13

901 133 50
                                    



Jennie masih menggerutu seraya memungut kimono yang kembali terlepas dari tubuhnya dan teronggok di tepi ranjang. "Mana yang katanya satu jam?" gumamnya lagi saat melihat pintu kamar mandi terbuka, menampakkan sosok Jisoo dengan rambut sedikit basah disisir asal oleh jemarinya.

Pria itu melangkah mendekat, hanya mengenakan celana tidur sementara kausnya masih dibiarkan tergeletak di samping lampu tidur. Wajahnya tampak lelah setelah apa yang kembali dilakukannya tadi, satu jam yang dimintanya, dengan merelakan seluruh isi dompetnya kepada Jennie.

Jennie menatap pantulan bayangannya di cermin. Mengeratkan tali kimononya ketika Jisoo kembali mendekat, melirik was-was ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul enam pagi. "Pasti Bi Yun udah di dapur."

Jisoo berdiri di belakangnya, menatap Jennie dari pantulan cermin. Setelah menarik napas panjang yang lelah, pria itu bergumam. "Lalu?"

Jennie menarik gaun tidur di atas paha yang dikenakannya. "Aku keluar dalam keadaan berantakan gini?" Gaun tidurnya jelas hanya akan dikenakan pada malam hari. Ia tidak pernah berkeliaran di rumah dengan gaun transparan sependek itu di luar waktu tidur. "Ya ampun, aku harus--"

Ucapan Jennie terhenti saat Jisoo tiba-tiba merungkupkan kaus miliknya ke bahu. Wajah tenang pria itu memantul di cermin, masih menatapnya, mencoba menenangkan. "Pakai ini," ujarnya.

Jennie membiarkan dua lengan Jisoo memeluk tubuhnya, balas menatap pria itu dari cermin. "Dan kamu akan keluar tanpa baju, Mas?"

Jisoo mengangkat bahu, dadanya yang terbuka masih merungkup punggung Jennie, wajahnya ditaruh lebih rendah di pundak Jennie. "Lebih baik?" Tatapan itu, entah kenapa selalu memiliki kekuatan yang membuat jantung Jennie berdetak lebih keras.

Jennie segera menjauh dari Jisoo sebelum pria itu sempat mencium pundaknya, lalu kembali menenggelamkannya dalam rayuan semacam, "Satu jam lagi." atau "Satu menit lagi." Ia harus benar-benar menghindar sekarang.

Jennie segera mengenakan kaus panjang Jisoo yang ternyata hampir menenggelamkan tubuhnya, bahkan ia harus menggulung bagian lengan berkali-kali agar pergelangan tangannya terlihat. Ia bergerak ragu untuk membuka pintu kamar, tahu di luar sana sudah ada suara berisik Bi Yun, Jennie tertegun di depan pintu.

Seperti dugaannya, kemunculannya dari kamar itu akan membuat Bi Yun menatapnya dengan heran, terlebih dengan pakaian yang ia kenakan, yang terus ia tarik bagian lehernya untuk menutupi sesuatu di sana.

"Pagi ..., Bi," sapa Jennie setelah satu-dua detik tertegun. Ia berdeham pelan, menghindari tatapan Bi Yun yang memerhatikannya, yang disertai kernyitan bingung.

"Pagi ..., Bu."

Jennie tersenyum kikuk, lalu melangkah dengan wajah menunduk seraya terus menutupi bagian lehernya saat melewati meja makan.

Dan ..., wajah terheran-heran Bi Yun terlihat lebih parah ketika mendapati Jusoo bergerak mengikuti Jennie, di belakang sana, tanpa kausnya tentu saja.

"Pagi, Bi." Jisoo dengan segala pengendalian diri yang dimilikinya. Pria itu berjalan santai di belakang Jennie. Dan kembali menyapa, "Pagi, Ella."

Yang selanjutnya membuat Jennie tertegun di tengah bingkai tangga, karena kini di hadapannya, gadis kecilnya sudah berdiri dengan baju seragam sekolah lengkap ditemani Juli. Saking dalamnya menunduk, Jennie sampai tidak menyadari hal itu.

"Pagi ..., Ella." Setelah mengucapkan sapaan bernada canggung itu, Jennie melewati Ella begitu saja, langkahnya terburu-buru. Rasanya seperti tertangkap basah telah melakukan satu hal yang luar biasa mengerikan di rumahnya sendiri.

Bertahan (JENSOO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang