22

553 134 30
                                    










Entah kapan terakhir kali mereka menghabiskan malam di rumah kaca itu. Dua atau tiga tahun yang lalu. Angin yang menyelip melalui celah jendela yang sedikit terbuka, wangi air dan tanah yang menyatu, wangi tipis dari dedaunan dan bunga. Bersama hangat pelukan Jisoo di belakangnya, Jennie bisa merasakannya lagi.

Lampu yang menyala oranye menemani Jennie yang masih terjaga, menepuk-nepuk pelan punggung tangan Jisoo yang tengah memeluk pinggangnya. Ada embusan napas hangat di tengkuknya, yang teratur, juga dengkur halus dari lelahnya seharian. Jisoo sudah terlelap, jauh sejak tadi, di saat Jennie masih merasakan gusar itu.

Janji Jisoo, Jennie selalu percaya. Apa pun tentang pria itu, Jennie selalu percaya. Namun, orang-orang di sekeliling Jisoo, selalu mencoba mengguncangnya, membuat Jennie tidak yakin..... pada dirinya sendiri bahwa ia akan selalu bersama Jisoo.

Tangan Jennie berhenti menepuk pelan punggung tangan itu, semua jemarinya menyelip, mengisi sela jemari Jisoo, menggenggamnya.

Untuk janji Jisoo di hari ulang tahun pernikahan ketujuh mereka nanti, bolehkah Jennie meyakininya? Jisoo akan menepati janjinya tidak hanya sampai titik itu, tapi selamanya.

Jennie mengembuskan napas, sekaligus berusaha mengempaskan ragu. Di antara ruang sofa yang sempit, yang mereka tiduri bersama, Jennie berbalik. Wajahnya tenggelam di antara lekuk leher Jisoo yang hangat, tangannya memeluk Jisoo yang tubuhnya kini sedikit bergerak dan balas memeluknya lebih erat. Lalu, dalam hati Jennie diam-diam menyatakan cintanya, lagi.



***





"Dada?" Ella menyapa Jisoo yang baru saja menuruni anak tangga dengan penampilan rapinya yang siap berangkat ke kantor.

"Ya?" Jisoo meraih air putih yang Jennie siapkan untuknya, berdiri di samping Jennie yang tengah menuangkan segelas susu untuk Ella. "Kenapa?"

Suasana pagi yang seperti biasanya. Ada Bi Yun yang tengah membereskan peralatan memasaknya setelah menyiapkan sarapan di balik meja pantry, juga July yang baru saja beranjak dari ruang makan untuk membereskan kamar tidur Ella. Hanya Suami Bi Yun yang tengah berada di halaman belakang, tidak menyiapkan mobil untuk mengantar Ella ke sekolah karena Jennie yang akan mengambil alih tugasnya pagi ini.

Jennie akan menepati janjinya untuk mengantar Ella ke sekolah dan menyaksikan pentas seni yang diselenggarakan di sana dalam rangka penilaian menuju akhir semester.

"Dada nggak bisa lihat aku hari ini?" tanya Ella. Gadis kecil itu baru saja menyuapkan makanannya. Rambutnya sudah dicepol rapi, dengan baju ballet floral dan rok tutu biru.

Jisoo melirik Jennie sekilas, lalu menatap Ella dan memegang tangannya lembut. "Dada nggak janji, karena kerjaan Dada banyak banget hari ini."

Jawaban Jisoo seharusnya membuat Ella memasang wajah sedih seperti biasanya, tapi gadis kecil itu hanya mengangguk-angguk dengan senyum yang belum pudar, lalu menyahut, "Oke."

Jisoo merendahkan tubuhnya, membungkuk untuk mencium kening Ella. "Cantik sekali anak Dada pagi ini," pujinya. Sebelum mengambil tas kerjanya yang tadi ditaruh di atas salah satu kursi, Jisoo merangkul pinggang Jennie, mencium pelipisnya sambil berbisik, "Sampai ketemu...., Mom."

Ucapan yang membuat Jennie tidak berhenti mengulum senyum sepanjang perjalanan mengantar Ella ke sekolah. Karena, ucapan sederhana itu berarti begitu banyak.

Di sampingnya, Jennie mendengar Ella bersenandung ringan sembari sesekali menoleh padanya.

Sesampainya di sekolah, Ella langsung dibimbing ke arah belakang panggung oleh wali kelasnya bersama beberapa temannya yang lain, sementara Jennie berjalan di sela antar kursi beludru merah yang berada di sebuah aula, kursi-kursi itu menghadap ke arah panggung pentas. Di depan sana, panggung diberi sentuhan warna-warna pastel, lampu sorot menyala, menyebar ke sana kemari.

Bertahan (JENSOO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang