14

520 85 19
                                    







Jisoo terjebak di antara acara makan malam rencana ibunya. Ketika hanya berniat mengantarkan Mama dan Bona ke salah satu restoran, Jisoo ditarik masuk dan dikenalkan kepada seorang kolega Mama. Dan mau tidak mau, Jisoo menyambut perkenalan itu, lalu ikut bergabung di acara yang ... tidak ada dalam rencananya sama sekali.

Satu area makan yang berada di lantai dua telah disewa khusus oleh Mama, menyambut beberapa rekannya yang datang. Jisoo baru saja selesai berbincang dengan salah satu pemilik perusahaan ternama, rekan ayahnya dulu, sebelum ia menjauh, menepi untuk memiliki waktunya sendiri setelah kelelahan mendengar tentang proyek baru, pencapaian pertengahan tahun, target di akhir tahun, dan hal lain.

Ia berdiri di tepi, sedikit merapat ke dinding, di antara meja-meja berisi cocktail di atasnya. Tangannya merogoh saku celana, meraih ponsel. Melihat jam digital yang tertera di layarnya.

Pukul sepuluh malam. Dan ia tidak yakin akan sampai ke rumah sebelum tengah malam, karena setelah acara itu selesai ia tentu harus mengantar Mama dan Bona ke kediamannya sebelum benar-benar pulang ke rumah.

Ibu jarinya sudah menekan menu pesan, hendak mengetikkan sesuatu di kontak bernama 'Jen Baby'. Mungkin, ia bisa menanyakan Ella untuk menyembunyikan rasa penasarannya tentang apa yang tengah dilakukan wanita itu malam ini? Namun, mengingat waktu sudah sangat larut, alasan itu seperti lelucon, Ella pasti sudah tertidur sekarang.

Jisoo masih menatap layar ponselnya, ibu jarinya bergerak menggeser layar ke atas, menemukan sebuah pesan dari Jennie berupa fotonya yang tengah berbaring di tempat tidur tadi siang.

Lalu, entah kenapa, kini ia tidak dapat menahan senyumnya. Jemarinya juga bergerak mengusap foto itu tanpa sadar. Jisoo benar-benar ingin tahu apa yang tengah dilakukannya.

Apakah wanita itu menunggunya pulang?

Merindukannya?

"Ji?"

Jisoo mengangkat wajah, kembali mengunci layar ponsel dan memasukkannya ke saku celana. "Ya?" Ia melihat Mama sudah berdiri di hadapannya dengan dua lengan yang dilipat di dada.

Kepala Mama meneleng, menatap Jisoo penuh curiga. "Kenapa seharian ini Mama merasa kamu... berbeda?"

Jisoo hanya mengernyit.

"Kamu ... sedang dekat dengan seorang wanita?" tanya Mama. Dalam pertanyaannya, terdengar nada tuduhan.

Jisoo menggeleng.

"Jisoo, sampai kapan kamu akan membuat Jennie berada dalam hubungan yang kalian miliki? Lepaskan dia jika kamu benar-benar sudah tidak mencintainya."

Jisoo mengusap kasar wajahnya. Ia ingin mendebat, tapi tidak sekarang, tidak di sini, tidak di antara riuhnya acara yang dibuat oleh ibunya sendiri. Karena ia tahu, tidak pernah ada jalan damai ketika membahas rumah tangganya dengan ibunya itu. "Aku capek, Ma." Ia membuang napas lelah, lalu langkahnya terayun menjauh.

"Dan hanya Bona." Ucapan Mama membuat langkah Jisoo terhenti.

"Hanya Bona. Tidak ada wanita lain. Walaupun itu bukan Jennie, Mama nggak mau ada wanita lain dalam hidup kamu selain Bona."

Jisoo diam sesaat, ia ingin sekali berbalik untuk berkata, berhenti mencampuri urusannya dan Jennie. Namun, sekali lagi tidak di sini. Ia sangat tahu sifat Mama yang keras kepala dan tidak segan berteriak.

Terbukti, saat langkah Jisoo menjauh tanpa sedikit pun menanggapi ucapannya tadi, suara Mama terdengar di belakang sana, memanggilnya beberapa kali, sementara ia tidak menghiraukannya, terus melangkah.

Ia bisa saja pulang lebih dulu, meninggalkan dua wanita yang tadi pergi bersamanya. Namun, ia masih punya sedikit sisa tanggung jawab untuk tidak melakukannya. Sepanjang waktu yang tersisa, Jisoo hanya menunggu di smoking room, sampai akhirnya ponselnya bergetar, sebuah telepon masuk dari Mama menyuruhnya keluar, memintanya pulang bersama.

Bertahan (JENSOO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang