter parfum aja. Teh apaan sih ini?" Rarky berusaha membaca tulisan pada kantung teh milik Brian.

"Mebmer? Ini gimana sih cara bacanya? Dari mana sih nih?"

"Dari Jerman, oleh-oleh dari temen aku salah satu peserta UW. Ini namanya teh Rooibos. Bagus buat anti oxidant, dia juga nggak mengandung kafein dan tanin, jadi cocok buat malem-malem gini," cerocos Brian panjang lebar.

"Wuih, ada yang lanjut kuliah di Jerman? Siapa? Eh kenalin dong bro sama salah satu dari mereka, yang sekitaran Surabaya deh." Rarky tidak tertarik dengan jenis teh yang diseduh oleh Brian, dia jauh lebih tertarik dengan perempuan di sekitar Brian.

"Mau siapa? Shafa kenal nggak Shafa? Dia kan anak Unair juga."

"Jangan Shafa lah, kalo dia, nomernya juga gue punya."

"Kaitlyn?" Brian menawarkan nama lain.

"Wah mau tapi beda server bro."

"Kanaya udah nikah, sisa.. Hatice?" ucap Brian ragu.

"Hatice itu yang mana ya? Kok gue lupa."

"Adalah.." kata Brian sambil kembali meletakkan fokus pada laporan miliknya.

"Dokter Brian makan yuk," seru Hazel sambil menggebrak map ke meja, mengejutkan Rarky dan Brian

"Setan, lu mau ngajak makan apa ngajak berantem, kaget gue."

"Dokter Rarky, ini Surabaya, uda sampe tahun ke delapan masih aja pake lo-gue, lo-gue, telingaku tuh geli dengernya," keluh Hazel. "Yuk ah makan dokter Brian."

"Cuma dokter Brian aja nih yang diajak?"

"Dia uda sering bantuin aku jaga, kalo kamu kerjanya cuma nambahin beban aja."

"Jadi selama ini.."

"Ayo dokter Brian, selak waktunya habis."

"Oke, oke, wait, dikit lagi, oke selesai." Brian melepaskan tangannya dari kursor dan melakukan peregangan.

"Eh Bri, bentar-bentar, sini." Rarky menarik kerah scrub Brian, kemudian berbisik. "Bri, kamu sore ini bantuin anak-anak koas belajar kan?"

"Iya." Angguk Brian penuh curiga.

"Gimana kalo kamu bilang hari ini kamu nggak bisa, terus aku yang gantiin."

"Modus, modus maneh, sopo maneh ki kuwi sing dadi korban?" Brian hafal tingkah laku Rarky yang suka tebar pesona dengan anak co-ass.

"Enggak yang kali ini dibuat serius, please, please, mohon kerja samanya."

"Apaan sih dokter Rarky, udah ah yuk dokter Brian tinggalin aja dia."

"Yaudah, tapi jangan aneh-aneh lho ya," ancam dokter Brian.

"Siap dok." Rarky membentuk tanda oke dengan tangannya.

"Ayo dokter Brian."

"Kemrungsung aja sih lo." Kemrungsung artinya adalah buru-buru.

"Jawa ya jawa, betawi ya betawi, jangan digabung," kata Hazel.

"Nitip nasi madura ya woy."

"Nggak ke kantin, kita mau ke cafe."

"Eh gilak, giliran gue bantu, cuma dikasih soto, giliran dia yang bantu diajak ke cafe, pilih kasih emang lu ya." Keluh Rarky. Hazel hanya

Solace in a cup of teaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang