Setelah berhasil mem-blow rambut panjangnya yang sudah jauh melewati bahu tanpa telat ke kantor, Jennie keluar dari kamarnya. Make-up sudah rapi, walaupun di kantor ia akan kembali memeriksanya. Blus sewarna avocado dan rok A- line hitam menjadi pilihannya hari ini.
Satu tangannya menjinjing tas sementara tangan yang lain menenteng sepatu. la melirik ke arah pintu di sebelah kamarnya yang juga baru saja terbuka, menampakkan sesosok pria yang melangkah keluar dari sana, sudah rapi dengan kemeja putih serta jas dan tas kerja yang dijinjing di tangan kanan, lengkap dengan sepatunya yang hitam mengilat.
Jisoo, pria itu memang punya jadwal kegiatan pagi yang lebih teratur dibandingkan dengan Jennie.
Keduanya sempat bertukar tatap sebelum Jisoo menuruni anak tangga, berlalu begitu saja, meninggalkan Jennie yang kini tengah duduk di sofa ruang televisi sembari mengenakan sepatunya.
"Pagi." Jisoo sampai di meja makan lebih dulu dan menyapa Ella yang tengah disuapi nasi goreng oleh Bi Dain, pengasuhnya.
"Pagi, Dada," balas Ella. Gadis kecil berusia enam tahun yang sudah siap dengan seragam sekolahnya itu menyengir sampai matanya hampir hilang ketika melihat Jisoo duduk di hadapannya. "Dada mau sarapan? Nasi goreng bikinan Bi Yun enak lho, Ella sampai nambah."
Jennie menyusul kemudian, mencium singkat pelipis Ella sebelum ikut duduk di sisinya. "Pagi, Sayang," sapanya. Sementara, ia hanya menatap pria yang duduk di seberangnya. Pria yang kini tengah menatap serius layar i-Pad di tangan, dengan rambut belah samping yang rapi. Rahang tegasnya sesekali bergerak, dengan alis tebal yang agak mengerut, ia mendekatkan layar ipad-nya saat menemukan-mungkin sesuatu yang serius menyangkut pekerjaannya.
"Pagi, Mom." Ella kembali menyengir. Rambut sebahunya yang ikal bergerak-gerak saat menyambut Jennie di sisinya. "Mom, Dada mau sarapan sama kita. lya kan, Da?" tanyanya.
Jisoo yang masih sibuk dengan i-Pad-nya hanya menggeleng. "Nggak, Ella," gumamnya kemudian.
"Dada ada meeting pagi ini." Pria itu menyimpan i-Pad-nya ke dalam tas kerja, lalu bangkit dari kursi, meminum segelas air putih yang disediakan oleh Bi Yun untuknya."Tapi, Dada, Ella mau kasih lihat gambar, sebentar aja."
"Nanti malam. Oke? Dada berangkat." Pria itu menghampiri Ella, mencium keningnya. Memberikan senyum singkat yang menampakkan bibir berbentuk hati. Lalu pergi.
Tanpa pamit pada Jennie? Tentu saja. Seperti biasa.
Memangnya, sikap apa yang diharapkan dari sepasang suami istri yang sudah pisah kamar selama hampir dua tahun? Mencium kening di pagi hari sebelum pamit berangkat ke kantor? Menggelikan sekali. Mereka melakukan hal itu terakhir kali... sekitar tiga tahun yang lalu.
Bahkan, orang yang dinamakan pasangan hidup itu, tak ayal berubah menjadi orang asing untuk saat ini. Selain tentang Ella—anak perempuan mereka yang baru saja masuk sekolah dasar, keduanya tidak punya urusan apa-apa lagi.
Holla guys happy reading